Bagian 4

1.1K 115 22
                                    


Happy Reading♡

•••

Di jam pelajaran berikutnya, Asya di suruh oleh salah satu guru pelajarannya untuk ke perpustakaan seorang diri. Ia di tugaskan mengambil beberapa buku untuk bahan belajarnya di kelas. Tidak begitu banyak tapi tebal tebal dan sedikit berat. Asya sudah bernego untuk meminta di temani dengan Aksa, tapi guru itu melarangnya, karena agar Asya bisa terbiasa dengan lingkungan sekolah barunya.

"Aduh, mana berat lagi, harusnya ini tugas cowo," keluh Asya yang sedikit kesusahan membawa buku buku itu.

Bruk!

"Aduh,"

Asya melihat, ternyata yang menabraknya adalah Kakak kelas yang beberapa hari lalu menghampiri dirinya dan juga Aksa di kantin.

Asya berdiri berhadapan dengan lelaki yang lebih tinggi darinya itu, "Ishhh!" kesal gadis itu seraya membersihkan pakaiannya.

"Punya mata ga sih-" ucapan lelaki itu terhenti karena Asya yang berdiri dan memotong omongan lelaki itu.

"Apa!" tanya gadis itu dengan berani, karena Ia tau bahwa laki laki ini pasti akan memarahinya.

"Mau bilang Asya gapunya mata? iya? Asya punya mata, nih!" cetus Asya.

Dan baru saja Rio ingin mengeluarkan makiannya, lagi lagi terurungkan karena Asya terus memotongnya.

"Kenapa? mau marah marah sama Asya? mau nyalahin Asya?"  tanya gadis itu dengan berani.

Gadis itu melangkah satu langkah lebih dekat dengan Rio.

"Denger ya Ka Rio, Kaka gaada hak buat marahin Asya, lagian harusnya Asya yang marah, yang di rugikan Asya, Kaka ga liat Asya lagi bawa buku banyak? pandangan Asya sedikit terganggu, harusnya Kakak yang hati-hati dong," oceh gadis itu.

"Lo-" ucapan Rio lagi lagi di potong oleh ocehan maut milik Asya.

"Nanti dulu, Aku belum selesai ngomong," sambung gadis itu seraya menempatan jari teluntujuknya pada bibir laki-laki itu.

Entah kenapa Rio ikut bungkam. Asya dengan keberaniaanya yang entah datang dari mana, meletakan kedua tangannya di pinggang, alih alih seperti menantang lelaki di depannya.

"Pantes aja Ka Rio keliatan tua, keriputnya juga mulai keliatan," kata gadis itu membuat Rio melihat ke arah jendela di sampingnya dan berkaca, lalu kembali menatap heran kepada gadis yang berada di hadapannya saat ini.

"Orang kerjaannya marah marah mulu, bully orang terus, Denger ya ka Rio, Aku cuma mau ingetin, resiko orang yang menderita penyakit jantung itu biasanya orang orang yang hobynya marah marah, tukang bully, jail, emosian, kaya Ka Rio gini, dan Kak Rio harus inget, penyakit jantung itu ga kenal umur dan waktu, bisa aja pas Kak Rio lagi marah marahin anak orang gini, Tuhan panggil Ka Rio tiba tiba, mana belum tobat, pasti juga dosanya banyak, siksa neraka itu pedih," ucap Asya yang sebenarnya gadis itu tidak tau benar atau salah.

Sya... ini beneran lo bicara kaya gini didepan Laskario Bumantara? Astaga Sya... semoga hari lo ga senin terus~

Rio yang mendengar ucapan Asya sangat terkejut sekaligus terheran, kenapa gadis ini bisa sangat berani berbicara bahkan menasihatinya seperti itu? dan kenapa tiba tiba lidah Rio terasa kelu? Rio hanya memandangi wajah gadis ini yang terlihat tampak kesal padanya, tangan yang semula mengepal kuat luluh seketika, rahangnya yang mengeraspun mengendur seperti semula. Rio benar benar di buat bungkam oleh gadis di hadapannya ini.

BentalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang