AEPETE #16

3K 319 66
                                    

"Lalu apa yang terjadi selanjutnya? " pha bertanya dengan bibir bergetar.  Kenyataan ini terlalu menyakitkan untuknya. Ia tidak tau bahwa selama ini ibunya menderita sendirian.

"apa kamu yakin ingin mendengarnya pha? "

Pha mengepalkan tangannya,  menghela nafas panjang. Ia menatap jae,  kemudian mengangguk dengan yakin.  Bagaimanapun juga,  pha harus tau kebenarannya.  Walaupun fakta bahwa ibunya menderita kangker begitu pahit untuk bisa pha terima.

Flasback on

Setelah hari dimana ia meninggalkan rumah dan nama udomkaewkanjana,  kondisi kesehatan ivana terus menurun. Jae melakukan segala upaya yang dia bisa untuk mengobati ivana dan merawat pete yang saat itu tak bisa mendapatkan asi dari ibunya.

Kulit putih yang awalnya cerah itu sudah memucat.  Tubuh ivana mengurus.  Ada cekungan dibawah matanya. Sudah lebih dari sebulan semenjak ia terbaring lemah.  Dan semenjak itu pula ivana menghentikan Pengobatannya.

"Tak ada harapan untukku jae" Ivana berujar lirih.  " Tuhan ingin mengambilku lebih cepat " suaranya pelan,  amat pelan. Sorot matanya hampir terlihat kosong. Jae tak tega melihat wanita cantik itu sudah tampak tak berdaya.

Jae menangis.  Ia menggenggam tangan ivana erat erat.

"nyonya,  kumohon bertahanlah. Bertahanlah demi pete. " jae menepuk dadanya beberapa kali.  Menatap ivana lekat,  menjelaskan bahwa ia bersungguh sungguh.

"Jae, tubuhku sudah tidak sanggup.  Aku tidak tau kapan tuhan akan mengambilku.  Bisa saja sekarang,nanti ataupun besok. "  ivana berujar lirih,  suaranya terdengar begitu lemah. 

"Maaf aku menyusahkanmu sampai akhir"

Jae menggeleng kuat.  "Jangan berkata seperti itu nyonya kumohon. Lebih dari siapapun,  nyonya sangat berjasa dihidupku"

"Pete.. " ivana menangis.  " Dia akan tumbuh tampa seorang ayah dan ibu "  wanita yang masih terlihat cantik itu terisak.

Memeluk bayi kecilnya yang tertidur disampingnya. Mengecup pipi, kening, hidung dan terakhir dibibir bayi mungil itu.

"Maafkan mama ya sayang," ivana mengusap lembut pipi bayi kecilnya. "Maaf karena mama tidak bisa melihat pete tumbuh menjadi laki laki yang tampan. Maaf mama tidak bisa menjadi sosok ibu untuk pete.  Mama mencintai pete.  Sangat. "

Jae menyeka air matanya kasar.  Ia meremas ujung ujung bajunya,  berusaha menahan air matanya mengalir lebih deras.

"Jae,  maukah kamu mengadopsi anakku? " mata jae membulat,  tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Nyonya,  itu.. "

"Jadilah ibu untuk anakku.  Ini permintaan terakhirku jae. Aku tak ingin dia tumbuh tampa seorang ayah dan ibu. "

Jae menggeleng, " nyonya adalah ibunya. tampa perlu mengadopsi pete, aku akan merawatnya dengan sepenuh hatiku nyonya.  Seperti merawat anakku sendiri"

"Tidakkah kau kasihan dengan anakku jae? . Dia lahir dari ibu sepertiku, ketika dia lahir ayahnya tak mengakuinya sebagai anak.  Kemudian,  ibunya sebentar lagi akan meninggal karena kangker yang dideritanya"

Love And HateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang