AEPETE #25

1K 126 14
                                        

Alarm tanda bahaya pada monitor terdengar nyaring. Para perawat dan dokter berlarian ke ruang ICU. Pete lagi lagi dalam kondisi kritis. Garis lurus pada monitor menunjukan bahwa gelombang tanda jantung pete berhenti. Angka yang berkedip kedip menandakan tekanan darah tidak lagi terukur oleh alat. Nafas pete sudah mulai tidak stabil. Beberapa dokter datang dan melakukan penyelamatan terbaiknya.

Disisi lain, ae berdiri mematung didepan pintu. Wajahnya pucat. Pikirannya kacau, tangan yang terluka akibat kuku yang menekan jari bahkan tidak lagi terasa.

di dalam hati, ia terus saja berdoa agar petenya baik baik saja. Memohon dengan frustasi pada siapapun yang bisa mendengar doanya.

matanya memerah menahan tangis, jari jari tangannya mulai bergetar. Satu satunya yang ae inginkan saat ini hanyalah pete mampu melewati masa kritisnya.

"Kumohon, kumohon, kumohon jangan tinggalkan aku pete" suaranya penuh dengan keputusasaan.

Setiap kali ia melewati koridor rumah sakit, ae selalu mendengar korban korban kecelakaan besar yang sama sama menimpa pete satu persatu bertemu dengan kematian. Tiap kali mengetahui itu, Dada ae terasa berat. Ia ketakutan setengah mati. Bagaimana jika petelah selanjutnya ? Bagaimana jika pete menyerah untuk bertahan ? Bagaimana jika pete akhirnya pergi meninggalkannya ?

Bagi ae, setiap detik waktu yang berlalu terasa seperti sajam yang menggores tubuhnya sedikit demi sedikit.

Ae mendekat ke arah pintu. Menatap pete yang berjuang dengan kematian dengan hati teriris. Beberapa dokter berusaha keras menyelamatkannya. Cukup lama mereka berjuang, berharap kondisi kritis pete segera berakhir.

ibunya membelai punggung ae. berkata bahwa semua akan baik baik saja. Berkata bahwa dia percaya pete mampu melewati masa kritisnya. Ae tau itu hanyalah penghiburan semata. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya, ae mengharapkan hal yang sama.

Semua orang menunggu dalam kecemasan. Bibi jae, kedua orang tuanya, chaim dan p'pond, p'pha dan bahkan seseorang tak terduga yang sejak tadi bergeming tampa suara, james.

Setiap waktu berlalu terasa seperti bom waktu yang akan segera meledak.

Cukup lama, seorang dokter akhirnya berjalan ke arah mereka. Seketika, Jantung ae berdetak cepat. harap harap cemas mendengar apa yang akan dokter ucapkan.

Dokter itu mengusap keringat di keningnya sebelum berbicara. " syukurlah kondisi kritis sudah terlewati "

Singkat, namun mampu membuat semua orang yang berada di sana bernafas lega untuk beberapa saat.

" Namun sayangnya kita belum bisa tenang. Ini waktu yang krusial. Pasien bisa saja sewaktu waktu kembali mengalami kritis. Pasien belum benar benar stabil. Kondisi pasien terlalu lemah. Kita butuh keajaiban untuk pasien bangun dari komanya." lanjut dokter itu menerangkan dengan berat hati. Ada kepahitan di tengah secercah harapan.

Ae kembali memandang jauh pada pete. Tak terasa air mata mulai mengalir di pipinya. Ia memanggil nama pete dengan hati penuh kepedihan.

******

Pete sudah koma lebih dari tiga minggu. Bagi sebagian orang mungkin akan terasa seperti sekejap mata. Namun bagi jae waktu berjalan begitu lambat. Sampai sampai terasa mencekik tubuhnya setiap saat ia memandangi putranya yang terbaring tak berdaya di ruang ICU.

Hati ibu mana yang tidak hancur ? melihat anaknya di ambang kematian. Berjuang dengan alat alat medis yang menopang tubuhnya.

Jae berulang kali menarik napas. Berusaha keras agar ia tidak menangis di depan putra kesayangannya.

"Pete, ibu datang" suaranya lirih.

" Ibu rindu sekali denganmu nak. Cepatlah bangun ya sayang. Sudah 3 minggu. Apa pete begitu betah tidur sampai tidak bangun bangun ? Dunia nyata mungkin berat, ibu mengerti mungkin pete sudah lelah. Tapi banyak orang yang sayang sama pete, berharap pete kembali bangun. Semua orang menunggu pete. Kedua mertuamu setiap hari datang menjenguk pete. Bibi aom juga datang karena khawatir. Dia menutup tokonya sampai pete kembali bangun.
Ae juga. Meski tidak menunjukannya. Ibu tau dia menangis setiap hari. Dia juga terlihat lebih kurus dari biasanya. Sepertinya ae tidak makan dengan benar. Karena itu pete, kesayangan ibu, cepatlah bangun ya. "
Jae menghapus air matanya yang jatuh dengan cepat. Kembali menarik nafas panjang.

Love And HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang