Bab 23

1.3K 91 13
                                    

Alana POV

Selesai mengobati luka ku aku pun memutuskan kembali ke asrama, pasti Freya dan yang lain sedang mencariku.

Dan entah kenapa bekas serangan Jayden tadi tidak sembuh sepenuhnya dan meninggalkan beberapa lebam di tubuhku. Walau sudah menggunakan healing tapi masih belum hilang, sepertinya ini memerlukan waktu dan aku juga butuh beberapa potion health juga nanti, sebaiknya aku mampir ke UKS dulu.

"Alana!"

Seseorang berteriak memanggil nama ku.

Kulihat dari seberang, 'Ada apa dia?' batin ku bertanya.

Darren? Untuk apa dia memanggilku?

Lalu saat dia tiba di dekatku dia langsung menarik dan mencengkeram tangan ku dengan erat.

Greb!

"Ikut aku." singkatnya.

Belum sempat berkata apapun– tiba-tiba dia sudah membawaku pergi entah kemana dengan teleportnya.

"Kemana kau membawaku?" Aku seraya menghempas tangan Darren agar melepas ku.

'Ini terlihat seperti gudang tak terpakai' pikirku.

"Ini masih di Academy. Dan tenang saja kau hanya perlu menjawab pertanyaanku dengan jujur dan aku tidak akan membunuhmu" ujarnya.

"Apa maksudmu?" Aku masih bingung dengan situasi ini.

Dia tidak menjawab dan menunjukkan sesuatu padaku, "Kau suruhan Lucifer kan?"

'W-what?!'

Di tangan Darren sekarang adalah jubahku, jubah yang kugunakan saat memasang CCTV di Academy malam itu. Kenapa bisa ada padanya?

"Kau menyelinap ke kamarku?" marahku. Dia sungguh tidak tau sopan santun.

"Mengaku saja. Di jubah ini darah mu kan?"

"Lalu goresan pedang di kamar mu, dengan siapa kau bertarung?"

"Kau sudah pernah ketahuan ya?"

"Jujur saja ada berapa mata-mata disini selain kau?"

Darren mencecar ku. Dia terus ngotot menuduhku bagian dari Darkness. Kali ini sudah keterlaluan.

"Aku tidak hubungannya dengan Lucifer. Dan perlu kau tau Academy sedang tidak baik-baik saja, jadi hentikan permainan detektif tidak jelas ini dan tidurlah seperti bayi." Aku berbalik hendak keluar, namun tangan Darren lebih dulu menarik tanganku.

"Bagaimana aku bisa percaya sedangkan kau sangat mencurigakan?!" dia berteriak di depan wajahku.

"Aku harus melindungi sahabat-sahabat ku! Academy! dan juga dunia sihir!" lanjutnya menggebu.

'Melindungi? Siapa yang sebenarnya melindungi disini? Dia atau aku?' kesalku.

"Kau ingin bukti? Biar aku beri kau bukti yang kau mau" ujarku.

Lalu aku mengambil pisau lipat di saku ku.

"Apa yang mau kau lakukan?"

"Salah satu ciri darkness, darah mereka berwarna hitam, benar kan?" ucapku sambil menggenggam bilah pisau tersebut.

Bisa kurasakan sisi tajam pisau itu menembus kulit telapakku.

Sratt...

Aku menariknya. Darah segarku mengalir saat di genggaman tanganku yang terluka itu.

Tes...

Tes...

Tes...

Cairan merah itu menetes ke lantai.

Darolent Academy : Lost Darold PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang