20

523 40 0
                                    


~
KETUA OSIS
~





~___~

°

Fourth berdiri disebuah balkon, menatap jalanan yang dipenuhi oleh kendaraan dan orang yang berlalu lalang.

Ia memejamkan matanya, menikmati udara malam yang dingin, langit yang tertutupi oleh awan hitam, awan itu mengeluarkan tetesan air.

Angin menerpa setiap inci wajah cantiknya, jantung yang berdetak kencang, tak ada sedikitpun senyuman yang terukir diwajahnya, hanya sebuah tangis yang tak terdengar suara isakan darinya. Air mata itu menetes, mengalir dengan cepat melewati pipi. Teringat sangat jelas percakapan dari dua orang tadi, hatinya sakit, ia tak bisa menahan semua ini.

Tak lama, dirinya merasakan sebuah tangan yang melingkar memeluknya dari belakang, siapa lagi kalau bukan Gemini. Gemini tidak ingin melihat kesayangannya menangis, apalagi karena dirinya.

Fourth kaget saat merasakan tangan itu melingkar badannya dari belakang, ia mencoba melepaskan tangan itu, namun pelukan darinya malah bertambah erat, Gemini benar-benar tidak ingin melepaskan pelukan ini.

Fourth bertambah menangis saat Gemini dengan sengaja kembali mengendus leher putih yang sudah memiliki bercak merah itu.

"Fot, maaf gue ga pernah ngomongin hal ini sama Lo, gue ga pengen Lo pergi dari gue, gue ga pengen Lo jadi benci sama gue, Lo tau kan gue sayang sama Lo." Ucap Gemini, dirinya benar-benar tulus mengatakan hal tersebut.

Fourth menghadapkan dirinya kepada Gemini, bibir merah ceri itu memperlihatkan senyuman kecil. Gemini merasakan hatinya sesak, saat melihat seseorang yang dia cintai menangis karenanya. Kedua tangan itu masih setia berada di pinggir kecil milik si cantik.

"Kalo emang itu kemauan nyokap Lo, kenapa ga Lo turutin aja?."

Tidak. Mengapa Fourth mengatakan hal ini? Gemini menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat, "Ga, sampai kapanpun gue ga akan mau nerima perjodohan itu, gue ga mau kalo orang itu bukan Lo."

Fourth hanya tersenyum kecut, dirinya masih meneteskan air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya.

Fourth mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah tampan yang ada di depannya sekarang.

Dapat Gemini rasakan setiap usapan lembut pada pipinya yang di berikan oleh Fourth kepada Gemini. Tangan kecil itu menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan itu.

"Gem... Lo tau, gue juga sayang sama Lo. Tapi kita ga bisa ngelawan orang tua, kalo semua ini udah menyangkut sama mereka, kita bisa apa?." Lirih Fourth.

"Kita pergi, gue bakal bawa Lo pergi, Lo udah jadi milik gue, gue janji gue bisa jaga Lo dengan baik."

Fourth menurunkan telapak tangannya, bertengger di bahu tegap milik yang lebih tinggi, sedikit memperbaiki kerah kemeja putih yang dipakai oleh Gemini. "Jangan kayak anak kecil, Lo udah gede, Lo ga mau kan ngebuat mereka kecewa sama Lo."

Gemini menatap nanar pada dua manik itu, tangan itu terlepas pada pinggang milik si cantiknya, "Fot, maksud Lo apa ngomong gitu?."

Fourth menarik sedikit sudut bibirnya, dirinya merasa tak tenang sekarang. Tangan kecil itu kembali turun dan berhenti di kedua lengan kekar milik Gemini. Ia menggenggamnya, tangan itu terasa dingin, Fourth mengusap punggung telapak tangan itu dengan lembut.

"Lo itu belum kenal baik aja sama orang yang dijodohin sama Lo, makannya Lo ngomong kayak gini. Kenapa ga coba buat deketin dia dulu, siapa tau di lebih baik dari gue."

Seketika Gemini melepaskan dengan kasar genggaman tangan Fourth pada telapak tangannya. Ia mendengus kasar, "Lo sengaja ngomong kayak gini biar gue mau nerima perjodohan itu kan, Lo ga sayang sama gue, selama ini Lo nganggep gue apaan?."

Kepalanya pening, amarah menyelimuti seluruh tubuhnya, sulit untuk dipercaya saat telinganya mendengar perkataan yang tak diduga keluar dari mulut si manis. Menatap mata cantik yang di basahi oleh air mata, yang ia lihat hanya sebuah tatapan datar tanpa ekspresi dan juga tanpa emosi dari Fourth. Ia mengepal dengan keras kedua telapak tangannya. "Terserah Lo mau ngomong apa, gue ga akan ngelakuin hal yang Lo sebut tadi, gue ga akan ngebiarin hal yang udah jadi milik gue pergi gitu aja. Sampe kapanpun Lo milik gue, dan akan selalu jadi milik gue."

Fourth menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya dari lelaki yang sedang menatapnya dengan sangat lekat. "Jangan egois, belum tentu gue bisa jadi milik Lo untuk selamanya, bahkan gue belum tentu bisa-."

"Berenti." Gemini dengan cepat menyela perkataan dari lelaki didepannya. Perlahan Gemini mundur untuk sedikit menjauh dari Fourth.

"Kalo sampe gue denger Lo ngelanjutin kata-kata Lo yang tadi, gue bakal ngelakuin hal lain lagi ke tubuh Lo."

Fourth menggelengkan kepalanya, perlahan ia mendekati Gemini, memberikan tatapan kosong kepadanya. Mata sayu, bibir yang bergetar dengan pipi yang bersemu merah alami, Fourth mendekap tubuh yang lebih besar, ia menyamankan kepalanya pada dada bidang milik yang lebih tinggi.

"Kalo memang kita ga bisa bersama selamanya, gue harap dia pilihan terbaik buat Lo."

Setelah mengatakan hal tersebut, Fourth memberikan sebuah kecupan singkat pada bibir itu.

Fourth berlalu pergi begitu saja meninggalkan Gemini yang masih terdiam membeku di tempatnya.

Rasanya sangat sakit jika harus meninggalkan seseorang yang sudah ia anggap sebagai bagian dari hidupnya, sangat sesak rasanya saat Fourth berjalan melewati Gemini. Ia tidak bisa menahan tangisannya, dadanya sangat sakit, ia sudah tidak bisa lagi menahan isakan yang ia tahan dari tadi.

Gemini merasa lidahnya kelu, tenaga seperti menghilang begitu saja. Ia terduduk, ingin rasanya mengejar orang yang baru saja memberikan kecupan singkat kepadanya, namun entah mengapa ia menjadi lemas tak berdaya, ia menangis, tak bisa menahan semua rasa sakit setelah mendengar perkataan dari sang kekasih.

"Kenapa... Kenapa Lo tega ngomong kayak gitu ke gue, sampai kapanpun gue ga akan mau sama orang lain."

Butiran-butiran bening mengalir sempurna di wajah tampan si jangkung. Jika sudah begini sulit rasanya untuk mencoba tetap kuat, ini semua menyangkut hati, siapa juga yang rela jika seseorang yang sudah benar-benar dia cintai mengatakan hal yang tak seharusnya dikatakan.

Hujan bertambah deras, angin mulai membuat daun-daun berjatuhan, tirai-tirai jendela terbawa angin menentukan kemana arah angin tersebut membawa hawa  dingin mencekam, Langit-langit mulai gelap, tak terlihat sedikitpun setitik cahaya dari atas sana.

Gemini tetap diam di sana, tak bergeming sedikitpun. Memang Fourth tak sedikitpun memberikan ekspresi marah kepadanya, namun yang ia berikan hanyalah tatapan kosong. Ia takut, takut jika Fourth mengatakan semua hal tadi dengan sengaja, ia takut jika dia tidak kembali kepadanya. Apa yang harus ia lakukan? Tidak mungkin jika harus mengikhlaskan semua hal ini begitu saja.

Gemini berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan melakukan apa saja untuk bisa bersama dengan orang yang selama ini ia dambakan, ia cintai dan ia sayangi.

°

~___~





~
TO BE CONTINUE
~

KETUA OSIS [GeminiFourth] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang