Bab 7 : Nama elit

6 5 0
                                    

"Ternyata, tak hanya aku yang terluka
Untuk mencintai seseorang. "

__liandirantara__

Happy reading🍂

••••••√

Kelas XI IPS 1 adalah kelas yang tak pernah sunyi akan penghuninya. Selalu ada kebisingan meski dari hal kecil sekali pun, dan kelas ini pula yang tak jarang dibenci oleh guru karna selalu melanggar peraturan terutama siswanya.

Disamping itu semua kelas ini termasuk solidaritasnya yang tinggi membuat kelas lain terkadang iri.

Namun yang dimaksud solidaritas itu tidak selalu menyangkut tentang kerja kelompok atau rutinitas piket harian. Tapi juga saling bahu membahu ketika hukuman diberikan.

Seperti saat ini guru sedang duduk didepan dengan penggaris panjang berbahan kayu ditangan nya.

"Yang tidak mengerjakan tugas,maju kedepan." ucap bu lia didepan sana. Guru satu ini dikenal kejam dalam setiap hal.

Satu kelas seketika mengacungkan tangan keatas. Membuat wanita yang memakai kacamata minus didepan sana mengelus dada. Ini adalah ujian baginya ketika mengajar dikelas ini.

"Mau jadi apa kalian ini! saat di beri tugas bukannya mengerjakan malah ribut. " Wanita dengan sanggul besarnya itu menunjuk kedepan, wajahnya terlihat memerah karna marah.

"Apa kata orang tua kalian nanti ketika tau anaknya seperti ini disekolah! "

"Nggk ada bu, orang tua saya mah santai. " ucap salah satu dari mereka.

"Mereka mah nggk maksa bu, saya mau jadi apa besok. " Bima menyahut.

"Masalahnya nih, bu. Kapasitas otak saya itu udah mentok di 25 jadi kalau dipaksain, saya bakalan depresi dengan rumus yang ibu ajarkan." ujar rain menambahi komentar yang lain.

"Diam! Kalian ini selalu banyak alasan. Sekarang kalian semua keluar, berdiri dilapangan sambil hormat. Sebelum jam pelajaran saya habis jangan ada yang berani meninggalkan lapangan." titah bu lia tegas tak terbantahkan.

"Yah bu, diluar panas loh. Yang lain aja deh bu. "

"Sekarang! " teriak bu lia marah.

Akhirnya mereka semua keluar menjalankan hukuman, menghadap pada tiang bendera dengan matahari yang mulai panas.

Rain yang berada paling depan memikirkan sesuatu. Bagaimana agar mereka menjalankan hukuman tanpa terasa.

"Gays! Gimana kalau kita nyanyi aja. Setuju gak? " celetuk rain ditengah tangan yang menghalau sinar matahari pada wajahnya.

Cici bertepuk tangan. "Boleh tuh. "

"Setuju! " Seru semuanya.

"TU"

"WA"

"TU"

" WA"

"GA"

"MPAT"

"Eh eh eh bang bima, kenapa kau tak pulang-pulang?" nyanyian langsung dimulai dari Rere diujung barisan sambil memukul lengan Bima.

"Pamitnya pergi cari uang, tapi kini malah menghilang. " dilanjut hana dibelakangnya menggelengkan kepala.

"Eh eh eh bang dion ternyata kau cuma keluyuran. Sana sini cari hiburan,lupa rumah lupa kerjaan. " lanjut cici menjewer telinga dion disampingnya, bagai istri yang sedang memaharahi suaminya.

She PluviophileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang