5. KEJADIAN DI KANTIN

48 7 0
                                    

-Happy Reading

✧༺♥༻✧

PRANG!

Suara pecahan menggema dikantin, membuat atensi siswa siswi yang berada di kantin beralih ke sumber suara. Mangkuk soto yang dibawa Karin sudah tak terbentuk di lantai dengan kuah panas yang mengenai kakinya. Gadis itu menatap nanar makanan yang seharusnya akan ia makan.

"Ups, gak sengaja" Ucap siswi yang di ketahui kakak kelasnya Karin dengan wajah tanpa bersalah.

Sudah cukup dirinya bersabar. Ia bukanlah perempuan yang akan diam jika di usik. Dirinya sudah di buat badmood karena tiba-tiba ulangan dadakan, dan kini kakak kelasnya yang berulah.

Karin menatap tajam kakak kelasnya dengan wajah yang terlihat menahan amarah. "Ada masalah apa lo sama gue?! " Tanya Karin dengan penuh penekanan. Ia masa bodoh dengan orang-orang yang menganggap dirinya tidak sopan dengan kakak tingkatnya, toh dia duluan yang mencari masalah dengannya.

"HEH LO BERANI SAMA KAKAK KELAS?! " Bentak Calista-teman dari kakak kelas yang tadi menabrak Karin.

"Gak tau sopan santun banget sih lo! " Timpal Bella sambil menunjuk-nunjuk wajah Karin menggunakan jari telunjuknya. Yap, Bella lah yang menabrak Karin dengan sengaja.

Karin yang geram dengan kakak kelasnya pun meraih salah satu jus buah naga yang berada di meja dekatnya. Dengan satu gerakan Karin menyiram jus itu tepat di wajah Bella.

"Ups, gak sengaja" Ucap Karin mengikuti nada bicara Bella tadi. Dirinya puas melihat wajah Bella yang sudah penuh dengan jus buah naga. Sungguh Karin ingin menertawakan wajah Bella yang berantakan dan kotor.

Beberapa murid yang melihat kejadian itu mulai menahan tawa dan beberapa ada yang tertawa dengan terang-terangan.

"HAHAHA, muka lo kenapa? " Ledek Leana yang baru datang dan langsung tertawa dengan suara yang cukup kencang, menertawakan perempuan yang berada di depan Karin.

Bella mengepalkan tangannya menahan amarah dan malu sekaligus. Dirinya benar-benar malu sekarang. Dengan kesal Bella berjalan keluar dari area kantin dengan kaki yang di hentak-hentakkan, tak lupa Calista yang mengekor di belakang Bella.

"Lo gapapa Rin? " Tanya Leana kepada sahabatnya itu.

"Gue gapapa", Karin menduduki dirinya di kursi yang berada di sampingnya dengan wajah yang kesal.

"Eh ada keributan apaan nih? " Suara khas Haikal terdengar di penjuru kantin bahkan beberapa murid yang berada disana bisa mendengar suara Haikal. Laki-laki itu baru sempat pergi ke kantin karena tertidur di gudang, tempat ia membolos tadi bersama Alvaro.

"Berisik bego, udah tau suara lo kegedean. " Ujar Alvaro sambil menoyor kepala Haikal kesal, pasalnya suara Haikal yang kencang itu menembus telinga nya yang berada tepat di sampingnya. Not have akhlak memang!

Haikal dan Alvaro berjalan menuju ke arah Karin yang sedari tadi menyumpah serapahi Bella dan Calista. Sedangkan Leana berniat memesankan makanan lagi untuk Karin.

"Kenapa lo Rin?, trus ini kaki merah kenapa? " Tanya Alvaro setelah duduk di samping Karin sambil memperhatikan kaki Karin yang memerah.

"Tuh ulah orang gila lepas! ", jawab Karin dengan kesal, dirinya masih emosi karena kejadian tadi. Awalnya gadis itu sudah puas saat menyiram jus ke wajah Bella, tapi setelah dipikir-pikir tidak sebanding dengan kakinya yang terasa perih. Seharusnya ia jambak saja rambutnya tadi, sayangnya ia tak sempat berpikir seperti itu.

" Yuhuu, makanan datang" Leana berjalan menuju Karin dan yang lainnya dengan nampan yang berada di kedua tangannya.

✧༺♥༻✧

Bel pulang sudah berbunyi sedari tadi, beberapa murid SMA Tunas Bangsa sudah ada yang pulang, dan beberapa lainnya melakukan kegiatan disekolah. Kecuali murid kelas X IPS 2 yang kini sedang mendengarkan Bu Ratna yang masih menjelaskan materi di depan. Ralat, mereka bahkan tidak mendengarkan sang guru yang berada di depan, yang dilakukan nya adalah merapikan buku-bukunya ke dalam tas, kecuali Karin dan Leana. Karin yang sedang menidurkan kepalanya di lipatan tangan, sedangkan Leana sedang memainkan ponselnya di kolong meja.

"Ekhemm.. Kayaknya udah bel tuh" Celetuk Haikal tiba-tiba, mencoba untuk menyadarkan bu Ratna agar cepat selesai. Tau gini tadi ia bolos saja.

"Kenapa Haikal?, kamu mau pulang? " Tanya bu Ratna dengan suara yang menusuk.

"E-eh enggak bu, sampe malem juga gapapa, hehe" Haikal menyengir kikuk, senakal-nakal nya Haikal ia tetap tidak berani dengan pak Dadang dan bu Ratna.

Wajah lesu dan kusut terpampang jelas di wajah seluruh murid yang berada di kelas ini. Bagaimana tidak, jam pulang sudah berbunyi dari lima menit yang lalu tetapi bu Ratna belum ada niat untuk mengakhiri nulisnya di papan tulis, bahkan beberapa murid sudah ada yang membereskan buku-bukunya.

Beberapa menit kemudian...

"Yaudah segini dulu pelajaran dari ibu, kalian boleh pulang" Ujar bu Ratna setelah menyelesaikan tulisannya di papan tulis. Bu Ratna akhirnya meninggalkan kelas.

"Gila aja, bisa-bisanya korupsi jam pelajaran" Gerutu Leana sambil membereskan buku-bukunya ke dalam tas.

"Tau nih, hari ini Sial banget" Timpal Karin dengan wajah yang di tekuk. Hanya tinggal mereka berdualah yang berada di kelas. Sedangkan Haikal dan Alvaro sudah ngibrit keluar berbarengan dengan bu Ratna.

"Rin, gue duluan ya! " Ucap Leana, setelah itu Leana keluar dengan teburu-buru. Karin menghela nafas pelan, dirinya sudah terbiasa di tinggal Leana sendiri. Biasanya kalau Leana terburu-buru seperti itu karena dia lupa hari ini ada les. Walaupun seperti itu Karin merasa nyaman berteman dengannya. Leana itu terlihat ceria dan aktif selain itu dia juga perhatian dengan Karin.

Selesai membereskan buku-bukunya Karin keluar kelas, saat gadis itu hendak membelokkan diri ia tersentak mendapatkan Altar yang sedang bersandar di dinding kelasnya.

"Loh, lo ngapain? " Tanya Karin bingung. Karin menghadap Altar yang sedang menatapnya.

"Nunggu lo. " Setelah mengatakan itu Altar berjalan mendahului Karin menuju parkiran.

Tadinya Karin hendak berbicara lagi,tapi ia urungkan saat melihat Altar yang sudah berjalan ke arah parkiran. Mau tak mau gadis itu menyusul Altar dengan sedikit berlari karena tertinggal. Ini Altar langkahnya yang besar atau memang kaki nya yang panjang, entahlah Karin bingung.

Sesampainya di parkiran Altar menyodorkan jaketnya kepada Karin. Tanpa mengeluarkan suara apapun Karin menerima jaket itu dan memakainya di pinggang.

Di tengah perjalanan pulang, Altar menepikan motornya tepat di depan apotek. Tersadar motor yang di kendarai Altar telah berhenti, Karin turun dari motor besar milik Altar.

"Ma-" Karin yang hendak ingin bertanya terpotong karena Altar yang lebih dulu menjawab.

"Kaki lo. "

--TBC--

Jangan lupa tinggalin jejak ya!
Tolong di vote dan coment.
Usahakan hargai author!!
Terimakasih

Psikopat Tampan  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang