7. MARAH (?)

56 6 5
                                    

-happy Reading

✧༺♥༻

Karin membeku dengan degup jantung yang berdetak tak karuan. Tunggu, apakah cintanya kali ini terbalaskan?, atau mungkin ini hanya mimpi?.

Karin hendak membuka suara, namun belum sempat Karin membuka mulutnya jari telunjuk milik Altar lebih dulu menempel dibibirnya.

"Sstt, gue gak butuh penolakan lo. "

Karin terdiam, lagian siapa juga yang ingin menolak. Dengan tiba-tiba Altar menarik tangan Karin menuju motor.

Diperjalanan kali ini terasa sedikit canggung, karena pernyataan yang dilontarkan oleh Altar tadi.

✧༺♥

Karin termenung menatap langit malam lewat balkon apartemennya, gadis itu sedang memikirkan pernyataan Altar. Apakah dirinya harus percaya dengan apa yang Altar ucapkan?.

Karin memasuki apartemennya, ia tidak ingin memusingkan hal itu walaupun jauh di lubuk hatinya ia sangat-sangat senang.

Gadis itu berjalan menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya di kasur king size miliknya.

Drrt... Drrt!

Suara dering ponselnya mengganggu Karin yang sedang menyusun cerita sebelum tidur. Padahal dirinya sudah membayangkan melakukan dinner dengan Haechan.

Dengan wajah yang kesal Karin mengambil ponselnya yang berada di atas meja belajar. Setelah melihat layar ponselnya wajah Karin yang tadinya kesal berubah menjadi senyuman yang cerah. Yap siapa lagi kalau bukan Altar yang menelpon.

"Kenapa belum tidur hm? " Suara serak milik Altar terdengar setelah panggilan suara itu terhubung.

"Eh-itu eee gue belum ngantuk" Jawab Karin dengan gugup, tidak gampang untuk berbicara ketika lagi salting loh.

"Habis ini langsung tidur" Ucap Altar di seberang sana.

"Iya" Jawab Karin sejadinya, ia bingung ingin menjawab dengan kata apa.

"Besok gue jemput, good night cantik"

"G-good night too"

"Tidur yang nyenyak, jangan mimpi indah"

Tut!

Sambungan telepon itu terputus. Jangan di tanya bagaimana kondisi Karin sekarang. Gadis itu bahkan sekarang sedang meloncat-loncat di kasur king size nya dengan pipi yang merah dan senyum yang lebar.

'Good night cantik' kalimat itu terus berputar di kepala Karin.

Merasa puas menyalurkan rasa saltingnya Karin segera merebahkan tubuhnya kembali.

"Huh capek juga ternyata" Monolog Karin sambil mengelap sedikit keringat yang berada di keningnya.

Tak lama setelah Karin merebahkan tubuhnya gadis itu sudah terlelap dengan nyenyak.

Pagi hari yang cerah, secerah senyuman Karin hari ini. Gadis itu kini sedang bersiap dengan seragamnya, sesekali ia menatap pantulan cermin untuk memeriksa penampilannya.

"Pagiku cerahku matahari bersinar ku gendong tas hitam ku di pundak" Karin bersenandung menyanyikan lagu yang sering ia nyanyikan di taman kanak-kanak dulu dengan lirik yang sedikit diubah. Karin mengambil tas hitamnya dan keluar kamar menuju lobby apartement nya. Mari kita lupakan dulu gengsinya frend.

Psikopat Tampan  [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang