04: Kesalahan yang Sama

223 23 0
                                    

Tiga tahun berlalu sejak Maeve bergabung di pasukan pengintai.

Di luar misi, ia banyak menghabiskan waktunya untuk berlatih dengan Levi. Mempertajam keahliannya. Ia juga banyak bercengkrama dengan Hange, mendengarkan berbagai penemuannya tentang titan. Menurut Maeve, informasi Hange cukup bermanfaat kalau ia sedang menjalani ekspedisi nantinya.

"Levi."

Levi menoleh kala Erwin memanggilnya. "Apa?"

"Menurutmu bagaimana kemampuan Maeve sekarang?" tanya Erwin. "Apakah dia aman untuk melaksanakan ekspedisi ke-56?"

"Dia sudah jauh lebih berkembang dari saat baru bergabung," jawab Levi. "Seharusnya dia baik-baik saja."

Erwin mengangguk. "Aku tak akan bisa memaafkan diriku sendiri kalau dia juga mati di bawah komandoku seperti kedua orang tuanya."

"Berhenti menyalahkan dirimu atas kematian prajurit."

"Memang tanggung jawabku, Levi." Erwin menatap Levi serius. "Mereka bergerak di bawah komandoku dan komandoku mengantarkan mereka ke kematian. Sekalipun mereka rela mati demi keselamatan umat manusia, tanganku tetap dipenuhi darah mereka yang sudah gugur."

Levi menghela napas. "Tanpamu ekspedisi kita juga tidak akan sampai di titik ini, Erwin. Mereka mati dengan terhormat."

Erwin tersenyum. Levi adalah orang paling rasional yang pernah ia temui. Erwin belum pernah melihat Levi menunjukkan sisi emosionalnya. Levi selalu terlihat dingin, tak pernah menunjukkan ekspresi yang berarti.

"Oh iya, tolong awasi kadet angkatan 104 yang berpotensi masuk ke pasukan pengintai," titah Erwin. "Kita butuh banyak prajurit baru, tetapi aku yakin mereka juga tak banyak yang berminat."

"Akan ku awasi." Levi menyanggupi.

"Ajak Maeve juga, dia cukup dekat dengan para kadet. Seharusnya ia tahu banyak informasi tentang kadet."

Levi memijat pelipisnya. "Sampai kapan aku harus menjadi pengasuh bocah itu?"

"Dia bukan bocah lagi, Levi. Dia juga prajurit sepertimu."

Levi merotasikan matanya malas. Maeve akan selalu menjadi bocah tengil di matanya.

***

Erwin mengutus Levi dan Maeve untuk datang ke tempat pelatihan para kadet. Atas persetujuan Keith Sadies, instruktur latihan kadet, Levi dan Maeve diizinkan untuk mengamati dari jauh.

"Mikasa Ackerman, dia luar biasa. Dia peringkat satu di angkatannya." Maeve menunjuk kadet berambut pendek yang bermanuver dengan lincah menggunakan ODMG. "Lihat gerakannya, itu sama sekali bukan gerakan amatir!"

Levi mengamati kadet yang dimaksud Maeve lalu mengangguk setuju. "Ya, dia lumayan."

"Annie Leonhart, dia juga hebat. Tapi dari gosip yang ku dengar, dia cenderung penyendiri. Jadi kemungkinan dia tidak bisa bekerja dalam tim."

"Kau seharusnya lebih banyak menghabiskan waktu untuk berlatih daripada bergosip dengan kadet."

"Hei! Ini informasi penting!"

Levi tak peduli. Ia kembali mengamati latihan para kadet. Matanya tertuju pada satu kadet berambut cokelat yang bersusah payah menebas objek latihan.

"Dia siapa?" Levi bertanya.

"Cih! Kau butuh informasiku juga kan?" Maeve meledek. "Eren Jaeger, dia yang hampir gagal direkrut karena sabuknya berkarat. Kemampuannya biasa saja, tapi dia menunjukkan tekad yang kuat. Dia berasal dari Distrik Shiganshina yang gerbangnya dijebol titan kolosal lima tahun lalu, sama dengan Mikasa Ackerman dan Armin Arlelt."

Serene [ Levi x OC ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang