"Kaeya, tunggu sebentar!" Diluc bangkit, segera menyambar pergelangan tangan Kaeya. "Kau menyukaiku selama ini?" tanyanya.
"Ya! Tapi apakah itu penting? Tidak. Sekarang biarkan aku pergi," seru Kaeya berusaha menyentak tangannya dari cengkraman Diluc, gagal.
Diluc menarik Kaeya dalam pelukannya, melingkarkan kedua lengannya di pinggang Kaeya. Membuatnya berhenti memberontak, tidak menduga tindakan tiba-tiba dari Diluc itu.
"Maafkan aku, aku sungguh minta maaf akan semua perilakuku selama ini. Tolong berikan aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya," bisik Diluc membuat tangis Kaeya semakin deras.
"Kumohon, aku tidak ingin kehilangan dirimu," Diluc mengeratkan pelukannya. Telinga Kaeya memerah karena merasakan Diluc yang sangat dekat dengan dirinya. Dia bahkan bisa mencium aroma parfum Diluc.
"Lepaskan aku, Diluc," bisik Kaeya. Diluc langsung mengurai pelukannya, bersiap dengan kemungkinan Kaeya akan langsung kabur begitu saja. Akan tetapi Kaeya malah berbalik dan menatap mata merahnya. Hati Diluc terasa terpukul melihat mata biru Kaeya yang basah karena air mata. Dia langsung menghapus air matanya dengan kedua tangannya, membuat Kaeya tersentak kaget.
"M-maaf," Diluc tergagap, tidak sadar dengan tindakannya itu. "Tidak apa," Kaeya menunduk. "Aku mohon jangan menangis lagi, Kae, aku tidak suka melihatmu begitu," pinta Diluc.
Kaeya menarik nafas panjang. "Kurasa kita berdua punya andil dalam hal ini, aku juga tidak berani mengungkapkan perasaanku padamu karena aku takut kau akan membenciku dan meninggalkanku, itulah sebabnya aku diam saja selama ini."
"Bukan salahmu, aku yang salah karena bersikap tidak bersahabat," Diluc menyibak poni Kaeya yang panjang menutupi mata kanannya dengan jemarinya. Membuatnya dapat memandang kedua mata heterochromia Kaeya, yang satu berwarna biru dan satu lagi berwarna kuning keemasan.
Diluc menyukai mata Kaeya sejak dulu, menurutnya indah walau Kaeya sendiri bilang dia tidak menyukai matanya, membuatnya menutupi mata kanannya dengan rambutnya.
"Kurasa kita sama-sama pengecut," Kaeya terkekeh. "Benar," Diluc tersenyum tipis, wajahnya menghangat mendengar tawa Kaeya yang sudah tidak dia dengar selama sebulan terakhir ini.
"Mari kita mengulang semuanya dari awal," Kaeya menatap mata Diluc. "Tapi bedanya sekarang kau adalah milikku," Diluc melingkarkan kedua lengannya di pinggang Kaeya, menariknya mendekat. Wajah Kaeya memerah tapi kemudian dia tertawa. Diluc lega melihat Kaeya sudah berhenti menangis.
♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Liebe Am Valentinstag
RomanceHari valentine sudah dekat dan Donna meminta tolong pada Kaeya agar dia bisa mendekati Diluc. Dengan berat hati, Kaeya menolong Donna untuk mendekati Diluc, anak dari teman ayahnya sekaligus teman masa kecilnya itu. Tapi apa yang terjadi ketika tern...