Bab 16

108 11 0
                                    

"Kau mau masuk?" tawar Kaeya saat mereka sudah sampai di depan pintu apartemennya. "Bolehkah?" tanya Diluc. "Tentu, masuklah," Kaeya memutar kunci dan membuka pintu. Dia mengambil alih kopernya dan menyeretnya ke kamar. "Tunggu sebentar, aku akan mandi dulu," pamitnya pada Diluc. "Tenang saja, aku tidak akan ke mana-mana kali ini," Diluc tersenyum tipis sambil menutup pintu. Kaeya menjadi salah tingkah dan langsung bergegas ke kamarnya.

Diluc memandang apartemen itu. Tidak sebesar miliknya, tapi cukup untuk satu orang. Ada sebuah sofa, televisi, dan juga sebuah meja makan. Tatapannya tertuju pada sebuah vas bunga yang berada di meja makan. Terdapat bunga lamp grass yang sudah layu. Dia menatap bunga itu dengan seksama. Wajahnya menghangat mengetahui fakta terdapat bunga kesukaannya di kediaman Kaeya.

Dia menarik sebuah bingkai foto yang tersembunyi di belakang vas bunga. Dia membaliknya dan ternyata terdapat foto dirinya bersama Kaeya ketika mereka masih berada di sekolah. Matanya melebar, merasa semakin bersalah atas perilakunya selama ini. Andai saja dia berani mengakui perasaannya pada Kaeya lebih cepat.

"Diluc, kau mau makan sesuatu?" Kaeya muncul dari kamarnya, sudah berganti baju. "Aku yang seharusnya bertanya itu padamu," jawab Diluc. "Aku memang belum makan apa-apa," Kaeya terkekeh. "Kau mau makan keluar?"

"Tidak perlu, kau pasti lelah, kita pesan sesuatu," Diluc menarik ponselnya. "Kau mau makan apa?" tanyanya.

"Apa saja, aku malas memilih," Kaeya mengempaskan tubuhnya ke sofa. Diluc memesan sate ayam jamur, cold cut platter dan juga wolfhook juice. Seingatnya Kaeya suka pada makanan-makanan itu.

"Kau terlihat lelah," Diluc duduk di sebelah Kaeya. "Aku baik-baik saja," Kaeya menegakkan tubuhnya.

"Kau sepertinya harus mengganti bunga di vasmu," ucap Diluc ringan tapi membuat Kaeya tersentak kaget. "A-ah benar, pasti bunganya sudah layu sekarang," Kaeya tertawa gugup, malu karena Diluc mengetahui ada bunga kesukaannya di tempatnya. Diluc hanya mengulum senyum, merasa senang.

Liebe Am ValentinstagTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang