25. Malam bersama

74 43 19
                                    

Anjani POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anjani POV

Saat kami tengah asyik berbincang dengan para rakyat, Paman dan pelayan Daya meminta izin untuk kembali ke kerajaan. Mereka berpikir bahwa aku dan Lino perlu waktu berdua, jadi mereka memutuskan untuk memberi kami ruang.

Saat mereka pergi, mataku menangkap sosok laki-laki yang familiar di kejauhan. Dia berdiri dengan santai, senyum ceria terpampang di wajahnya. Aku merasa jantungku berdetak lebih cepat saat dia mendekat dan memelukku erat. Dia adalah Sahabatku, satu-satunya, dan aku merindukannya.

Aku melepas pelukannya dan kami mulai berbicara tentang banyak hal. Kami tertawa dan bercerita, seolah melupakan semua orang di sekitar kami. Aku bahkan tidak menyadari bahwa Lino dan para rakyat telah pergi, sampai aku melihat Lino pergi dengan kuda.

Aku berteriak memanggilnya, tapi dia mengabaikan ku. Aku merasa sedih dan bingung. Apakah dia benar-benar meninggalkanku? Aku melihat para rakyat yang masih berada di sana, dan tatapan mereka membuatku merasa tidak nyaman. Apakah aku membuat kesalahan?

Sebelum bulan menampakkan dirinya, Kaizer membawaku pulang dengan selamat. Aku masuk ke istana, mencari Lino, tapi dia tidak ada di mana-mana. "Dimana Lino? Aku harus memarahinya karena telah meninggalkan ku," gumamku sambil berjalan ke kamar kami.

Namun, saat aku membuka pintu kamar, Lino tidak ada di sana. Aku memutuskan untuk membersihkan riasan dan melepas semua perhiasanku. Saat aku sibuk dengan itu, aku mendengar ketukan pintu yang keras dan suara teriakan yang memanggilku.

"Putri Anjani! Buka pintunya!" teriak seseorang di balik pintu. Aku mengenali suara itu. Itu adalah Jayantaka.

Aku membuka pintu dan terkejut melihat Jayantaka membawa tubuh Lino yang tampak mabuk. "Ada apa ini? Apa dia mabuk?" tanyaku dengan khawatir.

"Benar, Putri Anjani, dia mabuk. Aku tidak tahu mengapa kebiasaan buruknya ini muncul lagi. Biasanya, dia hanya akan seperti ini jika dia benar-benar hancur," jawab Jayantaka sambil membaringkan tubuh Lino di kasur.

"Apa kalian bertengkar?" tanya Jayantaka sambil menatapku.

"Tidak, hanya saja…tadi…dia langsung meninggalkan ku dan aku tidak tahu apa masalahnya," jawabku dengan suara yang sedikit gemetar.

Jayantaka hanya mengangguk mendengar jawabanku. "Jangan dekati dia sebelum pagi, karena itu akan sangat berbahaya untukmu," ucap Jayantaka sambil berjalan menuju pintu.

"Berbahaya?" tanyaku dengan rasa penasaran.

"Iya, Lino akan sangat berbahaya jika dia mabuk sampai seperti itu. Dia akan berperilaku seperti bukan dirinya sendiri dan selamat malam, Anjani. Aku akan pergi sekarang," ucap Jayantaka sambil berjalan keluar.

Aku mengangguk dan menutup pintu. "Berbahaya?" gumamku, merenungkan kata-kata Jayantaka.

Dengan kecemasan yang membelenggu hatiku, entah dari mana keberanian ini muncul. Secara tiba-tiba, aku meraih dan memeriksa suhu tubuhnya. Matanya terbuka, dan dia menatapku dengan tatapan yang begitu akrab, begitu familiar dalam ingatanku.

PURNACANDRA (Bulan Purnama) END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang