BAB 26 : Who Are You? part 1

646 104 16
                                    

"Gue udah masuk Imperium School sesuai rencana. Sekarang apa yang harus gue lakuin?" Albiru yang sedang duduk di salah satu bangku di perpustakaan apartemen, melamun dengan banyaknya pikiran. Buku catatan pribadi miliknya yang dikhususkan untuk menulis sesuatu yang penting dan rahasia, terbuka. Pulpen yang dipegang oleh tangan kirinya terus berputar tepat di tulisan 'Imperium School' hingga menciptakan lingkaran di sekitar tulisan itu.

"Cowok yang ada di foto bareng Ayah ternyata murid di Imperium School. Yang tadinya murid, sekarang jadi guru. Siklus kayak gitu bukan sesuatu yang aneh, tapi jadi aneh kalau ternyata orang itu terlibat sama Ayah." Pulpen di tangan Albiru berhenti melingkari tulisan 'Imperium School'. Sekarang, pulpen itu berputar di antara ruas jarinya.

"Kenapa Ayah kenal sama murid Imperium School, bahkan dateng ke Imperium School? Apa Ayah ada hubungan sama Imperium School? Atau Ayah cuma kenal pribadi sama Pak Garvi yang kebetulan saat itu murid Imperium School? Atau Ayah pernah jadi guru Imperium School?"

Jika sekarang Khail yang berperan sebagai Wikipedia berjalan yang selalu memberikan informasi kepadanya, maka dulu ayahnya lah yang menjadi Wikipedia baginya. Ayah memiliki wawasan yang sangat luas sama seperti Khail. Namun, dari banyaknya topik pembicaraan, ayah tidak pernah sekalipun membicarakan tentang dirinya sendiri.

"Ayah, Ibu cerita katanya waktu kecil, Ibu sering main di danau sama teman-temannya. Ibu dan teman-temannya berenang di danau. Seru banget! Aku juga mau berenang di danau! Ayah juga waktu kecil berenang di danau?" Seperti anak-anak berusia enam tahun pada umumnya, Albiru duduk di pangkuan ayahnya dan mulai berceloteh penuh semangat.

"Ayah nggak pernah berenang di danau seperti Ibu," jawab ayah.

"Kenapa?" Albiru mendongak untuk menatap wajah ayah di atas kepalanya.

Tangan besar ayah menyentuh wajahnya hingga menutupi kedua matanya, membuat penglihatannya terganggu. Tangan besar itu bergeser ke atas kepala dan mengelus kepala Albiru lembut. "Biru, nggak semua orang mengalami masa kecil yang sama. Karena waktu kecil Ibu berenang di danau, bukan berarti waktu kecil Ayah juga berenang di danau."

"Terus apa yang Ayah lakukan waktu kecil?" tanya Albiru antusias.

"Yang Ayah lakukan waktu kecil, ya?" Binar di mata ayah menghilang meninggalkan kekosongan seperti seorang pelukis yang lupa menggunakan teknik arsir pada bagian pupil mata. "Waktu kecil Ayah suka membaca buku dan melukis."

"Ayah hanya bermain sendiri? Apa Ayah nggak bermain bersama teman-teman Ayah?"

"Kadang Ayah juga bermain bersama teman-teman Ayah."

Bibir Albiru terbuka dan timbul suara tawa sesaat yang pelan. Dari posisinya yang duduk di pangkuan, kini Albiru berdiri di hadapan ayah. "Ayah main apa sama teman Ayah?" tanyanya dengan keingintahuan yang besar.

"Kejar-kejaran." Mata ayah masih terlihat tanpa arsiran, hampa. Begitu kontradiktif dengan senyuman di bibirnya yang seolah pelukis menambahkan teknik aquarel supaya lukisannya nampak lebih berwarna dan indah.

"Apa seru? Main kejar-kejarannya?"

Senyuman di bibir ayah semakin lebar, membuat tulang pipinya terangkat dan menekan bagian bawah kelopak mata hingga memanjang, pupil mata pun nyaris tersembunyi. Telapak tangan ayah mengusap rambut Albiru. Dan tidak pernah ada jawaban dari ayah setelahnya.

Albiru menelungkupkan kepala pada tumpuan kedua tangan yang terlipat di atas meja. Setelah dipikirkan kembali, ia baru menyadari bahwa cerita masa kecil ayahnya hanya sebatas itu. Tidak seperti ibunya yang memiliki banyak cerita tentang masa kecil.

Hetairoi : The King Of Imperium SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang