𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟎𝟗

348 26 2
                                    

"Baik anak anak siapa yang bisa menyelesaikan soal di depan ini?"

Seketika seluruh murid dikelas haruto terdiam sekarang sedang berlangsung pelajaran yang paling dibenci seluruh siswa "MATEMATIKA"

"Siapa? Kalo nggak ada bapak acak loh"

Wajah mereka tambah tegang, jantung mereka berdetak lebih cepat dari biasanya apakah ini yang dinamakan cinta?

*Back to topic

"Ya sudah lah  bapak mau tanya sampek 100 kali juga gak bakal ada yang mau maju. Nomor absen 15 Haruto silahkan maju"

Untung saja haruto sudah menemukan jawabannya, jadi ia bisa lebih santai mengerjakan soal di depan.

Namun saat mencoba bangun kaki haruto tiba tiba terasa mati rasa kakinya tak bisa digerakkan ia merasa lumpuh sesat, pandangannya juga menjadi buram.

"Ru? lo dipanggil tuh" bisik jeongwoo kepada haruto.

"Lo bisa gantiin gw gak? ini jawabannya Lo bisa ngeliat dari sini"

"Lo gak salah? nanti yang dapet nilai gw Ru"

"Gak papa yang penting lo tolongin gw ya?"

"oke, Pakk!!"

Seluruh murid terkejut termasuk junghwan yang bangun terpaksa dari mimpinya.

"Saya aja yang ngerjain pak!"

"Lo kesurupan apa woo?" Bisik junghwan pada jeongwoo.

"Sstt orang goblog diem aja"

"Anjing lu!"

"Ya sudah jeongwoo silahkan maju"

"Siap"

𝙄𝙨𝙩𝙞𝙧𝙖𝙝𝙖𝙩

"Woy kekantin kuy" junghwan yang sedari pelajaran tadi loyo sekarang lebih semangat.

"Ru ayo kekantin! Karena tadi Lo udah bikin gw dapet nilai gw traktir deh apapun"

"Gw?" Junghwan menengahi.

"Bayar sendiri lah!"

"Gw nggak kekantin" tentu saja haruto akan menolak, kakinya masih sulit digerakkan ia takut jika nanti akan membuat khawatir temannya.

"Ru gw nggak bohong, gw pasti traktir kok sumpah pakai uang gw sendiri bukan hutang"

"Nggak, gw nggak laper kalo Lo emang pengen traktir gw beliin gw air sama roti aja"

"Oke dehh kalo gitu, nanti gw bawain ke sini"

Dibalas anggukan oleh haruto.

Kepala haruto pusing ia ingin ke kamar mandi ia takut jika tiba tiba mimisan tapi kakinya sulit digerakkan.

Apa ini gejala dari penyakitnya? Haruto ingin berobat tapi darimana ia mendapat uang sedangkan ia yakin jika ia akan dipecat direstaurant tempat ia bekerja karena telah bolos 2 hari.

Haruto berjalan lesu ternyata benar yang ia pikirkan ia dipecat. Ia sudah mencari pekerjaan lain tapi rata rata mereka menolak siswa SMA.

"Ya tuhan sekarang gw harus gimana? Bagaimana cara gw bayar kemoterapi kalau pekerjaan aja gak punya..."

𝘽𝙪𝙖𝙜𝙝

𝘽𝙪𝙠𝙠

Haruto sepertinya salah memilih jalan ia benar benar payah haru ini ia ingin membiarkan saja tapi bukankah dosa jika ia membiarkan orang yang dipukuli seperti itu padahal ia melihat?

Haruto berlari kearah segerombolan preman tersebut ia sangat terkejut karena ternyata itu Yoshi. Yoshi sudah babak belur terluka.

Haruto marah sekali sekali ia mengepalkan tangannya dan mendorong preman preman yang seperti kerasukan itu. Preman tersebut tersungkur ketanah meskipun badan haruto kecil tapi ia kuat untuk mendorong preman yang badannya 2 kali lebih besar darinya.

"Siapa Lo?" Tanya preman yang haruto dorong.

"Apapun masalahnya tolong berhenti, jangan lakukan kekerasan! Jangan lukai dia!"

"Bacot banget sih!

𝘽𝙪𝙖𝙜𝙝

Haruto dipukul mengenai wajahnya. Kepalanya pening sesaat namun anak itu tetap bangkit menjadi tameng bagi Yoshi yang hampir pingsan.

"𝘔𝘦𝘴𝘬𝘪𝘱𝘶𝘯 𝘨𝘸 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘨𝘸 𝘣𝘢𝘬𝘢𝘭 𝘵𝘦𝘵𝘦𝘱 𝘯𝘨𝘦𝘭𝘪𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘓𝘰 𝘬𝘢𝘬"

"Minggir sialan!"

"Sayangnya saya udah terluka tuh! Nggak liat nih pipi saya udah merah?"

Haruto menunjuk pipinya dan membuat preman tersebut tambah marah.

"Minggir bangsat!!" Salah satu preman mendorong haruto hingga membuat anak itu kembali tersungkur.

"Kak Yoshi!!"

𝙅𝙡𝙚𝙗𝙗!

Preman tersebut berniat untuk menusuk Yoshi tapi haruto berhasil menghalanginya. Membuat dirinya sendiri terluka.

Darah keluar dari perut haruto rasanya sangat sakit. Preman preman yang merasa sadar dari perbuatannya segera kabur meninggalkan mereka berdua.

Keadaan yang sepi dan lampu yang remang remang membuat haruto tidak bisa meminta tolong pada siapapun.

"Kak? Kak? Kuat berdiri?" Tanya haruto meskipun Yoshi hanya menjawab dengan gelengan kepala.

"Lo--gak papa?" Yoshi sayup sayup melihat haruto yang berusaha berdiri sambil memegangi perutnya. Seragam SMA yang berwarna putih membuat warna darah pada perut Radit terlihat sangat jelas.

"𝘉𝘦𝘳𝘵𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘬! 𝘵𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨! 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘢𝘩𝘢𝘯!"

Haruto memapah Yoshi agar bisa berdiri, tak memperdulikan rasa perih dan sakit pada perutnyam haruto segera menggendong Yoshi dibelakang punggungnya. Yang dipikirkan anak itu sekarang hanya Yoshi kakaknya.

Haruto berjalan menuju rumah sakit tak ada satu kendaraan pun yang lewat.

Wajah anak itu sudah pucat Pasih darah Daru luka tusukannya juga terus keluar, berkali kali haruto hampir terjatuh karena keseimbangan badannya semakin goyah.

"𝘉𝘦𝘳𝘵𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘬! 𝘵𝘰𝘭𝘰𝘯𝘨! 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘢𝘩𝘢𝘯!"

Haruto menangis. Dia sangat kebingungan, sekarang satu hal yang harus ia jaga hingga akhir adalah.

𝘒𝘦𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢𝘵𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘬𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢.









































Hallo gays maaf banget baru bisa up lagi.

Btw happy birthday buat diri sendiri
Karena ini hari spesial aku, aku bakalan double up.

TBC.

HARUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang