6. Kesempatan

311 27 77
                                    










Hari-hari berlalu dengan begitu cepat sejak kepergian Mingyu. Soobin lebih menghabiskan banyak waktunya bersama Wonu dan menatap matahari tenggelam sendirian. Soobin masih bisa merasakan sensasi ciuman pertama dengan Mingyu di tempat ini. Soobin ingin mempertahankan ciuman waktu itu dan tidak mau mengakhirinya. Seandainya waktu bisa dihentikan dan ia tak perlu berpisah dengan Mingyu.

Setelah ia menemukan seseorang yang ia cintai, kini ia harus merelakan orang itu pergi darinya untuk sementara waktu. Jujur Soobin tak mau, sejujurnya ia mau mencegah Mingyu pergi, karena sikap Mingyu saat izin darinya seperti tak mau berpisah dari Soobin. Mungkin Mingyu ingin Soobin mencegahnya saat itu tapi Soobin tidak melakukannya. Soobin begitu penakut, Soobin merasa tak berhak melarang Mingyu melakukan apa yang diinginkan dirinya.

Kehadiran Wonu juga telah membawa kemudahan untuk Soobin. Soobin tak perlu berjalan kaki untuk pergi ke pasar, ia bisa mengantar Ibunya jalan-jalan, ia tidak sendirian pergi kemanapun karena Wonu kuda yang pengertian. Wonu memakan apapun yang Soobin berikan, sayur, buah, kacang, lalu kuda itu akan tidur tepat waktu, tidak pernah berisik, tidak pernah mengganggu di malam hari.

Seperti saat ini Soobin mengajak Wonu pergi ke bukit tempat ia dan Mingyu melihat matahari tenggelam. Soobin juga kebetulan membawa surat pertama yang dikirimkan Mingyu. Soobin sengaja membawa surat itu ke tempat ini untuk merasakan kehadiran Mingyu bersamanya. Setelah mengikat tali pengekang Wonu ke pohon, Soobin duduk bersila di atas rumput-rumput. Ia menghadap ke pemandangan kota juga semilir angin menerbangkan rambut hitamnya.

Soobin membuka amplop mewah bertanda tangan Mingyu. Soobin mulai membaca surat itu pelan-pelan, ia tersenyum setiap kali ada kalimat gombal, karena Soobin belum pernah mendengar langsung gombalan Mingyu. Ia membayangkan Mingyu menggombal dirinya dengan wajah datar. Belum lagi ia membayangkan wajah pria itu yang bersemu merah. Ngomong-ngomong Soobin juga belum pernah melihatnya.

Setelah hatinya sedikit terbuai oleh harapan yang sudah pasti. Ia memutuskan untuk pulang ke rumah. Ia belum memasak untuk makan malam nanti. Ia menghampiri Wonu yang sedang mengunyah rumput. Kuda gagah dan besar berwarna coklat muda, bisa dibayangkan semahal apa harganya. Mingyu pasti sangat menyayangi kuda ini sampai Wonu sebesar ini. Semua kuda juga besar-besar.

Sampai di rumah Ibunya sedang merajut di luar teras. Begitu Soobin muncul, Ibunya senyum-senyum yang membuat Soobin merinding. Kalau Ibunya sudah senyum-senyum begitu artinya ada sesuatu yang membuat Ibunya senang.

"Akhirnya kamu pulang Nak. Tadi ada pengawal orang kaya yang datang mengantarkan surat, katanya itu dari Tuan Beomgyu." lapor Ibunya saat Soobin turun dari pelana.

"Tuan Beomgyu? Oh...dimana suratnya?"

"Ibu taruh di kamarmu." jawab Ibunya.

Soobin bergegas masuk ke kamarnya. Surat dari Beomgyu tergeletak diatas meja riasnya. Ia langsung membuka surat itu dan membaca isinya. Rupanya Beomgyu mengundang Soobin datang ke rumahnya besok sore. Ada sesuatu yang ingin Beomgyu berikan pada Soobin. Soobin sudah tahu alamat rumah Beomgyu, jadi dia besok akan pergi ke sana dengan Wonu. 🥀










Esoknya Beomgyu sudah menunggu Soobin di depan rumahnya. Soobin sedikit malu karena Tuan rumah itu sendiri yang menunggu dirinya di depan rumah. Sudah berapa lama? Perjalanan Soobin ke rumah ini kalau tidak salah memakan waktu 10 menit menggunakan kuda.

"Hai Wonu! Bagaimana rasanya punya majikan baru?!" Beomgyu menyapa Wonu yang meringkik senang pada kehadiran Beomgyu. "Oh iya Bin, Wonu itu makannya banyak, bagaimana dia makan selama ini?"

Soobin terkesiap. "Aku memberinya banyak buah-buahan dan roti. Kalau soal rumput, di tempat aku tinggal banyak rumput dan daun jadi aku jamin Wonu tidak kelaparan." jawab Soobin.

LOVE MAZE (Soobin Cent) 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang