Happy Reading♡
•••
Pagi ini menjadi pagi yang paling bahagia untuk Rio. Pasalnya hari ini adalah tanggal dimana mantan kekasihnya dilahirkan kedunia. Satu-satunya perempuan yang berhasil membuat Rio gagal Move On, dan bahkan sampai sekarang masih memenuhi seluruh isi hatinya. Mungkin, akan selalu seperti itu. Walau perkataan Renjana kemarin membuat hatinya terasa sakit, itu semua tak memungkiri niatnya untuk memberi gadis itu hadiah. Hadiah yang sudah Ia siapkan dari lama, jauh sebelum akhirnya Renjana memutuskan untuk menyudahi hubungan mereka. Rio, dengan harapan yang besar kalo Renjana akan menyukai pemberiannya.
"Renjana pasti suka," ucapnya sebelum Ia keluar dari kamar pribadinya.
Tuk!
Tuk!
Tuk!
Suara langkah kaki terdengar menuruni anak tangga.
"Morning Dad, Mom," sapa Rio yang kini sudah bergabung bersama kedua orang tuanya untuk sarapan sebelum mereka beraktivitas.
"Morning, sayang," balas seorang wanita yang sering Rio panggil dengan sebutan 'Mami'. Wanita yang tengah mengoleskan selai kacang ke selembar roti yang akan Ia berikan untuk suaminya.
"Bawa apa kamu, Yo?" tanya Bima ketika melihat Rio membawa satu paperbag dengan hiasan yang sangat manis.
Rio milirik ke arah paperbag itu dengan senyum tampan khasnya tanpa menjawab pertanyaan yang Dadynya lontarkan.
"Di tanya ko malah senyam senyum," kata Bima.
"Kado Dad, untuk Ana, hari ini Ana ulang tahun," jawab Rio seraya Ia menikmati sarapannya dengan nikmat.
"Masih dia?" goda Bima.
Rio terkekeh, " Masih lah Dad, sampai kapanpun masih tetap Ana, dan akan selalu Ana," tegas Rio.
"Kalo sudah keinginannya pasti harus dapat," ujar Agnes.
"Jelas dong Mom, Dady juga sama kan seperti itu?" Ucapnya menggoda Bima.
"Yang kaya Ana ga akan ada duanya," jelas Rio.
"Bucin boleh, tapi inget sudah kelas 12 harus lebih fokus sama sekolah, biar Kamu juga bisa masuk Univ yang Kamu inginkan," ujar Bima.
"Yang Gue inginkan? Bullshit! semua tentang sekolah Gue udah pasti yang Dady inginkan, bukan Gue," batinya.
"Kaya ga pernah muda aja si Dad," ucap Rio.
Rio meneguk segelas susu coklat hangat yang sudah di siapkan, dan merapihkan dirinya, tanda Ia akan segera pergi meninggalkan ruang makan dan pergi ke sekolah.
"Kalo gitu, aku berangkat dulu ya Dad, Mom," pamit Rio.
"Hati-hati sayang," kata Agnes.
"Yo, jangan keseringan ngerokok loh, inget kesehatan," ingat Bima.
Rio yang sudah tidak berada di ruang makan, membalasnya dengan sedikit berteriak, "Siap Pak Dokter!"
Rio adalah anak tunggal dari seorang Dokter yang cukup terkenal di kota itu. Hidupnya sedari dulu serba berkecukupan. Rio tidak pernah sama sekali merasa kesulitan dalam hidupnya. Rio juga adalah anak yang selalu di tuntut untuk menuruti semua kemauan Dadynya, karena Dadynya ingin Rio menjadi seorang Dokter sama sepertinya. Rio yang kita kenal di rumah sangat berbeda jauh atau bisa dibilang berbanding terbalik dengan Rio yang kita kenal di sekolah. Rio sangat menjadi anak yang penurut dan tidak pernah membantah kedua orang tuanya bila Ia berada di rumah atau dilingkungan keluarganya. Beda halnya dengan Rio di sekolah yang berandal, biang onar, dan suka membully. Namun di balik sifat berandalnya itu semua hanya Ia lakukan untuk kesenangan semata, sama seperti yang pernah Renjana katakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bentala
Fiksyen RemajaTentang Nastabala Asyandra yang bertemu dengan lelaki bernama Aksara Putra Bentala. Lelaki yang terbilang Nerd, super pendiam, cuek, dan misterius. Juga sering kali mendapat bullyan dari para Kakak kelasnya. Namun, mengapa lelaki itu tidak pernah me...