3. Iri Hati

376 41 43
                                    







Apakah Tuhan telah merencanakan ini? Tak terbesit sedikitpun dalam pikiran Soobin ketika ia melihat Mingyu berdiri di dekat jembatan yang selalu ia lewati ke jalan pulang. Mingyu dan kudanya yang sudah menunggu. Tadinya Soobin mau pura-pura tidak melihat, tapi penglihatan Mingyu terlalu tajam. Tuan kaya itu melambai seolah memberitahu Soobin kalau dia sedang menunggu.

Soobin terpaksa melewati jembatan itu. Kakinya melangkah gugup, ia takut salah lihat, mungkin ini cuma mimpi di siang bolong.

Sayangnya ini nyata ketika Soobin mendengar suara merdu laki-laki di hadapannya.

"Apakah aku menakutimu?"

Soobin tersentak. "Ti...tidak Tuan Mingyu, maksudku Kak Mingyu...saya tidak mau dianggap gila karena melihat Kakak di sini."

Mingyu terkekeh geli. "Kamu tidak salah lihat kok. Aku memang sengaja menunggu kamu di sini karena kalau di daerah pasar terlalu ramai. Aku tidak suka menarik perhatian, aku hanya perlu menemuimu."

"Kenapa Kak Mingyu mau menemui saya?"

"Memangnya tidak boleh ya? Aku kan sudah bilang kalau kita akan bertemu lagi."

"Ta...tapi saya kira kita akan bertemu secara tidak sengaja, bukan sengaja begini."

"Ya sudah aku pergi saja!"

"Kak..." Soobin dengan reflek meraih tangan Mingyu. Ini sentuhan kedua dengan Mingyu, membuat Soobin terbelalak, ini tidak sopan namanya.

"Kamu lucu banget sih kalau panik. Aku tidak sekekanakan itu kok. Aku tahu kamu gugup dan takut. Kamu tidak perlu takut, meskipun aku selalu membawa pengawal, tapi aku orang yang bebas. Orangtuaku tidak pernah membatasi aku dalam pertemanan."

"Maksud Kak Mingyu kita berteman?" Soobin hampir ingin menggigit lidahnya ketika ia melontarkan pertanyaan yang lancang ini.

"Iya. Tidak boleh?" sahut Mingyu setengah menggoda Soobin.

"Bo...boleh kok. Pertemanan itu juga tidak ada batasnya."

Mingyu terkekeh lagi. Ia sudah beberapa kali terkekeh geli karena reaksi Soobin yang lucu. "Rumahmu dimana?"

"Rumah? Aku tidak punya rumah. Aku cuma tinggal di gubuk di perbatasan kota."

Mingyu mengangguk mengerti. "Naik."

Soobin seperti orang dongo karena beberapa kali dibuat serangan jantung oleh Mingyu. "Maksud Kakak ke kuda Kakak ini?"

"Iya, aku sengaja membawa Wonu untuk kita. Sekarang kamu naik, lalu tunjukkan jalannya."

Dia bilang kita? Tuhan memang ingin membunuh Soobin dengan serangan jantung.

"Kamu pasti tidak tahu caranya naik kan?" Mingyu ternyata malah salah paham.

Soobin menjerit kecil saat Mingyu mengangkat tubuhnya ke atas punggung kuda yang begitu besar, gagah dan sehat. Mingyu menyusul di depan Soobin bersiap menunggang kudanya.

"Pegangan ya Bin, Wonu ini pembalap pacuan kuda, aku tidak mau kamu jatuh saat kuda ini berlari."

Soobin menuruti kata Mingyu. Ia mengulurkan tangannya untuk memeluk pinggang Mingyu yang lebar. Luar biasa, Soobin sangat menyukai wangi tubuh Mingyu. Saat kuda ini berjalan dan berlari, angin menerbangkan wangi tubuh Mingyu. Rasanya Soobin begitu tenang menghirupnya.

Begitu juga dengan Mingyu. Ia senang Soobin tanpa ragu mau memeluknya. Dia sedikit berbohong soal kuda ini. Wonu bukan kuda pembalap, kalau benar bisa habis Soobin karena kuda pembalap memiliki kemampuan lari lebih cepat. Ia berbohong agar Soobin tidak ragu memeluk dirinya. Dia memang pemuda yang pemalu, lucu sekali.










LOVE MAZE (Soobin Cent) 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang