Haloo semua! Sedang apa? Bahagia selalu ya.
Jangan lupa star dan komennya.
𓆝 𓆟 𓆞 𓆟 𓆝
Olivia memejamkan matanya dengan nafas terengah-engah, entah sebenarnya apa yang Olivia lakukan seperti orang tidak waras.Oh, tidak-tidak. Olivia melihat laki-laki yang ia temui beberapa bulan lalu saat bermain di wahana bersama temannya. Olivia berlari mencari laki-laki itu. Matanya menelisik seluruh parkiran fakultasnya.
Olivia kehilangan jejaknya, ia tidak tahu kemana laki-laki itu pergi.
"Cepet banget jalannya, jir. Orang atau bukan sih," Olivia pun terus berjalan mencari laki-laki itu, hanya mengikuti instingnya yang tidak seberapa ini.
Berjalam sembari menoleh ke kanan dan ke kiri, tapi tidak menemukan siapapun. Ia menghela nafasnya, ia cape mengelilingi hampir dua fakultas ia lewati.
Melihat tulisan besar di sampingnya yang bertuliskan fakultas ilmu sosial dan politik, fakultas Leo. Mending Oliv mencari Leo dan nebeng pulang.
Saat memasuki wilayah fisip yang mayoritas berwarna oren ini, ia terus berjalan sampai matanya melihat Theo dan Ryan sedang berjongkok sambil mengobrol serius, dan Leo yang sedang ... Errr ... Menatap pohon ... Oke, Olivia tahu, Leo pasti sedang ngambek kepada dua temannya itu.
Kebiasaan Leo saat merajuk kepada temannya adalah berbicara dengan pohon. Awalnya Olivia bingung kenapa ada manusia seaneh Leo!
Yang menjadi masalah adalah, kenapa harus POHON?! Kan banyak benda dan lainnya .. oke gak papa. Walaupun, gak bisa dinalar pakai otak Olivia yang normal ini. Kadang, Leo mengobrol dengan tembok, atau benda mati lainnya. Pokoknya semua benda mati teman Leo.
Dengan sedikit berlari Olivia menghampiri mereka, lalu ikut berjongkok dihadapan Theo dan Ryan.
"DOR!"
Kedatangan Olivia yang bisa di bilang tiba-tiba ini, membuat Ryan dan Theo terlonjak kaget.
"Ngapain sih, ngagetin banget tau!" ujar Theo
Olivia menyengir, "harusnya gue yang bilang gitu! Lo berdua ngapain di sini? Itu Leo ngambek kenapa?"
Ryan menunjuk Theo dengan dagunya, "tanya sama yang bersangkutan nih, biang kerok!"
Theo mendengus, "kan udah minta maaf!"
Olivia menengok menatap Leo yang membelakanginya sambil mengipasi pohon di hadapannya.
"Kenapa?" tanya Olivia pada Theo
"Kemarin gue tuh ketemuan kan sama Bang Salman juga Rakes, tapi gue lupa kalau ada janji sama Leo mau anter dia beli miniatur astronot yang diskon juga sisa dua kemarin, terus pas malemnya ke tokonya udah gak ada, udah habis. Nah, sampe akhirnya ngobrol sama pohon deh,"
"Lagian lu tuh tau ada janji, apalagi sama Leo. Leo ngambek ngobrol sama pohon, tembok dan benda lainnya gak bisa diajak pergi, malah lu lupain, dodol banget!" ujar Ryan sambil mendorong dahi Theo
"Namanya aja lupa, Yan. Manusia tempatnya lupa dan salah!" ucap Theo membela diri
"Hadeh, yang satu lupaan. Yang satu kalau ngambek malah ngobrol sama benda mati atau tanaman. Yang satu kerjanya nyengar-nyengir kaya komeng. Punya temen otaknya separo semua," ucap Olivia
"Le, udah jangan ngambek, nanti gue sama Oliv bantu nyari miniaturnya deh, janji!" kata Ryan bermaksud untuk membujuk Leo.
Theo pun ikut menatap punggung laki-laki yang sedang berdiri sambil mengipasi pohon itu, "iya, maaf ya, Le. Sumpah lupa banget. Nanti kita nyari di shopee atau di gramed, di matahari bahkan di pasar senen sekalipun gue bantu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Think, Just Us Or Nah? [On Revisi]
Fanfiction𝒥𝒾𝓈𝓊𝓃𝑔, 𝒲𝑜𝓃𝒷𝒾𝓃, 𝒩𝒾𝓃𝑔𝓃𝒾𝓃𝑔, 𝒮𝒾𝑜𝓃 𝒻𝒶𝓃𝒻𝒾𝒸 ⋅ ˚✮ ✶𓏲ּ꩜ Four or nothing? Olivia, Leo, Theo dan Ryan. Empat sekawan yang sudah berteman sedari mereka kecil. Mereka berjanji tidak akan saling...