Happy Reading
Vote & Komen ya ~.
.
."Kali ini pasti bener sih.," ujar Shane antusias untuk kesekian kali, pulpen di tangannya bergerak-gerak seiring dengan tangan yang menuliskan angka-angka. "See? Benar kan?" Selembar kertas penuh coretan diarahkan pemuda itu pada wanita berkacamata yang duduk di sisi kiri meja.
"Masih belum tepat, masih harus dibagi sama nilai yang ini, tapi kamu bahkan belum mencari nilai rata-rata dari fungsi yang tadi saya bilang." ujar Runa sembari mengarahkan pen pointernya ke deretan angka dimaksud.
Shane membeliak lalu mendesah malas, tetapi mau tak mau mengangguk dan kembali mengerjakan perintah dari sang tutor meski dengan bibir cemberut.
Raespati Aruna, wanita berkacamata itu meletakan kembali pen pointernya kemudian beralih menganalisis kertas-kertas ujian sang murid dari semester lalu untuk mendeteksi sekiranya ada kekeliruan dalam beberapa pengerjaan. Dan ternyata tidak hanya beberapa, tapi sungguh luar biasa banyaknya.
Shane adalah murid les ke-tiga yang Runa tangani, sejauh ini pemuda itu yang paling lemah diantara dua lainnya, yang paling banyak bicara, paling membangkang namun dia paling kaya. Dengan karakter seperti itu, bagi Runa bukan masalah, toh sepengalamannya menjadi tutor, bersama Shane merupakan puncak bayaran tertinggi. Empat hari kerja dengan durasi dua setengah jam/ harinya dan dihargai tiga juta per bulan..
Well, meski Runa diharuskan selalu datang satu jam lebih awal dan menunggu anak itu menyelesaikan ekskulnyw. Shane berada di tahun kedua sekolah menengah, tengah aktif sekali pada kegiatan olahraga maupun seni sehingga lupa belajar. Dia akan memasuki tahun terakhir dalam beberapa bulan — namun nilainya memprihatinkan. Karena itulah Runa berada disini sekarang.
"Selesai!" seru Shane keras.
"Saya periksa dulu," sahut Runa sembari meraih kertas yang disodorkan Shane dan meraih pena-nya.
Dan seperti biasa, Shane akan menunggu sambil berdiam diri. Pemuda itu meregangkan lengannya lalu menjalin jemari di atas kepala, menengadah sambil menghirup udara.
"Kakakku bakal pulang hari ini, loh."
"Kakakmu?" gumam Runa tanpa mengalihkan tatapan dari kertas di tangannya.
"Pemilik rumah ini. Btw kak Runa belum pernah ketemu kan ya, sama dia?"
"Ya."
Runa baru mulai bekerja seminggu terakhir dan di hari pertama kedatangannya, hanya ada dua orang di rumah besar ini. Muridnya yang masih berusia 16 tahun dan satu orang pelayan wanita paruh baya yang bahkan tidak setiap hari ada. Mengenai siapa yang mempekerjakannya, Runa tak pernah tahu rupa orang itu. Shane hanya bilang kalau walinya orang yang cukup sibuk dalam perjalanan bisnis.
"Kalau kak Runa agak lamaan dikit disini, gak cepet-cepet pulang kayaknya masih sempat ketemu deh." Shane betah berceloteh, sementara Runa menyimak.
"Nggak perlu, nggak diperintah buat nunggu juga kan? Saya pulang di waktu biasa," jelas wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Lingga
RomanceLingga itu berandalan, liar dan serampangan, sumber kepusingan bagi Aruna, karena jabatan ketua seksi ketertiban-kerap membuatnya berseteru dengan si pembuat onar. 'Cowok tanpa masa depan' Begitu Runa melabeli Lingga saat mereka masih remaja. Sampa...