"Croissant dua, genmaicha satu, earl grey tea satu, ya, Kak. Tidak usah pakai bubuk perasaan."
Felix yang tengah membuat adonan pastry melongok, mengintip kasir. Itu suara yang familiar. Sepekan terakhir, pemilik suara yang terdengar macam cuitan burung itu rutin datang kemari. Kalau si lelaki tidak salah dengar, namanya Ela. Pesanannya selalu sama: dua pastry dan dua teh. Variannya yang berbeda.
Juan masuk ke dapur. Ia menghela napas. Berat.
"Kenapa, Juan?" Felix bertanya sembari memindahkan adonan yang sudah ia lipat-lipat ke wadah lain untuk didiamkan. Alih-alih menjawab, yang ditanyai malah mengambil buku catatan dengan sampul biru pekat. Itu buku yang biasa digunakan untuk jasa khusus Kafe Rahasia. "Pelanggan itu mau pakai layanan curhat juga?"
Gelengan menjadi jawaban. Juan melirik sekilas ke arah meja Ela dengan tatapan sendu, lantas berbisik. "Dia nggak minta, tapi kurasa dia butuh. Kamu bisa melayaninya, Felix?"
"Kok aku?" Felix langsung protes. "Tugasku di sini kan bikin kue aja!"
"Kamu punya pengalaman melayani pesanan khusus di Dapur Ajaib, kan? Walaupun nggak seintens Amilya atau Kak Aya." Juan masih berbisik dengan suara rendah. Entah buat apa, padahal tidak akan kedengaran juga. "Dia butuh bantuanmu."
Felix tentu saja tidak mau ketambahan jobdesc di luar pekerjaan utamanya. Saat di Dapur Ajaib saja, dia jarang dipasrahi amanat untuk melayani pelanggan khusus! "Kenapa, sih?"
"Pacarnya baru meninggal dua minggu lalu. Dia itu teman adikku." Juan mendesah. "Dulu, dia beberapa kali nge-date di sini sebelum kamu pindah kemari. Menu yang ia pesan itu menu kesukaan kekasihnya."
Tunggu, jangan bilang ....
"Tolong bujuk dia untuk cerita, lalu beri bubuk perasaan yang cocok untuknya menurutmu." Juan memohon. "Dia kenal aku, dan selalu nggak percaya kalau aku ingatkan tentang kematian pacarnya. Kalau kamu yang ngajak ngomong, mungkin hasilnya berbeda."
"Susah banget, hoi!" protes Felix. Mengorek rahasia bukan keahliannya. Walaupun Felix tipe lelaki ramah yang bisa dengan mudah membuat orang menempel padanya, membujuk mereka untuk berbagi kisah itu beda cerita. Kalau sudah cukup lama kenal, mungkin bisa, tapi waktunya tidak sebanyak itu!
Lagipula, Felix paham rasanya. Baru saja ditinggal, pasti rasanya sosok sang kekasih masih ada di dunia. Wajar juga kalau perempuan bernama Ela itu amnesia-atau pura-pura lupa, denial, entah mana yang benar-dan menganggap pujaan hatinya akan datang. Felix sendiri pun kadang-kadang menolak ingat kalau Liz sudah begitu lama berbeda alam.
Ah, ya. Mungkin bisa dengan pendekatan seperti itu. Berbagi duka yang sejenis.
Felix melepas apron dan mengambil buku catatan dari tangan Juan. Lelaki dengan rambut pirang yang dicepol ke atas itu menghampiri meja sang puan.
"Selamat pagi." Felix memasang senyum ramah. "Saya Felix dari Kafe Rahasia. Boleh saya duduk di sini?"
Yang ditanya menggeleng. "Itu tempat pacarku. Dia bakal marah kalau ada cowok lain."
Oke. Orang ini sepertinya sungguhan melupakan fakta yang terjadi.
"Hanya sebentar." Felix masih tersungging. "Kalau pacar Anda sudah datang, saya pergi, kok."
Wanita dengan rambut kepang dua itu menggeleng. "Tolong tinggalkan aku sendiri."
Felix menghela napas. Sepertinya akan sulit. Bagaimana ini?
-
Tema: bikin cerita cinta sesuai bulan lahir.
Saya dapat amnesia. Kurang ajar ini yang ngasih tema cc NPC2301
KAMU SEDANG MEMBACA
Tea Time Stories - Daily Writing Challenge NPC 2024
Short StorySelamat datang. Teh macam apa yang kamu inginkan? Coba kubuatkan, ya. Namun, tidak menjamin rasanya akan aman, karena ini bukan teh biasa ... ia2024.