Uninvited guests🎸⋆⭒˚.⋆

17 8 0
                                    

☆ ★ ✮ ★ ☆

Luna yang sedang tertidur terbangun seketika mendengar suara ketukan pintu yang tak sabaran. Ia mengernyitkan dahi lalu melirik jam yang menunjukkan pukul setengah tiga pagi. Siapa yang bertamu di jam-jam segini?

Luna segera keluar dari kamarnya dan mulai berjalan menuju ruang tamu. Di luar, dia mendengar suara yang tak asing dan terdengar cukup ribut.

"Mas, kenapa nggak dibangunin aja sih? Saya berat bantuin mas ngangkatnya," terdengar suara perempuan yang sepertinya Mentari.

"Mas ganteng ini abis mabuk ya?" tambah suara yang sama.

"Atau jangan-jangan Mas ganteng ini dibius. Mas culik ya?"

"Ini juga, Luna, kenapa lama banget sih?" tanya Mentari dengan nada mendesak.

Suara perempuan itu terdengar sangat jelas sehingga Luna segera bergegas berjalan kearah ruang tamu, "Mentari?" Luna bertanya dengan nada bingung setelah ia membuka pintu.

Luna menatap bingung Mentari yang berdiri di depan pintu rumahnya, napasnya terengah-engah dan keringat mengalir di dahinya. Ada apa dengan Mentari? pikirnya. Namun perhatian Luna teralihkan ketika dia menyadari bahwa Mentari tidak datang sendirian. Ada dua pria bersama Mentari, salah satunya tampak tidak sadarkan diri, dirangkul oleh Mentari dan pria lainnya yang membantu menopangnya.

Luna memperhatikan pria yang sedang menopang, pria itu menatapnya dengan ekspresi datar dengan mata yang tajam, membuatnya sedikit takut. Pria dewasa itu tidak mengatakan apa-apa, tetapi tatapannya cukup untuk membuat Luna merasa tidak nyaman. Sementara itu, pandangan Luna tertuju pada pria yang tidak sadarkan diri, Luna tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena kepala pria itu menunduk, dengan rambut yang menutupi hampir seluruh wajahnya.

Sedangkan disisi lain, Kian menatap intens Luna. Sepertinya Luna bukan tipe perempuan  yang akan menggoda pria brengsek seperti Archio. Dugaannya juga benar, jika di daerah ini tidak ada yang mengenal diriya bahkan Archio. Terlihat jelas dari ekspresi kebingungan di wajah Luna saat melihat mereka berdua. Hal itu membuat Kian bernafas lega, semoga tidak akan ada masalah yang terjadi, pikirnya.

"Kamu lama banget deh, Lun." Mentari menatap kesal ke arah Luna karena membuatnya menunggu. "Ayo mas cepet, saya ga kuat, nih. Berat." Ujar Mentari pada Kian sambil berusaha menopang Archio. Mentari tampak tidak sabar ingin masuk ke dalam rumah.

Luna kembali bingung ketika Mentari tampak ingin menerobos masuk ke dalam rumahnya. "Mentari, ada apa?" tanya Luna saat Mentari berusaha melewatinya. Sebenarnya apa yang sedang terjadi di sini? Mengapa Mentari membawa dua pria yang tidak ia kenal ke rumahnya?

"Minggir dulu Lun, aku gakuat." Mentari menatap Luna lelah, bahunya benar-benar sakit karena harus menompang badan besar disampingnya. Luna yang melihat ekspresi lelah Mentari refleks menyingkir ke samping, membiarkan mereka masuk ke dalam rumah.

Melihat Luna menyingkir, Mentari dan Kian langsung melangkah masuk ke dalam rumah sederhana Luna. "Lun, kamar kamu di mana?" tanya Mentari, tampak tidak sabar.

Luna terkejut dengan pertanyaan Mentari. "Buat apa Mentari?" tanyanya balik, tidak mengerti mengapa mereka butuh kamar.

"Udah cepet, kamu gak kasian sama aku?" Mentari menatap Luna dengan wajah lelah, seolah dia sudah mengangkat beban berat sepanjang malam. Luna menghela napasnya, merasa sedikit bersalah. Meski tidak tahu apa yang sedang terjadi, ia tidak tega melihat wajah Mentari yang seperti telah melakukan pekerjaan yang berat.

Mentari masih tampak frustasi, "Lun, nanti deh aku jelasin. Tapi serius, tolong tunjukin kamar kamu, aku mau naro mas ganteng ini!" Mentari menunjuk ke arah Archio yang masih tak sadarkan diri.

LuminousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang