Setelah menunggu selama 2 jam seorang dokter keluar dari ruangan haruto.
"Pasien sudah bisa dijenguk, tapi jangan terlalu berisik ya?"
"Iya dokter" Yoshi tersenyum antusias.
"Ngomong ngomong bisa bicara sebentar?" Kata dokter tersebut membuat langkah Yoshi terhenti.
Yoshi mengangguk lantas mengikuti langkah dokter yang membawanya masuk keruangan yang lebih privat.
30 menit berlalu Yoshi keluar dari ruangan dokter tersebut anak itu memegangi dadanya sesak seakan oksigen dirumah sakit itu benar benar tipis.
Hampir saja Yoshi terhuyung jatuh jika dia tidak segera memegangi tembok dengan langkah yang cepat Yoshi berjalan kearah ruangan adiknya.
𝘾𝙠𝙡𝙚𝙠
Yoshi masuk keruangan haruto dan melihat ke arah haruto yang hendak turun dari bangsal dia sudah memakai baju pasien sekarang.
"Haru?"
"Kakak?"
Yoshi memeluk haruto membuat haruto sedikit terkejut.
"Kak?"
"Kamu mau apa? Biar kakak ambilin kamu mau makan? Tadi kamu terluka Dimana? Sakit gak?"
Haruto tersenyum hatinya hangat melihat kakaknya yang khawatir dengannya.
"Haru mau kekamar mandi"
"Ayo sini kakak bantu"
"Nggak usah! Kakak bisa keluar sebentar?"
"Gak papa?"
"Iya."
Yoshi keluar dari ruangan haruto namun tetap bisa melihatnya lewat kaca pintu.
Haruto berjalan menuju kamar mandi namun tiba tiba ia terjatuh kakinya kembali sulit digerakkan cairan merah kembali mengalir dihidung mancungnya. Dengan nafas gusar haruto mencoba berdiri untuk mengambil tisu namun seakan ada hantaman keras pada kepalnya haruto langsung kembali terjatuh dan meringis kesakitan.
Yoshi segera berlari ke ruangan adiknya itu, anak laki laki itu berjongkok di depan haruto dan segera memeluk adiknya yang terus meringis kesakitan.
"Kalo sakit ngomong dong!! Jangan diem aja! Kakak kan kakak kamu! Kamu bisa ngomong ke kakak! Jangan Pendem sendiri! Kamu udah cukup menderita jangan bikin diri kamu sendiri tambah sakit." Yoshi menangis.
"Ru...kakak mohon, jangan tinggalin kakak ..." Lirih Yoshi namun masih bisa didengar oleh haruto.
•
•
•
•
Yoshi belum pulang dari kemarin malam. Ia menemani haruto di rumah sakit sepanjang malam.
"Aaaaa~ ayo dong Ru kamu harus makan" ucap Yoshi sembari menyodorkan satu sendok bubur.
"Kak, mendingan kakak pulang nanti dicari sama papa, kak mashiho Sama kak Asahi. Tangan haru kan nggak papa jadi bisa buat megang sendok."
"Udahlah kamu diem aja kakak lagi perhatian nih."
Drrtt...Drrtt...
Ponsel Yoshi berdering nomor sang papa tertera di layar ponselnya.
"Halo pah"
"Yoshi kamu dimana? Kenapa tidak pulang semalam?"
"Yoshi sedang di rumah sakit pah"
"Loh kamu sakit?" Suara diseberang telepon berubah menjadi suara ke khawatiran.
"Bukan Yoshi yang sakit pah"
"Terus kalo bukan kamu siapa yang sakit?"
"Haru yang sakit pah"
"Mengapa kamu bisa bersama anak itu?"
"Ceritanya panjang pah intinya haru nolongin Yoshi dari preman preman kemarin"
"Sekarang juga kamu pulang Yoshi, jangan pedulikan anak yang sudah membunuh mamah mu"
"Tapi pah-"Sambungan teleponnya terputus sebelum Yoshi melanjutkan pembicaraannya, anak itu membuang nafas pelan.
Betapa kagetnya ia saat membalikkan badan karena melihat haruto sudah berdiri diambang pintu tersenyum dengan muka pucatnya.
"Pulang aja kak."
"Nggak, kakak akan tetap disini jagain kamu!"
"Kakak pulang aja jangan bikin papah khawatir, haru gak papa kok sendiri, lagian kan ada suster juga yang bisa jagain haru"
"Kakak bisa jenguk haru lagi disini, haru nggak bakal pergi jauh." Lanjutnya.
"Yasudah, kalo haru butuh apa apa telepon kakak atau panggil suster" ucap Yoshi yang di balas anggukan oleh haruto.
Yoshi segera pergi meninggalkan haruto, baru beberapa langkah anak itu kembali membalikkan badannya. Menatap haruto yang masih tersenyum, anak itu menggangguk kecil lalu kembali berjalan menjauhi adiknya.
Melihat punggung Yoshi yang sudah semakin jauh, haruto segera terduduk lemas didepan pintu.
Anak itu meremas rambutnya kuat kuat, kepalanya terasa sangat sakit melebihi rambut yang ia tarik.
Seluruh pandangannya menjadi kabur, membuat haruto merasa ketakutan setengah mati.
"Tuhan...sakit..."
Haruto terus meremas rambutnya, hingga semakin lama pandangan anak itu semakin gelap.
𝘽𝙧𝙪𝙠
......
𝘾𝙠𝙡𝙚𝙠
"Sudah bangun?" Tanya dokter disamping haruto.
"Iya."
"Haruto apa belakangan ini kamu sering mimisan? Atau kepalamu terasa sangat pusing?"
"Iya." Jawab haruto hari hati.
"Dokter sudah bilang kan, kamu juga sudah janji untuk sering check up"
"Maaf."
Dokter tersebut hanya menghela nafas lalu kembali menatap haruto.
"Kamu gak usah khawatir tentang biaya."
"Gak usah khawatir?" Haruto sedikit terkejut.
"Kamu harus sehat jadi jangan khawatir tentang biaya."
"Kenapa dokter baik banget sama haru? Nama dokter siapa?"
"Ah! Iya ya kita udah sering ngobrol tapi kamu gak tau nama saya. Nama saya Suho...kamu pengen tau kenapa saya ingin menolong kamu? Kamu mengingatkan saya dengan mendiang kakak saya ceria, baik, dan pantang menyerah."
"Kalo boleh tau...kenapa kakak dokter meninggal? Ah! Maaf kalau haru langcang dok."
"Tidak apa apa...kamu sudah dokter anggap seperti keponakan dokter sendiri, dia meninggal karena mempunyai penyakit yang bisa menyebabkan bayi yang ada di dalam kandungannya meninggal tetapi bisa saja di cegah dengan cara memilih siapa yang akan diselamatkan ibu atau sang anak tetapi kakak saya memilih menyelamatkan anaknya."
"Oh iya sekarang istirahat yang cukup, saya harus memeriksa pasien lain" Lanjutnya.
"Baik dok terima kasih"
Yoshi udah mulai peduli nihh apakah bakal berlanjut apa cuman merasa berterima kasih saja telah menyelamatkannya, author juga gak tau hehehe.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARU
Fiction généraleHaruto hanya ingin papa dan ketiga kakaknya menyayangi layaknya keluarga harmonis dan berhenti menyebutnya anak pembunuh dan anak pembawa sial.