Eight🐥%

6 4 0
                                    

"Jika perban bisa membalut luka? Adakah obat untuk menghentikan ketakutan ku?"

_Azellia_
"Vote sebelum membaca🪄"
﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Angin berhembus cukup kencang kala itu, pohon-pohon yang berdiri dengan kokoh satu persatu mulai bergoyang. Suasana yang semula suram berubah menjadi lebih nyaman.

Satu, dua, bahkan lebih dari banyaknya pertanyaan tak bisa menjawab keresahan yang tengah melanda hati kecilnya.

'Ada apa dengan suasana yang tidak mengenakan ini?' Gumam nya seraya mengikuti keduanya dari jarak yang cukup jauh.

Creak...

"Affan?"

"Apa yang sedang kalian berdua lakukan disini?" Tanya nya dengan nada yang cukup meninggi.

"Be-bentar, bi-bisa gue jelasin kok." Gagap nya.

"Ekhm.. Gue masih duduk disini loh. Udah kak, lo nggak usah jelasin apa-apa sama dia."

Affan yang mendengar Lia mengatakan hal itu tentu sangat terkejut, apalagi fakta bahwa keduanya memang tidak memiliki hubungan apapun saat ini.

Bohong jika Affan tidak memiliki perasaan apapun pada Lia saat ini...

"Lia..?"

"Udahlah, gue gak mau ribut buat sekarang."

"Kak, kalo lo gak keberatan bisa anterin gue ke IPS B gak?" Sambung Lia lagi seraya menanyakan hal itu pada orang yang telah ia tabrak.

"Bisa kok, itu juga kalo Affan gak keberatan sama hal ini..?" Jawab nya seraya melihat ke arah Affan.

Lia menatap tajam ke arah pemilik nama yang di maksud kan tadi, ia sebenarnya tidak tahu harus mengatakan apa pada pria jangkung di hadapannya itu.

Setelah berdiam cukup lama, Lia memberi isyarat agar orang yang bersamanya menunggu di luar terlebih dahulu.

"Lia, kenapa kamu berkata seperti itu kepadaku?"

"K e n a p a...? Seharusnya gue yang bertanya, kenapa gue bisa di posisi sekarang."

"...?"

"Ouh, gak paham juga ternyata. Singkatnya, gue gak mau terlibat terlalu jauh sama lo. Mau itu di kelas, jalan, area sekolah atau di manapun itu."

"Jadi stop ngikutin gue ya Fan, gue mohon." Ucap Lia seraya berdiri dengan kaki yang di topang sebelah.

Hati Affan benar-benar terluka dengan apa yang Lia katakan, apa yang salah sebenarnya? Apa dia melakukan kesalahan kepadanya sehingga ia berkata seperti itu?

"Tapi kenapa?" Tanya Affan lagi.

Dengan tenang Lia menjawab pertanyaan itu sembari mendekatkan dirinya..
"Fan, lo temen gue kan? Lo gak mau gue kenapa-kenapa kan? Lo gak suka liat gue nangis kan? Lo gak mau liat gue kesusahan kan?" Tanya Lia dengan mata nya yang mulai berair.

"Jadi gue minta maaf, dan seterusnya tolong jangan terlalu deket dulu sama gue yak. Ini gue punya permen kopi kapal tumpah, buat lo satu. Gue pergi dulu ya." Sambung nya.

Lia bergegas untuk pergi dari sana dengan kaki yang tergopoh-gopoh akibat terkilir, hati nya sangat tidak enak mengatakan hal itu pada nya. Tapi mau bagaimana lagi, sekuat-kuatnya fisik yang dia punya, tetap saja hati kecil nya masih serapuh kertas yang di bakar.

...

"Lia tunggu.." Cegah nya.

"Apa ?"

Greb..

Pelukan yang tiba-tiba itu membuat nya terhuyung ke belakang, pria jangkung ini sangat jelas tidak mengerti dengan apa yang dia katakan.

"Jangan benci padaku ya, aku akan menjauh untuk saat ini. Tapi, bisakah kita berteman?" Tanya nya.

"Tentu saja kita berteman, hanya saja waktu juga masa nya belum tepat untuk saat ini. Lepasin!" Ucap Lia seraya mendorong Affan menjauh darinya.

Dengan susah payah Lia mencoba untuk meraih gagang pintu yang ada di depan nya, perasaan nya sangat campur aduk saat ini. Keluarga nya sudah cukup menderita di desa, ia tidak ingin menambah beban pikiran mereka tentang keadaan nya saat ini.

Lain hal nya dengan Affan, ia tidak mengerti mengapa Lia memperlakukan nya seperti ini. Apakah Lia benar-benar membenci nya sekarang? Atau..?

'Mengapa Lia melakukan hal ini kepadaku?'

Kringg Kringg Kringg...
"Halo?"
....
"Oke-oke saya akan ke sana sekarang pak."
....
"Tapi pak, itu gak mungkin buat di tanganin sendiri."
....
"Baik saya akan memikirkan caranya segera."

Terkadang kabut bisa muncul di tengah hari, bahkan hujan akan turun pagi hari lalu gelap di kala sinar matahari mulai menampakan sinarnya.

Affan ingin memiliki nya, bukan sebagai pacar, tapi sebagai teman yang selalu menyentuh hati kecil nya. Atau bahkan lebih dari itu.

'Berani sekali wanita hina itu.'

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏
Eight🐥🪄 Well done.
Terima kasih sudah membaca, Ren harap ada satu dari ribuan orang yang berkenan memberikan satu bintang mereka untuk Ren.

See you.

The Secret Romance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang