17. Jiwa Yang Hilang

110 9 0
                                    










Sudah beberapa hari sejak Soobin kehilangan bayi dan rahimnya ia sering menemui patung Dewi. Di tempat itu Soobin mencurahkan semuanya pada patung tersebut. Perasaan, kesedihan, kehilangan, semuanya Soobin adukan. Soobin merasa jika Dewi sedang menguji atau membenci Soobin saat ini. Dewi memberikan apa yang Soobin minta, berupa kekayaan, namun saat kekayaan itu ada di tangannya, sesuatu yang berharga darinya diambil.

Apakah benar apa yang dikatakan Nenek asing waktu itu? Lantas, apalagi hal berharga yang Soobin miliki untuk diambil Sang Dewi jika keinginan Soobin dipenuhi? Ia masih punya Kak Mingyu, dan Ibunya. Soobin tiba-tiba merasa khawatir dengan kesehatan Mingyu karena lelaki itu berhenti mengirim surat untuk Soobin. Soobin masih percaya mungkin lelaki itu sangat sibuk, namun tetap saja hatinya semakin resah.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tidak bisa punya anak lagi, walaupun Chaemin tidak masalah dengan itu, bagiku memiliki anak adalah impian yang sangat aku inginkan. Apa yang salah dariku?! Kenapa aku tetap tidak merasa bahagia?" tangis Soobin menatap wajah patung Sang Dewi.

Patung itu tidak akan memberikan ia jawaban. Soobin kembali ke kuda Wonu untuk pulang. Ia bahkan tidak mau pulang, ia juga tidak mau menemui Ibunya saat keadaan hatinya sedang berduka. Ia punya tempat yang cocok untuk menenangkan perasaan, ia bisa pergi ke tempat itu. Hanya tempat itu yang membuatnya merasa tenang.

Baru beberapa langkah kuda, Soobin dihadang oleh Yeonjun. Yeonjun tidak membawa kudanya, memang beberapa hari ini Yeonjun selalu mengawasi Soobin dari kejauhan. Itu karena Yeonjun takut Soobin berbuat diluar akal sehatnya, selain itu Yeonjun juga merasa bersalah karena ialah penyebab kesedihan Soobin atas kehilangan bayi itu.

"Yeonjun? Ada apa?" tanya Soobin serak dan lemah.

Yeonjun tersayat mendengar suara serak Soobin. Pemuda itu tidak pernah berhenti menangis, Yeonjun selalu memperhatikan Soobin dan tahu kapan Soobin menangisi nasibnya. "Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Biarkan aku menghiburmu Soobin."

"Tidak perlu Kak. Kakak tidak perlu mengasihani aku. Aku bisa menghibur diriku sendiri."

"Soobin aku mohon. Untuk kali ini saja, biarkan aku meminjam waktumu. Aku juga khawatir padamu, aku tidak bisa membiarkanmu tenggelam dalam penyesalan terus menerus."

"Aku tidak akan mengambil jalan yang Kak Yeonjun pikir. Aku tidak akan meninggalkan dunia dengan mudah." Soobin membayangkan wajah Mingyu, benar, ia belum bertemu Mingyu jadi ia tidak akan pernah meninggalkan dunia ini. Ia bertahan untuk Mingyu, ia kuat untuk Mingyu.

"Ini juga salahku Soobin. Aku seharusnya tidak mengajakmu melakukan hubungan intim itu, seharusnya aku bisa menahan diriku sendiri."

"Ini bukan karena hubungan itu Kak. Aku minta, lupakan saja kejadian itu, aku tidak mau mengingatnya, dan jangan sampai suamiku tahu. Suamiku pasti akan murka dan aku takut dia akan mencelakakanmu."

"Kau mau kan, membiarkan aku menghiburmu? Sebentar saja, nanti kita pulang sama-sama."

Soobin tidak punya alasan lain untuk menolak ajakan Yeonjun. Soobin juga paham jika Yeonjun yang lebih merasa bersalah karena hubungan itu. Soobin bisa kuat, namun Soobin takut Yeonjun akan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Lalu ia pun menyetujui ajakan Adik iparnya ini. Yeonjun tersenyum lebar, ia mengambil alih kuda Wonu dan berjalan ke tempat yang Yeonjun maksud. Soobin memeluk pinggang Yeonjun dari belakang.

Tak bisa ia pungkiri jika ia merasa nyaman dengan kehangatan tubuh Yeonjun. Walaupun tubuh Yeonjun tidak seperti tubuh Chaemin, namun tubuh Yeonjun sangat menenangkan segala gundah di hati Soobin. Kalau begitu, bagaimana dengan tubuh Mingyu? Kalau Yeonjun bisa senyaman ini, maka Soobin ingin mati di pangkuan tubuh Mingyu yang nyaman.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVE MAZE (Soobin Cent) 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang