22: Maeve, Prajurit Tangguh

189 21 6
                                    

Maeve sedang merapikan berkas di ruangan Erwin. Besok sore mereka berangkat ke Shiganshina. Seluruh dokumen yang harus Erwin kerjakan sudah selesai, tetapi kertas-kertas itu berserakan di seluruh ruangan dan Maeve tak akan membiarkannya terus berantakan. Sepertinya ia mulai tertular virus maniak kebersihan milik Levi.

Erwin sedang mengadakan rapat tertutup bersama Dhalis Zachary, Hange, dan Levi. Levi sempat memberi tahu kalau rapat ini akan membahas serum titan yang Levi dapatkan dari Kenny. Hange telah mencoba meneliti asal muasal serum itu, tetapi sampai sekarang mereka belum menemukan jawabannya.

"Wah, meja kerjaku terlihat seperti baru!"

Erwin masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk pintu. Maeve terlonjak kaget lalu membalik tubuhnya sambil merengut.

"Paman benar-benar harus belajar mengetuk pintu!" gerutu Maeve kesal.

"Mengetuk pintu ruanganku sendiri?" Erwin malah bertanya jahil.

"Terserah." Maeve mendengus. "Beberapa berkas sudah ku taruh di ruangan Dhalis Zachary tadi."

"Terima kasih, Maeve. Kau sangat bisa diandalkan," puji Erwin. Pria itu duduk di balik meja kerjanya. Ia memeriksa lagi berkas-berkas yang baru dirapihkan Maeve.

Maeve duduk di sofa yang ada dalam ruang kerja Erwin. Ia merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal. Dari pagi, ia membantu seluruh anggota regu Levi yang lain untuk mengemasi perlengkapan yang akan mereka bawa ke Shiganshina.

"Oh ya Maeve, berkas ini untukmu."

Maeve menoleh bingung ke arah Erwin. "Berkas apa?"

"Baca saja lalu tolong tanda tangan di bawahnya," balas Erwin dengan senyuman tipis.

Maeve menerima secarik kertas itu lalu membacanya dengan saksama. Perlahan keningnya mengerut. Berkas itu membahas tentang kenaikan pangkat beserta perubahan besar upah yang ia terima. Maeve tidak ingat ia merapihkan berkas ini tadi di meja Erwin. Ia belum pernah membacanya.

"Aku dipromosikan?" tanya Maeve berusaha menyimpulkan.

"Benar." Erwin mengangguk. "Melihat Levi selalu mengemban tanggung jawabnya sendirian, ku rasa sudah sepatutnya dia memiliki wakil untuk menemaninya. Contohnya seperti Hange yang memiliki Moblit."

"Tapi jabatan Hange lebih tinggi dari Levi, sudah sepatutnya dia punya wakil. Kalau Kapten Levi... apakah boleh baginya memiliki wakil?" Maeve terlihat berpikir keras. "Paman, bukannya aku tidak senang dengan promosi ini. Aku takut orang-orang berpikir kalau aku naik jabatan hanya karena kau-"

"Orang-orang tahu seberapa hebat dirimu, Maeve. Kau dan Levi bekerja sama dengan baik di medan perang. Saat aku mengajukan proposal ini, Dhalis Zachary juga setuju denganku," potong Erwin. "Berhenti memandang rendah dirimu sendiri. Kau bisa sampai di posisi sekarang bukan hanya karena aku dan Levi. Ini semua karena kemampuanmu sendiri, Maeve."

"Maafkan aku, Paman."

Erwin tersenyum teduh. "Kau prajurit yang tangguh, Maeve."

"Terima kasih." Maeve balas tersenyum. "Jadi aku hanya perlu tanda tangan di sini?"

"Benar. Kalau sudah, mulai di misi besok kau resmi menjadi wakil kapten."

Maeve mengambil pena di meja Erwin lalu menandatangani berkas itu. Sejujurnya ia masih takut dengan tanggapan orang-orang. Namun, ia akan berusaha mempercayai dirinya sendiri. Kalaupun orang lain merendahkannya, Maeve akan berusaha menunjukkan kemampuan terbaiknya agar mereka tahu kalau Maeve mampu berdiri di kakinya sendiri. Tanpa Erwin, tanpa Levi, tanpa kedua orang tuanya, hanya Maeve dan dirinya sendiri.

"Oh ya, soal rapat tadi, aku mempercayakan serum titan itu kepada Levi." Erwin menjelaskan. "Jadi keputusan tentang kapan dan pada siapa Levi akan menggunakan serum itu, semua ada padanya. Karena kau sekarang adalah wakilnya, mungkin kau juga bisa berdiskusi dengan Levi terkait serum itu."

Serene [ Levi x OC ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang