-happy Reading
✧༺♥༻✧
"Udah kan ongobrolin eskulnya! " Ucap Altar dingin, menatap Reyhan tak suka dan menarik Karin menuju taman belakang. Sesampainya di taman belakang Altar melepas cekalan tangannya pada Karin dan memperhatikan pergelangan tangan gadis itu yang memerah dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Maaf, gara-gara gue tangan lo jadi merah" Sesal Altar. "Lain kali jangan deket-deket sama cowok manapun kecuali gue. " Laki-laki itu menatap lekat gadisnya, tangannya ter ulur untuk mengusap surai hitam milik Karin.
Karin mematung, sepertinya sekarang waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaan. Gadis itu menghela nafas mencoba mengurangi rasa gugupnya.
"Kak, se-sebenarnya gu-" Ucapan Karin terpotong dengan suara bel masuk yang berbunyi. Karin menghela nafas lelah, ternyata sekarang bukan waktu yang tepat untuk itu.
"Gak di lanjutin? " Tanya Altar penasaran.
"Gak jadi kak, bel udah masuk gue nanti ada ulangan"
Altar menggandeng tangan Karin sembari berjalan menuju kelas Karin. "Ayo gue anterin"
●
●
●
Bel pulang berbunyi semua murid SMA Tunas Bangsa berhambur keluar kelas begitupun Karin, Leana, Haikal, dan Alvaro.
Ternyata latihan dance yang Reyhan beri tahu tadi dibatalkan karena sang pelatih berhalangan untuk hadir. Bisa saja para anggota terpilih untuk lomba melakukan latihan sendiri, tapi karena ada pergantian anggota, latihan kali ini harus di dampingi oleh sang pelatih.
Kini mereka berempat sedang berjalan di Koridor, walaupun tujuan akhirnya yang berbeda. Haikal dan Alvaro akan menuju parkiran, sedangkan Karin dan Leana menuju keluar gerbang.
"Kerjain tugas bareng kuy" Ajak Haikal semangat.
"Boleh tuh, tugas IPS sama B. Indo banyak tau" Timpal Karin merasa setuju, menurut Karin sebanyak apapun tugas kalau mengerjakan nya bersama teman akan tidak terasa.
Leana mengangguk merasa setuju dengan pendapat Karin, sedangkan Haikal kini mengahadap Alvaro meminta pendapat temannya itu. Merasa tak mendapat respon dari temannya yang sedang sibuk memainkan ponselnya, Haikal menyenggol lengan Alvaro sampai sang empu menengok ke arahnya.
"Lo ikut gak? " Tanya Haikal.
"Ikut aja si gue"
"Oke, kita nanti ngerjainnya di apart nya Karin" Putus Haikal dengan cepat. "Soalnya disana pasti banyak cemilan" Sambung Haikal sembari menyengir menghadap Karin.
Karin memutar bola matanya malas saat melihat teman nya itu menyengir ke arahnya. "Yaudah nanti gue kasih tau jam nya" Ujar Karin sebelum mereka berempat berpencar ke arah tujuannya masing-masing.
●
●
●
Sudah 6 menit sejak kepulangan Leana yang katanya sudah di jemput oleh sang supir. Kalau dipikir-pikir Karin tidak pernah melihat secara langsung Leana yang menaiki mobilnya yang dikendarai oleh supirnya. Biasanya ia hanya melihat Leana yang berjalan kaki kearah samping sekolah. Tapi sudahlah Karin tidak mau pusing memikirkan dan menanyakan hal itu kepada temannya.
Karin duduk di halte seorang diri, gadis itu sedang menunggu Altar yang sedang ada rapat di ruang OSIS. Tak lama kemudian motor sport hitam dan sedikit ada warna merah berhenti tepat di depan Karin. Tentu Karin mengenal sang pemilik kendaraannya. Siapa lagi kalau bukan Altar.
Laki-laki itu menaiki kaca helmnya untuk melihat wajah cantik gadisnya. Takut jika pulangnya terlalu sore, Altar segera melepas jaketnya dan memberikan nya kepada Karin tanpa mengucapkan kalimat apapun.
Altar memperhatikan Karin yang sedang mengikat jaket di pinggangnya. Dengan otomatis tangannya mengacak-acak rambut Karin yang tergerai. Sepertinya kegiatan ini akan menjadi kebiasaan cowok itu kepada Karin.
Karin mengerucutkan bibirnya saat rambutnya berantakan ulah laki-laki di hadapan nya ini. Altar yang melihat Karin merasa kesalpun tertawa pelan, merasa gemas dengan gadis di depannya.
Dari jauh perempuan yang masih lengkap dengan seragamnya menatap tak suka pada interaksi yang dilakukan Altar dan Karin. Dengan perasaan yang kesal perempuan itu mengeluarkan ponselnya dan mulai menelepon seseorang.
"Kenapa, butuh bantuan lagi? " Tanya perempuan lainnya di seberang telepon saat panggilan itu terhubung.
Perempuan yang sedang menempelkan ponselnya ke telinga menatap kembali kearah dua orang tadi yang sudah mulai menjauh di telan jarak.
"Gue mau lo, sama temen lo lakuin lebih parah dari sebelumnya" Ujar perempuan itu dengan mata yang menerawang jauh kedepan.
"Tapi, sesuai perjanjian kalo gue di permaluin kaya kemarin, lo bakal bayar gue lebih mahal"
Perempuan itu memutar bola matanya malas. "Oke." Ucapnya sebelum ia mematikan sambungan teleponnya.
✧༺♥༻✧
Sesuai janji dengan teman-temannya, Karin memutuskan jam 7 untuk mengerjakan tugasnya di apartemen miliknya. Sedangkan kini masih sekitar jam setengah 6, gadis itu sekarang sedang berjalan menuju supermarket dengan pakaian Santainya.
Di perjalanan Karin memikirkan Altar tadi yang terlihat buru-buru setelah mengantarkannya pulang, karena hal itulah membuat Karin mengurungkan niatnya untuk memberi tahu perasaannya.
Sesampainya di supermarket Karin memilih beberapa snack untuk teman-temanya nanti, kebetulan stock snack yang ia punya sudah habis, jadilah ia membeli lebih banyak snack. Setelah memilih snack yang ingin di beli Karin berjalan menuju kasir dengan troli di depannya yang terlihat penuh.
2 kantong plastik besar kini Karin pegang sembari bersenandung pelan, saat melawati taman yang berada di dekat apartemen nya ia melihat anak laki-laki duduk sendirian di bangku taman yang mulai sepi, dari raut wajahnya Karin tidak tahu karena anak itu menampilkan wajah datar sambil melihat satu objek yang Karin tak tahu.
Karin berinisiatif untuk menghampiri anak laki-laki itu karena takut di culik oleh orang jahat. Saat sudah dekat dengan anak itu, ternyata objek yang di lihat anak kecil itu sebuah keluarga dengan seorang anak yang sepantaran dengannya yang terlihat bahagia.
Tanpa permisi Karin duduk di samping anak laki-laki itu. Anak itu menoleh saat merasa ada seseorang di sampingnya. Anak itu menatap tak suka pada kehadiran Karin.
Karin yang mengerti tatapan dari anak kecil di sampingnya itu menjelas kan kehadirannya.
"Emm kakak bukan orang jahat dek jadi gak usah takut" Ujar Karin dengan lembut, ia sedikit tidak biasa saat menyebutkan dirinya dengan sebutan 'kakak'.
Anak kecil itu mengabaikan ucapan Karin dan menatap kembali objek yang tadi ia lihat, kini keluarga itu sudah siap untuk meninggalkan taman dirasa langit sudah mulai malam.
Karin mengerti dengan tatapan anak kecil itu. Yang anak kecil itu tampilkan adalah tatapan dengan penuh luka. Karin mengerti karena ia pernah merasakan berada di posisi anak kecil disampingnya itu.
Karin menatap anak kecil itu dari samping dengan tatapan sendu. "Dulu kakak juga merasa iri sama keluarga kaya tadi"
Anak kecil itu dengan cepat menghadap perempuan lebih tua yang berada di samping nya.
"Iri?, emang keluarga kakak kenapa? "
--TBC--
Sekarang aku usahain akan up cepet yaa.
Seperti biasa jangan lupa vote dan coment. Biasakan hargai author, makasih:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Psikopat Tampan [ON GOING]
Teen FictionMenyukai seorang psikopat tak pernah Karin bayangkan dalam hidup nya. Karina Alexander atau kerap di panggil Karin, hidupnya berubah drastis dari sebelumnya, kebahagiaan yang ia rasakan dulu harus hilang begitu saja karena keegoisan orang tuanya ya...