Hilang

233 16 1
                                    

Setelah melakukan penanganan, Jeongwoo langsung di suruh istirahat di rumah sakit.

Dia jadi sangat pendiam saat mengetahui bahwa dirinya keguguran, tatapan mata nya jadi sering kosong.

"Jewu.. jangan suka ngelamun..gak papa ya? Ikhlaskan ya?" Jihoon mengelus kepala Jeongwoo lembut

Jeongwoo hanya diam, tapi mulutnya mulai bergetar dan mata nya berkaca-kaca.

"Anak Jewu udah gak ada..?" Jeongwoo memegang perutnya dengan sedih

Jihoon membuang nafas nya pasrah, dia bingung dengan sifat adek nya.

"Apa seberharga itu dedek bayi nya? Dia bukan anak dari Haruto lho." kata Jihoon

Jeongwoo terdiam, hati nya makin sakit denger Jihoon bicara begitu.

"Kamu lupa kalo kamu itu cowok? Kan kamu sendiri yang bilang kalo kamu itu cowok normal, jadi harus nya kamu lega anak yang kamu kandung mati. Bukan malah sedih gini." kata Jihoon lagi

"Hiks..iyaa-- hiks..gak harus nya Jewu nangis-- hiks.." Jeongwoo menarik nafas nya dalam, dia sangat menahan untuk tidak terisak keras.

Jeongwoo mengelap mata nya yang basah, "Jewu mau sendiri, Abang boleh keluar." lirih Jeongwoo sambil membelakangi Jihoon

"Hahh, ya udah. Abang di luar ya? Kalo ada apa-apa telpon aja." Jihoon mengusap kepala Jeongwoo, lalu mencium nya.

Jihoon keluar dari kamar inap Jeongwoo, setelah Jihoon menutup pintu, Jeongwoo langsung menangis sesenggukan.

"Kenapa Abang ngomong nya jahat banget sih..? Hiks.. Abang gak ngerasain jadi aku..Abang enak punya kuasa atas semua hal, aku? Hiks..aku terlalu lemah aku cuman jadi beban dimana-mana, hiks.. beban semua orang, bahkan aku aja gak bisa ngelawan orang yang ngelecehin aku, hiks..kenapa aku harus gini sih..hiks..aku capek jadi orang lemah..hiks..aku juga gak mau trauma aku bisa sampai bikin aku jadi separah ini..hiks..arghh! Kenapa sih Tuhan!?!" lirih Jeongwoo sesenggukan

Dia mengambil Hp nya saat mengingat orang yang belum dia lihat, setelah pemeriksaan tadi.

Jeongwoo ngechat nomor Junkyu untuk minta nomor Haruto, karna dia memang belum punya. Setelah dapat dia langsung nelpon Haruto, dan menyuruh Haruto untuk masuk ke kamar inap nya.

.

"Kenapa? Oh, iya iya aku ke sana ya.." Haruto berjalan menuju kamar inap Jeongwoo, dan dia melihat ada Jihoon dan Hyunsuk di depan kamar.

"Kalian kenapa gak masuk?" tanya Haruto

"Jeongwoo lagi pengen sendiri kata nya, maka nya kita nunggu di luar." jelas Hyunsuk

"Lho? Dia malah minta aku buat nemenin dia?" Haruto bingung

"Oh, berarti dia emang mau nya sama Lo. Sana masuk, temenin dia. Gua mau pulang." Jihoon beranjak dari duduk nya, tapi langsung di tahan sama Hyunsuk.

"Kamu kenapa sih sayang? Dari tadi marah-marah mulu? Emosi kamu belum stabil nih.." Hyunsuk mengelus kepala Jihoon, menenangkan pacar nya itu.

"Ya lagian, aku di usir, tapi dia malah minta Haruto buat nemenin dia!? Yang ngerawat dia dari kecil siapa, hah!?" Jihoon sewot

Hyunsuk mengusap wajah Jihoon, "tenang..jangan marah-marah dong.. kamu harus sabar.. Jeongwoo masih sedih karna harus kehilangan calon janin nya.. jadi kamu harus bisa memaklumi itu ya..?" Hyunsuk mengelus pundak Jihoon

"Harus nya dia senang lah, calon janin nya mati. Dia sendiri yang bilang kalo dia cowok normal. Dia bahkan sekarang jadi lemah banget, apa-apa ketergantungan sama orang lain. Bahkan dia gak bisa membela diri nya sendiri. Gimana gua gak emosi, punya adek yang gak bisa mandiri!?!" omel Jihoon, Haruto yang masih di luar hanya bisa diam mendengarkan, dia paham sekarang kenapa Jeongwoo gak mau Jihoon yang nemenin, mungkin Jihoon ada bilang hal yang serupa ke Jeongwoo.

The Only One Perfect [Hajeongwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang