12: Perasaan Baru

212 24 1
                                    

"Maeve."

Levi dan Maeve sedang menunggangi kuda, hendak kembali ke rumah persembunyian regu Levi di tepi hutan. Sepanjang perjalanan, Maeve menghabiskan waktunya untuk melamun. Merenungi semua yang terjadi belakangan ini.

Aktivitas pasukan pengintai 'hampir' dibekukan. Seluruh kegiatan mereka dibatasi dan fasilitas mereka banyak dicabut oleh kerajaan. Erwin juga akan diadili oleh pengadilan, tak semua orang bisa datang menjenguknya saat ini. Maeve menghela napas panjang.

Kenapa mereka dianggap sebagai penjahat? Apakah selama ini ketika mereka berkorban nyawa untuk keselamatan umat manusia itu tak ada harganya? Banyaknya nyawa yang harus dikorbankan juga bukan keinginan mereka. Bahkan mereka saat ini sangat beruntung karena masih bisa bernapas, sementara orang-orang selama ini bisa hidup tenang bersembunyi di dalam tembok.

Siapa sebenarnya yang jahat di sini?

"Maeve!"

Maeve akhirnya menoleh ketika suara Levi sedikit meninggi. "Y-ya, Capt?"

"Kau baik?" Levi menaikkan sebelah alisnya. "Tumben kau tidak cerewet."

"Ku kira kau senang kalau aku diam."

"Ya, ku kira begitu. Tapi ternyata kalau kau diam justru menyeramkan," sahut Levi. "Jika ini tentang Erwin, dia akan baik-baik saja."

Maeve menghela napas panjang. "Aku tak yakin tentang itu."

"Percayalah dia terlalu pintar untuk mengelabuhi orang-orang di pengadilan." Levi mendengus. "Dia akan baik-baik saja, Maeve. Nanti sore kita akan berangkat menjenguknya."

Maeve mengangguk. Semoga begitu.

Jika sesuatu terjadi pada Erwin, Maeve tak bisa membayangkan seberapa hancur dirinya nanti. Ia telah kehilangan sahabat-sahabatnya. Walau kini ia juga bahagia bersama dengan regu Levi yang baru, namun ia masih sering menangis ketika merindukan Aster, Dale, Vivi, Petra, Oluo, Eld, dan Gunther.

"Kita hampir sampai," ujar Levi.

Maeve menatap ke depan. Rumah sederhana tempat mereka bersembunyi sudah tampak.

"Semoga bocah-bocah itu sudah selesai membersihkan rumah," lanjut Levi. "Kita sudah pergi cukup lama."

Maeve tertawa kecil. "Jangan terlalu keras pada mereka, Kapten. Mereka masih anak-anak."

"Mereka harus diajari sejak kecil."

Levi dan segala ideologi premannya.

Levi baru saja merekrut anak angkatan 104 yang berbakat untuk menjadi anggota regu barunya. Anggota baru itu terdiri dari Eren Yeager, Mikasa Ackerman, Armin Arlert, Connie Springer, Sasha Braus, Jean Kirstein, dan Historia Reiss. Maeve cukup dekat dengan mereka semua, jadi mudah baginya berbaur dengan para anggota baru.

Levi dan Maeve masuk ke dalam rumah dan disambut dengan keributan di ruang makan. Eren langsung menoleh menatap kedatangan Levi dengan ngeri.

"Hei! Ssh! Diam!" Eren berusaha menenangkan teman-temannya.

Levi mendekati meja makan, menyapukan tangannya di bawah meja itu untuk memeriksa debu yang tersisa. Maeve merotasikan matanya malas. Maniak kebersihan ini mulai bertingkah lagi.

"Aku yakin sudah memberikan kalian banyak waktu," sindir Levi.

Eren langsung memelototi teman-temannya. "Apa yang aku bilang? Kita seharusnya membersihkan rumah!"

"Hei! Aku sibuk membeli bahan makanan!"

"Jangan kau kira aku menganggur!"

Maeve tertawa. "Sudah-sudah, tidak apa-apa. Kapten, nanti aku akan lanjut membersihkan rumah juga."

Serene [ Levi x OC ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang