BAB 4: Secret Meeting part 2

992 148 34
                                    

Albiru sempat bingung ketika tiba-tiba saja Khail mengajaknya pergi yang katanya ingin menemui beberapa orang. Selama di perjalanan, Albiru tidak memiliki kesempatan bertanya mengenai siapa yang akan mereka temui dan kenapa dirinya harus terlibat, lantaran selama di perjalanan menggunakan mobil Khail yang dikendarai oleh supir pribadi, Khail sangat sibuk mengerjakan soal lewat iPad. Sedekat apa pun mereka, Albiru tetap memiliki rasa sungkan untuk mengganggu kesibukan Khail.


Hingga kemudian mobil berhenti di depan restoran khas makanan Indonesia yang cukup terkenal dan mendapat rating tinggi dari para blogger kuliner. Dari parkiran restoran yang hanya terparkir mobil-mobil mewah, orang awam pun dapat menebak seperti apa restoran ini.

Albiru sempat heran ketika ia pikir dirinya akan duduk di bangku restoran pada umumnya seperti pengunjung lain, tetapi tiba-tiba saja Khail menarik tangannya sembari tersenyum, mencegahnya mendatangi bangku kosong di lantai dasar.

"Bukan di sini tempat kita," kata Khail.

Mereka menaiki tangga sampai ke lantai dua. Di lantai dua mereka masuk ke dalam lift. Selama perjalanan, dua orang pelayan mendampingi mereka. Lantai tiga dari restoran memiliki desain berbeda dari lantai satu dan dua. Jika dinding pada lantai satu dan dua berwarna hitam abu, maka di lantai tiga dinding berwarna putih emas. Lantainya bukan marmer seperti lantai satu dan dua, lantai di lantai tiga berjenis kayu asli berwarna cokelat tua. Lantai tiga berbentuk lorong yang panjang dan lebar, setiap lorong terdapat pintu yang jaraknya dua meter satu sama lain dan tidak ada yang saling berhadapan.

Tepat di pintu bercat putih bertuliskan VIP-8, salah satu pelayan membukakan pintu. Kedua pelayan itu membungkuk dan mempersilahkan Khail dan Albiru masuk ke dalam ruangan.

Albiru terenyah kagum memandangi ruangan yang sangat mewah. Daripada disebut restoran, di dalam ruangan ini lebih terlihat seperti ruang makan pribadi dengan meja berbentuk lingkaran yang di kelilingi beberapa bangku empuk dengan kedua sisi yang bisa digunakan untuk meletakkan tangan. Lampu besar dan mewah menjulang ke bawah tepat di atas meja makan, mendatangkan suasana ruangan yang hangat dengan warna sinar kekuningan. Terdapat gramofon di pojok ruangan dengan piringan hitam yang sudah berputar sehingga menciptakan sebuah instrumen piano yang indah 'The Spring' karya dari Antonio Vivaldi. Lima meter dari keberadaan gramofon, berdiri kulkas dua pintu di pojok ruangan.

Ada enam orang di dalam ruangan yang duduk di kursi masing-masing. Salah satu orang yang ada di dalam ruangan adalah Zennaya. Selebihnya asing bagi Albiru.

"Khail! Biru!" Zennaya dengan riang menyambut kehadiran Albiru dan Khail, tangannya melambai lembut.

"Woy, bukannya lo keterlaluan? Lo yang nentuin jam, tapi lo yang telat!" sindir laki-laki yang di ujung bibirnya menggantung gagang permen dan memiliki wajah yang terkesan galak atau berandalan.

"Maaf, gue terlambat." Khail menanggapi dengan santai, melangkah menghampiri meja dan duduk di kursi kosong.

Albiru yang bingung tidak tahu apa pun hanya mengikuti Khail. Duduk di kursi kosong tepat di samping Khail. Terbesit pertanyaan, apakah ia harus memperkenalkan dirinya atau tidak? Sebab sepertinya mereka sudah saling mengenal.

"Ini es krim gue yang ke berapa, ya?" Gadis berwajah sangat cantik mengaduk gelas beling yang terdapat sisaan es krim strawberry di dalamnya.

Albiru berdehem, berusaha mengatur debar jantungnya. Zennaya memang sangat cantik, tetapi gadis yang berbicara tentang es krimnya memiliki paras yang jauh lebih cantik dari Zennaya. Sampai-sampai Albiru merasa bahwa wajah gadis itu hasil editan Photoshop atau hasil A.I.

"Khail, lo pasti punya alasan kenapa bisa telat, kan?" tanya satu-satunya laki-laki yang mengenakan seragam putih biru. Selebihnya, orang yang berada di dalam ruangan mengenakan baju bebas.

Hetairoi : The King Of Imperium SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang