"Kaki Anda terkena racun. Entah, bagaimana caranya racun itu bisa menembus sepatu Anda hingga menyebabkan resiko kelumpuhan."
Jorell menggenggam dagu. Keningnya berkerut. Kondisi ini sepertinya belum pernah terjadi. Sampai-sampai tabib keluarga ini kebingungan memahami situasi.
"Sebenarnya, Anda pergi ke mana, Nona?" tanya Jorell dengan wajah serius.
"Hanya berjalan-jalan di pasar. Aku tidak berinteraksi dengan siapapun secara berlebihan. Setelah membeli makanan, aku dan Leila langsung pulang," ceritaku.
Pertemuan dengan Pashenka sengaja tak kusebutkan. Hati kecilku menyatakan, pria itu bukan orang sembarangan. Meskipun lusuh dan berpenampilan seperti pengemis, dia pasti sedang melindungi jati dirinya.
"Tidak mungkin ada racun bertebaran di jalanan. Sekalipun ada, bukan Anda saja korbannya. Sejauh ini, saya belum mendengar isu apa pun di luar sana," kata Jorell.
"Apa kaki Nona Giselle akan lumpuh, Tuan Jorell?" tanya Leila menyela pembicaraan kami.
"Saya akan mengupayakan segala cara untuk menyembuhkan kaki Nona Giselle. Dengan catatan, selama beberapa Minggu Nona tidak menggunakan kakinya untuk berjalan," balas Jorell serius.
"Beberapa Minggu? Itu terlalu lama!" keluhku.
"Demi kesehatan Anda, Nona!" tukas Jorell dan Leila secara bersamaan.
Padahal beberapa menit yang lalu, aku sudah merencanakan ingin melakukan perjalanan panjang. Sebagai menantu duke, mengecek perekonomian sekitar sangat penting untuk memastikan kesejahteraan mereka.
Walaupun aku tidak dibebani tugas khusus, hati yang mendorong niat itu dilaksanakan. Daripada berdiam diri di Mansion Naga, bertemu Dariel, atau mati kebosanan, lebih baik melakukan kegiatan positif.
Mana tahu ramalan ibunda Audite benar-benar nyata. Tanpa ramalan itu pun, aku ingin hidup berguna. Setidaknya, bisa membantu melaporkan pada duke daerah mana yang tidak sejahtera.
"Bagaimana keadaan Giselle?"
Aku menoleh. Dariel dan Lionel berjalan ke dekat ranjang. Tatapan mereka mengarah pada Jorell. Huh, ternyata dia masih punya hati. Sampai datang ke mari untuk melihat kondisi kakiku.
"Tuan Dariel, kondisinya agak buruk. Saya harus pergi ke selatan untuk mencari tanaman obat. Meskipun kasus ini belum pernah terjadi, saya akan berusaha dengan segala cara," ungkap Jorell.
"Leila!" panggil Dariel dingin.
"Saya, Tuan."
Meskipun sikapnya sangat tenang, aku tahu Leila tengah gemetar. Sebagai orang yang membersamai diriku selama 24 jam, dia adalah orang pertama yang akan disalahkan.
"Ceritakan padaku, kenapa Giselle bisa terkena racun!" titah Dariel.
"Sebenarnya, Nona Giselle mengajak saya pergi ke pasar setelah bertemu Anda, Tuan. Kami tidak bertemu siapapun di sana, selain pedagang, tentu saja," jawab Leila apa adanya.
"Lantas bagaimana kakinya bisa terkena racun? Apa kau dalangnya?" tuduh Dariel.
Aku terperanjat. "Bagaimana bisa kau menyalahkan Leila atas situasi ini? Kalau aku tahu siapa pelakunya, tentu sudah kukatakan! Dan itu bukan Leila!"
"Kau melindunginya?" sinis Dariel.
"Walaupun kau mengenalku sebagai orang lemah sebelumnya, tak mungkin aku melindungi orang yang membuat diriku terancam lumpuh, Dariel," ucapku penuh penekanan.
Situasi memanas. Berani-beraninya dia menuduh Leila. Tanpa Leila aku tidak akan kuat menghabiskan hari-hari membosankan di Mansion Naga sialan ini.
Terserah kalau dia tidak peduli, tapi sekalipun Dariel anak semata wayang penguasa Apore, dia tak berhak menghakimi Leila sembarangan seperti sekarang. Aku benci itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And The Bad Husband [On Going]
FantasySetelah mati tenggelam, aku terbangun di tubuh seorang wanita lemah lembut bernama Giselle Albern. Wanita yang hidupnya dihabiskan dalam kebodohan karena menuruti apa kata suaminya yang kejam, Dariel Edmont, putra pertama Count Jarrod Edmont. Apakah...