00. The Rebel's Intention

595 66 24
                                    

-o0o-

ᰋ East Blue, Mooty Booty Village

Hujan lebat mencambuk daratan tanpa ampun, disertai gelegar petir yang menyayat kegelapan malam. Angin badai meniupkan ombak liar ke pesisir, menyeret rumah-rumah dan apa pun yang tersisa di tepi pantai. Puing-puing berserakan, dan jasad tak bernyawa terhampar seperti daun-daun kering di musim gugur.

Jeritan, tangisan, dan keluhan bercampur dengan tawa dan sorakan puas para Bajak Laut keji yang merajalela di atas penderitaan.

Mereka rakus, haus akan kekayaan dan kekuatan, meremukkan apa pun tanpa ampun, seolah-olah menjadi boneka hidup yang dikendalikan oleh hasrat.

Manusia tidak bernyawa seakan tak memiliki nilai tergeletak di atas tanah.

Tidak ada balasan. Tidak ada juga lirikan.

.

.

.

"(Fullname), 17 Tahun, keahlianmu mencuri, tapi hobimu.. ngising? Apa itu?"

(Name), dia adalah gadis dari salah satu warga sipil, juga berencana menjadi anak buah Bajak Laut keji yang menyerang desanya sendiri.

Gadis itu mengangguk mantap sambil menyengir lebar, "Iya! Ngising itu BAB, kosakata baru."

Pria bercodet di sisi kanan bibirnya yang membuat dia lebih menyeramkan tersebut menyerngit, "B.. AB? Kau mempermainkanku, ya bocah sialan?!"

(Name) berjengit, dia langsung bersembunyi di belakang tumpukan barrel, "WHOA-WHOA! Santai!"

"Bocah sepertimu apa yang bisa di harapkan? Menangis di rengkuhan Ibu? Hahaha! Enyahlah!"

"Jangan begitu dong, dia telah bela-belain berkhianat, tuh,"

"Otaknya sudah geser, Bos."

Bos, atau bisa di sebut Kapten dari Bajak Laut keji itu berjalan menuju (Name), "Apa tujuan utamamu, rendahan?"

Kapten Bajak Laut yang tak usah ku sebut namanya karena tak jauh beda dengan NPC tidak berguna itu bertanya dengan nada tak ramah, sombong, dan penuh kebencian.

Sebelah alis (Name) berkedut jengkel ketika menyaksikan betapa hinanya orang di depan dia ini. Gadis itu terdiam untuk beberapa saat menelusuri jawaban yang tepat.

Sebelum akhirnya ia menemukan jawaban itu, (Name) keluar dari tempat persembunyiannya.

"Semua tujuan utamaku adalah semua perintahmu, Yang Mulia," ucap (Name) dengan nada yang hampir seperti Ksatria Sejati melayani seorang Raja, meski setiap kata itu sarat dengan sarkasme.

Kapten Bajak Laut, pria besar dengan bekas luka yang membelah sudut bibirnya, menatapnya lekat-lekat. Seringai puas muncul di wajahnya, tak menyadari jebakan tersembunyi di balik senyum gadis itu.

Semua terperangah, speechless.

"Bagus.. sangat sesuai dengan wajah bodohmu."

Bau-bau rencana Jahannam. Mata (Name) mulai menyipit seperti Koh Aliong.

.

.

.

Malam itu, (Name) dititah untuk menjalankan tugas yang tampaknya sepele—mengepel lantai kapal. 

"Jangan sampai melewatkan satu noda sedikitpun, (Name)!"

(Name) memandang ember berisi air dan pel dengan jenuh. Tuh, 'kan! Lebih berkelas sedikit, dong?

𝐎𝐍𝐄 𝐏𝐈𝐄𝐂𝐄⭑─ ❝𝐍𝖾ρ𝗍υ𐓣𝖾❞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang