PT5. MOEC

140 119 22
                                    

Agar tali pusar tidak terputus, minta dulu votenya mewehehhee selamat membaca bidadari.

**

"Saya tidak mau tau, kamu harus menemukan putri saya sampai ketemu. Ingat!! Jangan sampai dia lecet sedikitpun, saya tidak mau ada bekas luka di kulitnya, awas kamu! Saya tidak segan-segan membunuh kamu." Ucap seseorang berperawakan seperti sugar daddy yang sekarang sedang di ruangan kuhusnya, dan berbicara kepada suruhannya di seberang telpon sana tepatnya suruhannya sedang menjalankan misi mencari Arin di Indonesia.

Tuan tua Benjamin james yang di sapa Tuan Van benar-benar menyayangi Arin melebihi Violetta, memangnya siapa violetta? Dia hanya secuil upil badak yang tinggal dirumah Arin, gua matiin tuh si violetta entar tenang aja. (berchandyahh)

Benjaman james adalah salah seorang pengusaha sukses di bidang kewirausahaan, tidak seperti Arin yang memilh untuk menjadi seorang seniman. Papah Arin juga adalah seorang pekerja keras bahkan sangat giat.

Dalam jeda yang cukup lama handphone Papah Arin Kembali berbunyi,

"Halo pah, papah pulang sekrang ya! Violet sakit. Sekarang mamah di rumah sakit papah kesini ya nanti mama sharelok." Mendegar kabar yang sedikit mengejutkan baginya membuat tuan Benjamin harus segera pulang, jika tidak pasti istrinya akan marah besar. Padahal dia sendiri sudah tau sifat asli anak durjanah itu, dan yaa ini demi Arin putri tercintanya.

Sementara itu di Indonesia,

Terlihat seorang gadis yang sedang mencari sesuatu, Ajeng kebingungan mencari kalung yang di berikan oleh sahabatnya bisa di bilang sebuah kado ulang tahun. Meskipun tidak mahal, tapi itu sangat berharga bagi Ajeng.

Ajeng measuki kamar Arin dan mendapati arin di pinggir Kasur sedang duduk dan memainkan kalimba kesayangannya dengan view sunrise yang sangat indah.

"Kak lo liat gelang gue ga? Yang ada huruf A nya ituloh, keamrin malem gue lepas pas mau bobo sama lo,"

"Oh, ada di laci buka aja! Semalem lu lepasnya di Kasur jadi gue simpen biar ga ilang," Ajeng sangat ceroboh, untuk saja kakaknya spek malaikat tak bersayap.

"Perasaan lepasnya di atas meja deh, tapi bodo amat lah gue berangkat duluan!! Lo jangan lupa makan sama minum obat ya kak!" ucap Ajeng sambil menarik pelan laci dan mengambil gelangnya kemudian mengalungkan di tangan kirinya dan berlari mencium pipi arin dan say bye karna sudah hampir telat.

Arin hanya menampilkan senyum melihat tingkah adiknya yg freak itu.

Arin benar-benar seorang seniman, selain bermain kalimba dia juga bisa memainkan gitar, piano, drum dan juga gitar listrik.

Tepat pada hari ini, Arin sudah seminggu tinggal di rumah. Dia berencana untuk keluar untuk mengecek perkembangan tokonya saat dia sedang sakit.

Toko Van's hari ini sedikit ramai pengunjung jika di lihat dari luar sperti tempat Arin berada saat ini, dia memeperhatikan setiap orang yang masuk dan keluar, dia juga melihat Ricko yang begitu sibuk melayani mereka satu persatu, namun saat Arin beralih menatap danau yang ada di dekat tokonya.. dia melihat seseorang yang familiar sedang duduk membelakangi arin.

"Ngapain lagi dia kesini? Mau ngancem gue lagi ya? gue ga boleh suudzon dulu, siapa tau dia stress makanya me time kann," suara hati arin mengambil alih pikirannya, dia yang posisinya sedang duduk di dalam mobil memutuskan untuk keluar. Namun, sebelum itu dia mendapatkan sebuah pesan dari nomor yang tak di kenal.

0825xxxxxxxx

Bisa bicara sebentar? Gue di pinggir danau, lo bisa kesini sekrang.

Read.

"Baru juga mau kabur eh, dimana lagi tuh orang dapet nomer gue? Temuin ga ya..," tentu pilihan yang sulit bagi Arin, pasti Ethan punya niat jahat pikirnya.

Mau tidak mau dia akhirnya menghampiri laki-laki brutally itu.

Arin duduk tepat di samping Ethan dengan jarak yang sedikit dekat, mereka berdua terlihat akward menatap lurus danau yang ada di depan mereka.

"Udah sehat walafiat belum?" ucap ethan membuka topik pembicaraan.

"Menurut lo?"

"Santai dong, gue nanya doang," masnya keep cool.

"Alhamdulillah belum koid, tudep aja deh.. lo ngapain kesini?" ucap Arin mengintimidasi.

"Simple sih, gue mau lo accept permintaan kerja sama gue." Arin menaikkan alisnya sebelah mencoba mengingat permintaan kerja sama yang di minta oleh Mas Ethan.

"Dan gue mau ngasih tau lo sesuatu yang penting juga," lanjut Ethan yang semakin membuat Arin penasaran sebenarnya apa maksud dari laki-laki ini.

"Abang lo ngasih gue kepercayaan buat jagain lo, so.. lo ga bisa nolak! Mulai hari ini gw jadi partner in goodness lo di toko Van's." lanjutnya dengan santai tanpa menghiraukan komuk Arin sekarang, sangat tiba-tiba.

"What the hell?!! lo pikir gue tuan putri yang harus di jaga segala!! pokoknya Gue. Ga. mau." Jawab Arin dengan sebuah penekanan di akhir kata.

Ethan menahan tangan Arin yang hendak pergi dari sana, dan dia Kembali menatap manik yang indah dan bulu mata yang lentik itu.

"Sekeras apapun lo nolak, gue bakal lakuin apa yang udah jadi tugas gue, dan lo –", ucap ethan dengan santai di ikuti kedua tangan yg memegang pundak Arin.

"Milik gue." Lanjutnya sambil melepaskan tangannya dari pundak Arin.

Arin menegang di tempat, dia tidak tau harus berbuat apa, Ethan benar-benar orang yang serius dengan ucapannya dan menurut informasi yang dia dapat, Ethan akan terus mengejar apa yang menjadi miliknya

"Seberapa jauh lo bisa bikin gue jatuh cinta sama lo atau mungkin masuk ke perangkap lo Leonardo Ethan Louis." gumam Arin yang tidak bisa di dengar oleh siapapun termasuk Ethan yang sekarang sedang memejamkan matanya, wajahnya sangat tampan seperti sugar oppa oppa turkey western. (mampus)

vote yahhhh muachh!!

Moonlit EmbraceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang