Bagian 6

745 69 5
                                    

Happy Reading♡

•••

Di tengah kota dan padatnya jalanan di ibu kota, mereka kini berada di salah satu resto yang tak jauh letaknya dari sekolahan mereka.

Memesan beberapa makanan untuk mengisi perut yang sudah sedari tadi keroncongan.

"Jangan tegang gitu dong," ujar Asya.

"Mama ga gigit kok," bisik gadis itu.

Karena sedari tadi Aksa hanya diam, dan terlihat jelas raut ketegangan dari lelaki itu. Bagaimana Ia tidak tegang dan merasa sangat gugup? Pasalnya ini pertama kalinya Ia memakan di resto mewah, terlebih lagi bersama orang tua murid yang notabenenya baru Ia kenal beberapa waktu lalu.

Rasanya tak jauh beda seperti di ajak makan bersama calon mertua hehe~

"Gausah merasa tidak enak atau gugup, kita rileks aja ya," kali ini Naira yang angkat bicara.

"Mama ga gigit kan?" celetuk Asya yang hanya di hadiahi tatapan datar dari Naira, sementara gadis itu hanya tertawa kecil.

Aksa hanya mengangguk dan tersenyum kikuk. Tak lama makanan yang sedari tadi mereka tunggu kini sudah tersaji lengkap di meja mereka.

"Silahkan di makan," kata Naira.

"Terimakasih. Tante, Sya, Selamat makan," ucap Aksa.

"Selamat makan!" kata Asya dengan sangat antusias.

Kehangatan dan kenyamanan yang selama ini Aksa cari sedari dulu.

"Mereka hanya berdua, tapi hangatnya sangat terasa lengkap, terlebih lagi kalau Ayah Asya ada disini, beruntung sekali jadi Kamu Sya," batin Aksa.

Kini mereka menikmati makanan yang di hidangkan dengan nikmat. Seraya menikmati makanan yang tersaji, mereka sesekali berbincang tentang kegiatan mereka di sekolah, ah tidak! lebih tepatnya Naira yang bertanya tentang kegiatan mereka di sekolah.

"Oh iya, kata Asya kamu murid terpintar di kelas, memang benar kamu pintar?" tanya Naira di sela sela kegiatannya.

Aksa yang mendengar pertanyaan itu jelas sangat bingung ingin membalasnya seperti apa. Bukan kah terlalu percaya diri bila Ia mengiyakan pertanyaan yang di lontarkan wanita itu? Atau bahkan itu bisa menjadi sebuah kesombongan terhadap dirinya.

"Iya Ma, beneran pinter kok, Asya ga bohong,"

Bukan, bukan Aksa yang menjawab, melainkan gadis di sampingnya. Tanpa menggubris perkataan putrinya, Naira justru kembali berbicara kepada Aksa.

"Tante minta tolong boleh?," tanya Naira.

"Mau minta tolong apa Ma?"

Lagi lagi bukan Aksa yang menjawab, melainkan anak gadis semata wayangnya.

"Asya, Mama sedang tidak bertanya pada Asya, tapi Aksa, bisa diam dulu?" jelas Naira dan membuat gadis itu sedikit menekuk bibirnya.

"Mi- minta tolong apa Tante?" jawab Aksa dengan sangat gugup.

"Ga susah dan ga perlu merasa takut seperti itu," jelas Naira.

Aksa hanya diam dan menghentikan aktivitasnya, kini Ia benar-benar fokus dengan Naira. Banyak sekali ketakutan terhadap kalimat-kalimat tanya yang akan keluar dari mulut Naira, atau Ia disuruh untuk menjauhi anaknya karena Naira tidak suka padanya? Ah pikiran buruk macam apa itu~

"Tante minta tolong, bimbing Asya ya? Bisa? Asya itu kalo di rumah jarang belajar, hobbynya kalo ga baca komik ya main game online terus, Tante takut dia ga lulus," tutur Naira seraya melirik kepada anak gadisnya yang sedari tadi sudah menampakan wajah masamnya.

BentalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang