Happy Reading ✨
Chapter ini tidak baik untuk mental para jomblo (seperti aku) wkwk
Seluruh rangkaian yang berhubungan dengan pernikahan Inka telah dirampungkan. Dan semalam, Lingga mengapresiasi dirinya yang berhasil mengendapkan amarah hingga tak sampai timbul kekacauan antara Ia dan Cakra.Sisa hari setelahnya dihabiskan untuk full berwisata. Sekarang pukul sembilan, masih pagi tapi Gama, ibunya, dan yang lain sudah pergi, menikmati waktu bersama keluarga besar. Villa hanya dihuni Shane yang masih terlelap, Lingga yang memilih tinggal karena kerjaaan mendadak mengharuskannya melakukan meeting virtual. Dan tentu saja, Aruna.
Selepas berkutat dengan ipad-nya, Lingga bangkit lalu melangkah menuju dapur, menuang jus dingin dari lemari es. Meneguk setengah, kemudian meraih gelas lain untuk diisi hingga penuh. Lingga pun membawa gelas jus tersebut ke living area, dimana Aruna sedang asik membaca.
"Minum dulu."
Aruna mendongak, lalu menerima gelas yang disodorkan Lingga sambil tersenyum. "Makasih."
Menempati sisi sofa di hadapan Aruna, Lingga memperhatikan gadis itu yang tak butuh waktu lama untuk menyesap jus dan kembali menaruh perhatian pada buku.
"Udah selesai kerjaannya?"
Lingga bergumam mengiyakan tanya gadis itu—masih dalam mode pengamat setia yang menjaga sorotnya tetap utuh.
Aruna mengenakan terusan berwarna hijau tosca yang panjangnya sebatas paha. Berbahan satin, mengikuti lekuk tubuhnya. Gadis itu jarang mengenakan pakaian berunsur sensual, namun entah kenapa di mata Lingga Runa selalu tampak demikian.
"Gak bosan baca terus?"
Runa menggeleng, menegakan punggungnya yang tak berpenyanggah, salah satu kakinya terlipat, sementara kaki lainnya dibiarkan menggantung di tepi sofa. "Biasanya juga gini."
Bergeser lebih dekat, Lingga menyamai posisi mereka bersamaan dengan Aruna yang mendongak ke arahnya. Kerjapan polos gadis itu terlintas, dan selanjutnya, ia mengambil kesimpulan sepihak. "Kamu penasaran sama buku ini?"
Tidak. Lingga tidak penasaran. Tapi Ia tetap mengangguk demi menyenangkan Aruna.
Dan ya—gadis itu mulai meracau tentang isi buku yang ia baca, bersemangat menceritakan semuanya pada Lingga seakan pria itu ingin tahu segala sesuatu yang berhubungan dengan buku langka, lukisan mengenai buku langka, atau konservasi lukisan tentang buku langka.
Wajahnya yang merona antusias sama harganya dengan emas bagi Lingga. Sepanjang Aruna berbicara, Lingga terbius oleh tutur katanya, wajah cantiknya, ekspresi senangnya.. semuanya.
Aruna sama sekali tak tercela di mata Lingga.
"Mau keluar gak?" tukasnya membenahi rambut kusut Aruna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Lingga
RomantikLingga itu berandalan, liar dan serampangan, sumber kepusingan bagi Aruna, karena jabatan ketua seksi ketertiban-kerap membuatnya berseteru dengan si pembuat onar. 'Cowok tanpa masa depan' Begitu Runa melabeli Lingga saat mereka masih remaja. Sampa...