BAB 10 : Three Empty Seats part 1

777 121 44
                                    

Beberapa jam sebelumnya

Terkadang kita lebih mudah melupakan barang yang sudah biasa ada di dekat kita karena beranggapan bahwa kita tidak akan pernah melupakannya. Memang barang itu selalu ada pada kita, tetapi bisa saja ada kejadian tak terduga yang membuat barang itu lepas dari pengawasan dan kita tidak menyadari bahwa barang itu telah hilang.

Seperti jedai yang seharusnya terjepit di atas saku seragam putih, tiba-tiba saja tidak ada di tempat biasanya. Julia baru menyadari ketidakhadiran jedai miliknya ketika ia yang melangkah menuju kantin bersama Audrey merasa gerah hendak mengkucir rambutnya di tengah berlangsungnya musim panas.

"Eh, kok jedai gue nggak ada?" Satu tangan Julia memegangi rambut yang ingin dicepol, satu lagi meraba seragam putih yang biasa dijepit jedai di bagian saku dekat dada.

Julia yang menjalani keseharian sekolahnya tanpa melupakan jedai pun memutuskan kembali ke kelas untuk mencari jedainya. Ia pamit pada Audrey dan langsung berlari supaya cepat sampai kelas. Saat itu kelas dalam keadaan sepi, semua murid memilih menikmati waktu istirahat di kantin.

Julia sempat kesulitan mencari jedainya yang tidak ia temukan di dalam tas. Untungnya, ia berhasil menemukan jedai di kolong meja. Setelah menemukan jedai dan berhasil mengkucir rambutnya, ia berniat keluar kelas. Julia hampir saja mengalami tabrakan yang menyakitkan jika seandainya seseorang yang melangkah terburu-buru di depannya tidak berhasil mengerem mendadak.

"Oh, astaga!" Julia yang terkejut mengelus dadanya. Melihat Ella sebagai seseorang yang hampir bertabrakan dengannya, Julia pun tertawa. Begitu pun Ella.

"Lo nggak sama Audrey?" tanya Ella, karena biasanya Julia selalu sepaket dengan Audrey.

"Audrey udah di kantin. Gue ke kelas mau ambil jedai. Lo abis ke kantin?" tanya balik Julia.

"Gue belum ke kantin. Perut gue sakit banget. Terus gue ngecek ke kamar mandi ternyata haid. Gue balik ke kelas mau ambil pembalut."

"Mau gue temenin?"

"Nggak usah. Lo duluan aja."

"Oh, ya udah." Julia menatap sekilas Ella yang memasuki kelas. Setelah itu ia meneruskan perjalanannya ke kantin menyusul Audrey.

👑👑👑

Kembali ke kelas untuk mencari jedainya yang hilang adalah keputusan yang paling disesalkan oleh Julia. Sebab kembalinya Julia ke kelas menjadi salah satu alasan yang memperkuat tuduhan pencurian setelah kalung Audrey ditemukan di dalam tasnya. Mereka semua menatap terkejut Julia, bertepatan dengan jari telunjuk Albiru yang masih terpatri ke arahnya. Bahkan suara Albiru masih terngiang jelas di telinganya.

"Di dalam tas Julia."

Tidak, bukan seperti itu. Seharusnya kalung Audrey tidak ada di tasnya. Sewaktu ia mencari jedai, kalung itu tidak ada di tasnya. Tidak, bukan itu yang harus dipikirkannya dalam situasi saat ini. Yang harus ia pikirkan adalah, mengapa kalung Audrey ada di dalam tasnya? Siapa yang sudah memasukkan kalung Audrey ke dalam tasnya? Kenapa harus ke dalam tasnya?

"T-tunggu… gue… gue nggak ngerti... kenapa kalung Audrey ada di dalam tas gue?" Kebingungan membuat bola matanya membelak dengan kehampaan. Berkali-kali Julia menanyai dirinya sendiri, tetapi tidak ada satu pun jawaban yang muncul.

"Seharusnya gue yang tanya, kenapa kalung Audrey ada di tas lo?" Zennaya menahan senyumnya. Terang-terangan ia menunjukkan tuduhannya.

"B-bukan gue yang ambil kalungnya…." Isi kepalanya kosong, tidak ada satu pun argumentasi yang bisa Julia keluarkan. Kedua tangannya lunglai jatuh ke samping tubuh dan kepalanya tertunduk, tidak berani menatap orang-orang di sekitarnya.

Hetairoi : The King Of Imperium SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang