6. PERNYATAAN

48 7 1
                                    

-happy Reading

✧༺♥༻

Kini Karin sedang duduk di bangku yang berada tepat di depan apotek menunggu Altar yang sedang membelikan salep untuknya. Karin menunduk sembari melihat kulit kakinya yang terlihat merah yang kontras dengan kulitnya. Gadis itu terlihat menahan senyumnya. Apakah Altar peduli dengannya?, jika jawabannya iya maka Karin akan sangat senang.

Altar keluar dari dalam apotek dengan kantong plastik kecil berwarna putih di tangannya. Dengan tiba-tiba Altar berjongkok tepat di depan Karin. Altar membuka salep di tangannya dan mengoleskan nya di kaki Karin yang memerah.
Sedangkan Karin terlihat kaget dengan apa yang di lakukan lelaki itu. Karin tidak berpikir bahwa Altar akan membantu mengoleskan salep nya. Jujur baru kali ini ia di pedulikan oleh laki-laki yang ia suka.

Memang Karin terlihat sedikit lebay namun memang benar adanya, sewaktu dirinya SMP Karin menyukai teman sekelasnya, karena ia berfikir jika dirinya secara terang-terangan peduli dan mengutarakan rasa sukanya ia akan merasakan lega, tidak peduli dengan perasaan teman laki-lakinya yang tidak memiliki rasa dengannya. Bukan penolakan yang Karin terima, melainkan sebuah kata hinaan yang Karin dapatkan.

"Gue gak sudi di suka'in sama anak yang gak di urus sama orang tuanya",

" Mana ada yang mau sama anak pelacur kaya lo"

dan masih  banyak lagi kata-kata kasar yang Karin dapatkan. Bukan hanya teman SMPnya yang mengatakan hal semacam itu, bahkan papah nya juga pernah mengatakan kata-kata yang kasar untuk nya.

*flashback on*

Seorang gadis kecil dengan seragam SD nya yang masih melekat, kini sedang sibuk berkutat dengan selembar kertas yang sudah ia tempelkan beberapa sticker dan tulisan yang sedemikian rupa, di tulisan itu tertulis perasaan Karin kecil yang ingin di cintai oleh sesosok ayah. Ya, dia adalah Karin yang berusia 7 tahun. Sudah hampir 3 jam Karin membuatnya.

Sejak sepulang sekolah tadi, anak itu memasuki kamarnya dan berfikir bagaimana agar papahnya menyayangi nya sepert yang teman-teman nya rasakan. Dirasa tak menemukan jawaban yang ia butuhkan Karin pun mengambil tablet miliknya yang berada di atas tempat tidur. Karin kecil membuka aplikasi berwarna merah dengan segitiga berwarna putih di tengahnya. Dengan pelan dan hati-hati Karin kecil telah menyelesaikan ejaan untuk searching di aplikasi itu.

'Bagaimana cara di sayangi oleh papah'

Beberapa menit berlalu ia habiskan untuk menonton salah satu video yang muncul. Di video memperlihatkan seorang anak kecil yang memberikan surat untuk papahnya, setelah papahnya menerima surat itu dan membacanya dengan mata yang berkaca-kaca papahnya langsung memeluk anaknya dengan erat. Setelah menyelesaikan video itu senyum Karin kecil mengembang dan dengan cepat menyiapkan kertas, pensil, dan beberapa sticker miliknya.

3 jam Karin kecil habiskan untuk menulis surat itu. Dengan senyum yang mengembang Karin kecil keluar dari kamarnya dan menuju ruang kerja papahnya, Karin berharap setelah membaca surat ini papahnya akan memeluknya seperti yang di perlihatkan di video tadi.

Dengan sedikit berjinjit gadis kecil itu membuka pintu ruang kerja papahnya yang tidak terkunci, di dalam memperlihatkan Alexander yang sedang berkutat dengan komputernya dan beberapa tumpukan kertas di sampingnya. Karin kecil memberanikan dirinya untuk menghampiri sang papah yang terlihat sangat fokus.

"Pah, aku buat ini loh untuk papah" Karin kecil menyodorkan secarik kertas yang sudah ia buat tadi. Alexander yang menyadari anaknya berada di sampingnya menoleh sekilas dan kembali sibuk dengan kerjaannya.

Merasa tak di pedulikan Karin kecil menarik ujung baju yang dikenakan papah, berharap sang papah menoleh.

Merasa terganggu dengan yang dilakukan anaknya Alexander menoleh dan melihat anaknya. Alexander mengambil secarik kertas yang disodorkan sang anak. Karin kecil tersenyum senang, apakah sebentar lagi dirinya akan di peluk oleh papah?.

Senyuman yang berada di bibir Karin perlahan luntur di gantikan dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Ia kira papahnya akan menghargai surat pemberian nya, ia kira sebentar lagi akan dipeluk oleh papah. Ternyata itu semua hanyalah harapan Karin yang entah kapan akan terwujud. Nyatanya surat yang yang ia buat selama berjam-jam sudah robek menjadi kertas yang berukuran kecil di lantai.

"Jangan ganggu saya, dan pergi ke kamar! "

"Pah, aku mau di sayang sama papah, mau dipeluk sama papah, apa Karin gak bisa mendapatkan dua permintaan Karin?! " Karin kecil berteriak di hadapan sang papah, meluapkan apa yang ia harapkan.

Dengan wajah yang penuh emosi Alexander menekan kedua pipi Karin dengan tangannya.

"Dengar ya anak bodoh!, dengan kamu mengungkapkan harapan yang kamu inginkan apakah saya akan mewujudkannya? TIDAK. Jadi jangan berharap lebih"

"Anak yang dilahirkan oleh jalang seperti kamu, saya tidak sudi untuk memelukmu! " Lanjut Alexander dan pergi begitu saja meninggalkan Karin kecil yang terduduk dilantai dengan air mata yang masih mengalir.

*flashback of*

Sejak saat itu Karin memutuskan untuk menutup diri dan tidak pernah mengungkapkan apapun pada orang lain.

"Rin, Karin! " Entah sudah berapa kali Altar mencoba menyadarkan Karin yang sedari tadi melamun, karena gadis itu tak kunjung merespon, Altar pun menepuk pelan bahu Karin.

"E-eh kenapa kak? ", ucap Karin setelah tersadar dari lamunannya. Sedangkan kakinya sudah teroleskan salep.

" Lo gapapa? "

"Gapapa, oh iya kenapa lo peduli sama gue kak? " Tanya Karin untuk memastikan, apakah dia benar-banar peduli?.

"Karena gue suka lo. Jadi jangan jauh-jauh dari gue. " Setelah mengucapkan pernyataan itu Altar mengelus surai rambut Karin dengan lembut.

--TBC--

Lanjut gak niih??
Jujur aku gak pede sama hasil
Tulisan aku.

Aku Terima kritik dan saran kok.
Jangan lupa vote dan coment ya
Biar aku percaya diri.
Makasih💝

Psikopat Tampan  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang