Aku duduk di beranda penginapan sembari menatap bulan sabit. Sajian teh hangat dan sepiring ubi rebus menjadi teman. Baru saja bibi pemilik penginapan mengantarkannya ke mari.
Semenjak tahu kegiatan kami, penginapan digratiskan. Sampai kapanpun tak perlu membayar. Bibi pemilik penginapan bersyukur kami datang membawa perubahan.
Padahal, awalnya aku datang ke mari untuk membangun kekuatan. Ya, mengambil hati rakyat agar mendapat pengikut dengan mudah. Siapa sangka keberuntungan malah berpihak padaku.
Meskipun begitu, ada satu hal yang membuat hati gundah gulana. Aku sangat ingin pergi ke Adanac. Pashenka belum memberikan kabar sama sekali tentang mereka.
Perlahan-lahan, keping ingatan Giselle mulai berkumpul di kepala. Duke Albern adalah pemimpin baik hati yang mengutamakan rakyat.
Di sela-sela kesibukannya, ia masih menyempatkan diri untuk bermain dengan putrinya. Selalu saja ada waktu, padahal dokumen bertumpuk di atas meja.
Setiap pulang dari perjalanan jauh, di tangannya selalu membawa banyak oleh-oleh. Tak seorangpun dari pelayan yang boleh menyentuhnya.
Duchess Albern, yang memiliki nama asli Ivana, adalah wanita berhati lembut keturunan petani jagung yang handal. Bisnis jagungnya benar-benar besar.
Buah dari kejujuran dan keuletan saat bekerja, Duke Albern malah menemukan tambang berlian di kebun jagung milik istrinya.
Jiwa pebisnis membuat Duke Albern mengembangkan ladang uangnya dengan membeli tambang nikel. Maka keluarga Albern adalah keluarga paling kaya di negeri ini.
Pernikahan Giselle dan Dariel pun terjadi karena harta. Keluarga Duke Edmont melihat jelas keberuntungan yang dibawa oleh Giselle jika memiliki hubungan keluarga.
Sayang sekali, mereka tidak bisa memberikan kenyamanan. Sampai-sampai Giselle mati tenggelam di danau buatan belakang mansion, entah bunuh diri atau murni kecelakaan--aku tak begitu ingat.
Sekarang, aku yang diberikan kesempatan untuk hidup kembali malah tersesat ke zaman ini. Hidup untuk membalaskan dendam seseorang, sekaligus mengobati jiwa miskin dan haus kasih sayang orang tua yang kumiliki.
Orang tuaku yang sebenarnya--sebelum bereinkarnasi, adalah orang terburuk sedunia. Ayahku pergi bersama wanita malam, sementara ibu tak pernah mengganggap dirinya mempunyai anak.
Sejak kecil, hanya siksaan yang aku dapatkan. Sekolah seadanya saja. Sejak SMP sudah bekerja paruh waktu di restoran, dengan gaji diambil oleh ibu tanpa sisa sepeser pun.
Luka lebam di beberapa bagian tubuh bukan hal baru. Bahkan beberapa orang sudah terbiasa dengan itu. Hingga akhirnya aku mengalami kecelakaan dan terbangun di zaman berbeda.
Rasa bingung pasti ada. Namun kebahagiaan yang lebih kentara. Aku tak perlu bertemu ibu dan mengalami siksaan lagi. Toh di sini hidupku bergelimang harta.
Siapa sangka ternyata ada beban lain, yakni soal keluarga Duke Edmont dan keluargaku sendiri. Kalau mampu menyelesaikan masalah ini, pasti aku akan bahagia, kan?
Sayangnya, untuk memperoleh semua itu, aku harus bekerja lebih keras dari biasanya. Untung saja bertemu Pashenka di pasar. Lalu menjadikannya sebagai ajudan.
Langkahku sedikit lebih ringan. Ke mana-mana ada pelindung. Ditambah Leila yang cakap dan sangat menyayangiku, semua jadi serba mudah.
Sungguh, hatiku mulai nelangsa. Padahal jiwa yang mendiami cangkang kosong ini belum pernah bertemu dengan Duke dan Duchess Albern, tapi rindunya setengah mati.
Bisa saja aku kabur sekarang untuk pergi ke Adanac, tapi jaraknya tidak sedekat itu untuk pergi tanpa persiapan. Makanya sampai sekarang masih ada di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And The Bad Husband [On Going]
FantasySetelah mati tenggelam, aku terbangun di tubuh seorang wanita lemah lembut bernama Giselle Albern. Wanita yang hidupnya dihabiskan dalam kebodohan karena menuruti apa kata suaminya yang kejam, Dariel Edmont, putra pertama Count Jarrod Edmont. Apakah...