Bagian 8

530 64 3
                                    


Happy Reading♡

•••


Aksa yang sedari tadi sibuk membaca Novelnya dan asik dengan dunianya sendiri, baru menyadari ketidakhadiran gadis di sampingnya yang tak kunjung kembali ke kelas.

Aksa mulai meraih benda pipih yang Ia letakan di kolong meja. Sudah banyak pesan yang terlihat pada ponselnya, pesan dari siapa lagi kalau bukan dari gadis yang kini mulai sedikit memberi warna dalam hidupnya.

"Bawel banget," gumamnya dengan sedikit terkekeh melihat pesan yang Asya kirimkan padanya.

Tanpa membalas pesan tersebut, Aksa meletakan kembali ponselnya di bawah kolong meja dan mulai mengambil beberapa buku pelajaran untuk jam pelajaran berikutnya.

"Sa, Asya masih belum selesai kah?" tanya Nada menghampiri Aksa, Ia yang sudah menunggu Asya sedari tadi.

"Kayanya," jawab Aksa.

Melihat Nada yang masih berdiri seperti orang kebingungan membuat Aksa terheran.

"Kenapa?" tanya Aksa.

"Mmm, anu, hehe gapapa ko, Sa," ucap Nada lalu kembali ke tempat duduknya. Sebenarnya hanya ingin menanyakan perihal tugas, tapi Nada mengeles seolah menanyakan Asya, karena Nada masih merasa canggung untuk berinteraksi dengan Aksa, belum lagi sifat Aksa yang dingin padanya, ya dingin pada semua orang si lebih tepatnya.

Tanpa berfikir yang ngga-ngga, Aksa mengacuhkan sifat Nada yang baginya sedikit aneh, Ia lebih memilih untuk membuka Bab Bab sebelumnya yang sudah Ia pelajari, walau tak ada ujian harian hari itu. Ya..., memang seperti itulah Aksa, hidupnya selalu berdampingan dengan buku, buku, dan buku.

•••

"Ma-maaf Kak," kata gadis itu yang baru saja menabrak seseorang di depannya.

Seseorang itu tak menjawab permintaan maaf Asya, Ia lebih memilih untuk melihat keadaan barang yang Ia bawa terjatuh ke lantai. Asya hanya bisa diam tak berkutik, ini salahnya, karena Ia terlalu fokus pada ponselnya sampai sampai tak melihat ke arah depan.

"Aduh, Aku dalam masalah besar ya?" batin gadis itu.

Seseorang itu mulai bangkit setelah mengecek keadaan barang yang di bawanya, dan sepertinya barang itu rusak. Menatap nyalang ke arah Asya, sangat terlihat rahangnya yang mengeras. Sungguh tatapan yang menyeramkan.

"Punya mata di pake!" bentaknya.

Membuat Asya sedikit terkejut, Ia tau ini salahnya, tapi apa harus pria di hadapannya ini membentak dirinya?

"Aku bener-bener minta maaf Kak, Maaf, tadi Aku terlalu fokus sama handphone Aku, Ak-"

Prang!!

Belum Asya menyelesaikan perkataannya, badannya di buat gemetar, dan matanya kini mulai memanas. Benda pipih yang sedari tadi Asya genggam dengan kedua tangganya kini terjatuh ke lantai karena pria itu melepas paksa dari tangan Asya. Asya hanya bisa melihat pasrah ponselnya yang kini tergeletak persis di samping kaki lelaki itu.

"Karena lo! barang gue rusak!" bentak pria itu.

Asya hanya bisa menunduk dan tak bisa Ia tahan lagi, air matanya kini sudah benar-benar lolos membasahi pipi merahnya. Asya menangis tanpa suara.

"Sekarang lo liat, liat!"

"Bisa lo ganti kado gue untuk Ana? bisa ga!" lanjutnya terus membentak Asya.

"Emang lo itu-" ucapannya terhenti dan aksinya yang akan melayang satu tamparan pada Asya pun terurungkan karena tiba-tiba ada tangan yang mencegahnya.

"Anta! Kamu apa-apaan sih!" ucap gadis itu yang berhasil menghentikan niat Rio untuk menampar Asya dan menepis lengan Rio. Ya, seseorang yang sedari tadi membentak dan memarahi Asya adalah Lasakario Bumantara. Sementara Asya bisa menunduk dan tentu Ia masih menangis.

BentalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang