Saat di akademi dulu, Felix pernah bergabung dalam kepanitiaan. Sebagaimana divisi pencari uang pada umumnya, Felix pun disuruh danusan. Anak itu mencetuskan ide jualan kue kering atau jajanan—mereka, kan, murid akademi memasak—tapi ketua pelaksananya punya ide agak lain.
"Kamu ngamen, gih. Mukamu cocok jadi pengamen," titah sang ketuplak. Walau dongkol, Felix tak bisa membantah. Jadilah ia mengemper di taman kota dengan gitar di tangan dan ember untuk menaruh uang.
Bapak-Ibu, Adek-adek,
Tolong kami yang lagi danusan ini
Kami mau ada acara yang banyak cake
Kalau ada duitnya banyak makan enak yang bisa dicicipi~Liriknya asal-asalan? Ya memang. Siapa suruh Felix jadi pengamen? Bakat Felix di bidang menulis dan menyanyi itu nol. Tampangnya saja yang mendukung. Herannya, dengan lirik sekacau itu dan nada yang entah sesuai kaidah kepengamenan atau tidak, Felix berhasil mengumpulkan ratusan koin.
Felix minta traktiran teh susu dan bakso sebagai bayaran. Untung dituruti. Ketika hari ini Felix memesan menu yang sama persis, kenangan itu kembali melintas.
Masa mudanya sungguh warna-warni. Felix membatin seakan-akan usianya sudah lima puluh tahun. Dengan ketenangan ala bapak-bapak tua, ia kembali menyesap teh susu.
—
Tema: (lagi males ngetik)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tea Time Stories - Daily Writing Challenge NPC 2024
Short StorySelamat datang. Teh macam apa yang kamu inginkan? Coba kubuatkan, ya. Namun, tidak menjamin rasanya akan aman, karena ini bukan teh biasa ... ia2024.