Chapter 2

412 35 0
                                    

Pagi itu seperti biasa, Tul mengerjakan pekerjaannya ditemani tangan kanannya.

"Tae, apa yang terjadi dengan Tharn Jongcheveevat ?" Tanyanya tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas yang sedang dikerjakan.

"sudah di tangkap tuan, saya juga sudah menggunakan batu segel agar rantainya tidak mudah terlepas"

"kapan tanggal eksekusinya?" Lanjut Tul bertanya.

"satu minggu dari sekarang"

"baik lah kau bisa keluar"

Tul menghela nafas pelan, dia menyandarkan tubuhnya sembari memegang perutnya, entahlah beberapa hari ini tubuhnya terasa aneh.

'jangan bilang... '

________

Tae berjalan pelan menuju ke sebuah penjara bawah tanah.

"bukakan pintunya"

Para penjaga segera melaksanakan kaki tangan tuan mereka. "baik"

"Tharn Jongcheveevat"

Tharn yang mendengar panggilan itu mendongak.

'apa sudah waktunya di eksekusi?'

Tae segera melepaskan rantai ditangan Tharn, ia menyeret pria itu untuk meninggalkan penjara bawah tanah. Ketika mereka sudah sampai di pintu keluar, Tharn melotot kaget, karena di sana ada Tul berdiri didepan tempat ini, seolah-olah sedang menunggunya.

"sekarang ikuti aku diam-diam" ujarnya memerintah

Tharn mengikuti Tul dengan bingung, sepanjang perjalanan ia semakin dibuat bingung karena tempat yang mereka datangi tidak nampak seperti tempat eksekusi.

'bukankah suasananya tampak aneh untuk tempat eksekusi' batinnya berfikir, ia kemudian mendongak melihat Tul dari belakang,
'sekarang aku juga tidak mencium apa-apa darinya, padahal kemaren baunya seperti omega' - Tharn menatap lekat pria yang kemaren malam baru saja menghabiskan malam panas bersamanya.

"Selamat datang" sapa seseorang di dalam ruangan yang ternyata adalah seorang pendeta.

Tul berbalik ke arah Tae,
"pegang tangannya"

Tae pun segera memegang tangan Tharn, Tul mendekat sembari membawa sebilah pisau.

"hei apa yang kau lakukan" Tharn berteriak panik.

Tul tidak menjawab dan segera mengiris telapak tangan Tharn untuk mengambil darahnya dan mengucurkannya pada sebuah cawan yang sedari tadi dibawa oleh sang pendeta, setelah ia mendapatkan darah Tharn, ia pun mulai untuk mengiris telapak tangannya dan mengucurkan pada wadah yang sama. Tiba-tiba cawan yang di bawa oleh sang pendeta mengeluarkan cahaya yang cukup terang.

Tharn menatap cahaya itu takjub, "apa itu?"

"saya ucapkan selamat kepada anda saat ini anda sedang hamil" ucap sang pendeta kepada Tul.

Tharn menoleh cepat ke arah Tul, "hamil?, apa itu anakku?, bagaimana bisa kau kan seorang alpha?"

Tul hanya terdiam, genggaman tangannya mengerat membuat tangannya yang berdarah semakin terluka. Ia kemudian mendekati Tharn dan mencekik lehernya sembari berteriak marah.

"aku sudah pulahan kali gagal, dan kenapa harus kau orangnya... Ck sial" Tul semakin mengcengkeram leher Tharn erat.

Tae yang melihat tuannya hilang kendali pun segera menghentikannya.

"tuan. tenanglah.." ujar Tae memperingati

Tul menghembuskan nafas perlahan guna meredakan emosi. Ia pun melepaskan cengkeramannya pada Tharn.

"sekarang pilihlah, kau ingin dieksekusi sekarang, atau menjadi capriku"

Tharn menatap pria didepannya bingung, "capri?"

Capri, sebuah pohon untuk menghasilkan buah ara smyrna, sebagai pasangan, mereka akan mengerami telurnya sampai menetas, dan ketika salah satu dari mereka menghilang, maka tingkat penetasan telurnya akan menurun drastis dan gagal.

****

Tul mengambil sebuah surat perjanjian di atas meja kerjanya dan memberikannya pada Tharn.

"ini lihatlah" ucapnya singkat.

"setelah kau menjadi capri, kau harus mengubah namamu, jika ada yang bertanya dari mana asalmu, maka kau harus menjawab bahwa kau adalah prajurit bayaran yang kebetulan bertemu denganku, kami yang ada di Thanasrivanitchai akan terus melindungimu. Setelah telur ini menetas aku akan mengembalikan nama mu, dan kau boleh pergi dari sini"

Tharn menatap Tul sangsi, "setelah aku kembali, aku akan kembali bergabung dengan pasukanku untuk menjatuhkanmu, apa kau yakin akan membiarkanku pergi?".

Tul tertawa remeh mendengar pertanyaan itu, "kami semua yang ada di Thanasrivanitchai tidak akan jatuh" jawabnya angkuh.

Tharn pun memutuskan untuk menandatangani kontrak itu, setelah kontrak ditandatangani, tiba-tiba keluar cahaya terang dari kontraknya.

"apa yang terjadi"

"itu artinya terukir dengan baik di bukti kontraknya. Kontrak ini hanya bisa dibatalkan jika anak ini telah lahir. Dan jika kau melarikan diri sebelum anak ini lahir, kau akan terbunuh seperti yang telah tertulis dalam kontrak"

Tul kemudian mengulurkan tangan dan berkata "tenang saja, aku tidak akan melakukannya dengan sembarangan, atas nama Thanasrivanitchai aku berjanji padamu" lanjutnya meyakinkan.

Tharn pun mengangguk dan menerima jabat tangan Tul.

"mulai sekarang, namamu adalah Mew".










Smyrna And Capri (mewtulff)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang