Unexpected₊˚⊹♡

31 8 0
                                    

☆ ★ ✮ ★ ☆

Luna duduk di dekat jendela kamarnya, memandangi pohon pinus yang menjulang tinggi di halaman depan. Cahaya matahari menerobos masuk melalui jendela, menerangi wajahnya dengan hangat. Dengan tatapan yang lembut, Luna terpesona oleh gerakan pepohonan yang berdansa di bawah sinar matahari.

Dalam momen itu, Luna merasa terhubung dengan alam, merasakan kedamaian yang mendalam di dalam hatinya. Ia tahu bahwa, seiring berjalannya waktu, ia akan terus tumbuh dan berkembang seperti pepohonan di halaman rumahnya.

 Ia tahu bahwa, seiring berjalannya waktu, ia akan terus tumbuh dan berkembang seperti pepohonan di halaman rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Besok, Luna akan pergi ke kota besar, tempat yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Pikirannya dipenuhi dengan kekhawatiran tentang perjalanan ke kota besar yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Sebuah langkah besar yang mungkin akan mengubah arah hidupnya.

Perasaan takut dan cemas terus menghantui hatinya. Bagaimana jika dia tidak bisa bertahan di kota besar? Bagaimana jika ia tersesat atau tidak dapat menemukan tempat tinggal? Pertanyaan-pertanyaan itu mengalir tanpa henti di benaknya.

"Bunda, Ayah. Doain Luna disana ya, semoga Luna bisa menjalani kehidupan baru Luna," batin Luna sambil terus menatap keluar jendela. Ia membayangkan kedua orang tuanya berdiri di sana, melambaikan tangan, seolah mengajaknya untuk keluar dan bermain bersama. Bayangan itu membuatnya tersenyum, tapi hanya sesaat sebelum air mata mulai menggenang di sudut matanya.

Kisah kecelakaan yang merenggut kedua orang tuanya masih terngiang jelas dalam ingatannya. Saat itu, Luna sedang sibuk dengan tugas sekolah, sementara orang tuanya pergi bekerja. Kabar tragis itu datang, sebuah mobil menabrak kedua orang tuanya, dan mereka tidak selamat. Sesekali, Luna masih bertanya-tanya apakah dia bisa mencegah kecelakaan itu jika dia menyusul kedua orang tuanya.

"Maafkan Luna belum bisa membahagiakan kalian, Bunda, Ayah," gumam Luna dengan suara terguncang, air mata mengalir di pipinya. "Tapi Luna akan berusaha, Luna akan lulus dan bekerja di kota besar, seperti yang kalian inginkan." gumam Luna dengan suara yang tercekat oleh tangis. Air mata mulai mengalir di pipinya, mewarnai pipinya yang pucat dengan sentuhan kesedihan yang mendalam.

Luna berusaha menahan emosinya sejenak, mencoba menguatkan diri. Setelah menangis sejenak, Luna mengusap air matanya.

Setelah menghapus air mata dan menguatkan hatinya, Luna bangkit dari tempat duduknya. Meskipun langkahnya terasa berat, dia merasa tekadnya semakin kuat untuk menghadapi tantangan yang menunggu di depan.

Luna memandangi pohon pinus di halaman depan, yang tetap tegar meskipun diterpa angin dan badai. Luna tahu bahwa hidup harus terus berjalan. Ia menyadari bahwa perubahan adalah bagian alami dari kehidupan.

Dengan langkah mantap, Luna keluar dari kamarnya. Di lorong rumah, ia melihat foto-foto bahagia bersama kedua orang tuanya yang tersimpan di dinding. Senyum mereka menghangatkan hatinya, memberikan kekuatan baru baginya untuk melangkah maju.

LuminousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang