Beberapa hari berlalu. Dira mulai mempersiapkan barang apa saja yang akan dia bawa nanti.
Tepat 1 hari sebelum masuk kuliah, Kakak dan Kakak iparnya nanti akan datang menjemput. Dira senang, tidak sabar rasanya ingin cepat- cepat masuk.
"Nanti kita beli baju baru Dir. Tadi malam Ayahmu kasih ibu uang buat belikan kamu baju. Ngomong - ngomong ibu juga kebagian" ujar ibu bahagia.
"Baju yang bulan lalu ibu beli masih belum Dira pakek. Udah mau beli lagi, gimana kalau uangnya buat beli jajan?" Usul Dira membuat wajah ibu merenggut kesal.
"Jajan terus! Nanti kamu mau kuliah. Emang nggak malu pakai baju yang udah ketinggalan zaman?"
"Tapi baru satu bulan lalu ibu beli. Nggak mungkin udah ketinggalan zaman" balas Dira malas ikut Ibu yang lama berbelanja. Kakinya ingin patah rasanya jika terus berkeliling mencari pakaian yang cocok di selera ibu.
"Kamu harus tau kalau di sana setiap orang pakai baju yang sama cuma satu kali. Ibu nggak mau kamu disana direndahkan orang- orang"
Dira tidak percaya. Bilang saja ibunya itu yang ingin berbelanja. Dia bukan lagi anak kecil yang bisa ibunya bodoh- bodohi.
"Kenapa nggak belanja besok Bu? Aku mager yang mau keluar. Panas"
"CK, udah sana ganti baju. Kamu lupa kalau besok Kakak dan kakak iparmu datang?"
"Hah? Bukan masih satu Minggu lagi? Kenapa udah kesini besok?" Tanya Dira. Bukan masuk kuliah masih beberapa hari lagi?
"Emang kenapa kalau Kakakmu pulang?" Galak ibu.
Dira menyengir. "Ya nggak apa- apa. Bukan kemarin Kak Bella bilang 1 hari sebelum masuk kuliah yang mau pulang?"
"Awalnya gitu. Tapi karena udah lama nggak pulang, kakakmu ajak suaminya nginap satu Minggu."
Dira mengangguk. "Terus kerjaannya? Bukan kata Kakak suaminya sibuk banget?"
"Ibu juga tanya. Tapi kerjaannya kali ini masih bisa diatasi asistennya. Udah ayo kita belanja. Besok ibu nggak bisa ajak kamu kemana- mana lagi"
Dira menghembuskan nafas lelah. "Kita naik apa?"
"Jalan kaki" balas ibu terlanjut santai.
"Apa?! Nggak- nggak! Kalau ibu tetap mau pergi, ibu aja. Orang pusat perbelanjaan dari sini pakai sepeda 30 menit. Kalau jalan kaki bisa satu jam! Dira nggak mau yah." Tolak Dira langsung.
Ibu memelototinya. "Ayo nggak usah manja Dira. Selama ini emang kamu sekolah naik apa? Sepeda? Nggak kan. Ayo cepet ganti baju"
"Iya tapi capek. Dira udah lama nggak jalan jauh- jauh." Kata Dira memelas.
Hari ini Ayah kerja. Begitu juga Kakak. Dirumah meski ada sepeda, itu tidak ada gunanya. Dia dan ibu sama- sama tidak bisa naik sepeda.
Sial memang.
Dira ingin belajar. Tapi Ayah dan Kak Tio selalu menolak.
Huh, kalau begini dia juga yang kesulitan.
"Yaudah Dira ganti baju" Dengan ogah- ogahan Dira ke kamar.
"Iya sana. Cepetan. Nanti sekalian beli kebutuhan kuliahmu juga"
"Iya!" Balas Dira berteriak dari dalam kamar.
****
"Masih belum Bu? Ini udah sore loh. Nanti Ayah datang marah- marah" Dira berbisik tepat ditelinga ibu. Tapi wanita itu tidak peduli dan sibuk memilih baju apa yang cocok untuknya.
Baju untuk Dira sudah dipilih. Dan giliran memilih baju ibu yang lama. Sampai-sampai kakinya sudah mati rasa. Dira tidak kuat. Berjalan ke kursi tunggu yang ada di depan, duduk dan akan menunggu ibu disini.
Beberapa menit berlalu. Ibu belum juga datang. Dira menatap ponselnya, menggeser, merasa bosan.
Sampai 2 jam kemudian ibu keluar dengan baju pilihannya. "Ibu cariin malah disini"
"Orang ibu lama"
"Lama apanya. Kamu aja yang nggak sabaran. Orang ibu baru dapat 3." Balasan ibu membuat Dira mendengus kesal.
"Selama berjam- jam ibu cuma dapat tiga? Huh, pantes Ayah nggak pernah mau nemenin ibu belanja" Dira tau betul Ayah tidak akan pernah mau diajak ibu belanja.
Selama ini Dira tidak pernah ikut. Yang sering ikut ibu belanja biasanya Kak Bella dan selama Kak Bella sudah tidak ada dirumah, biasanya ibu akan pergi sendiri karena tau dia tidak akan mau diajak.
"Kamu harus tau kalau pilih baju itu nggak bisa sembarangan. Kalau ada kerusakan atau nggak cocok nanti dirumah, gimana? Nggak mungkin kan ibu tukar." Kata ibu cepat sambil mengemasi barang yang dia beli ke kasir.
Dira pasrah.
Setelah membayar. Dira dengan lemas mengikuti ibu yang masih tampak tidak lelah.
"Ayo kita naik ojek Bu" Dira sudah tidak sanggup berjalan. Jika tau seperti ini. Dia lebih baik menunggu Ayah libur kerja.
Ibu menolak. "Sayang uangnya kalau dipakai naik ojek. Udah kamu ini masih muda, kenapa kalah sama ibu sih? Ayo jalan."
"Gendong,"
Plak!
Ibu memukul lengan Dira cukup keras membuat si empu mengaduh.
"Gendong- gendong. Dikira kamu masih bocah?! Ibu sering jalan bareng Kakakmu tapi dia nggak serempong kamu. Kamu masih muda udah jompo." Semprot ibu. Dira menghentakkan kakinya kesal.
"Ibu yang rempong. Malah aku yang disalahin." Gerutu Dira pelan. Dengan tenaga yang sudah habis terkuras, Dira memaksakan diri untuk terus berjalan.
Sesampainya dirumah Dira langsung bergegas ke kamar, tidak peduli dengan belanjaan lagi. Menjatuhkan tubuhnya dikasur, memejamkan mata dengan nyaman.
"Duh, kakiku sakit. Awas aja nanti mau aku aduin ayah." Biji betisnya seakan ingin keluar. Dira memejamkan mata, ingin beristirahat dan tertidur sampai malam.
Tepat pukul 9 malam, Dira membuka mata. Meringis saat kakinya masih sakit.
Dengan pelan dan sambil menggerutu Dira keluar kamar. "Yah" panggil Dira pada Ayah yang menonton didepan Tv.
"Loh kok udah bangun?" Ayah menepuk tempat disampingnya.
Dira berjalan pelan dan duduk disana. "Jam berapa Ayah pulang?"
"Tadi jam 7. Soalnya tadi Ada sedikit masalah di pertambangan"
Dira mengangguk.
"Yah, kaki Dira sakit"
"Kenapa?" Tanya Ayah langsung menatap kaki sang anak.
"Tadi dari sini sampai ke pusat perbelanjaan Dira jalan kaki. Ayah bayangkan Dira dua jam jalan kaki pulang pergi. Apa lagi disana Ibu keliling- keliling. Sakit," adunya mulai manja.
"Sini, biar Ayah pijit" Ayah menepuk pahanya, meminta Dira menaikkan kakinya agar mudah Ayah pijat.
Senyum Dira mengembang. "Pelan- pelan Yah. Lain kali Dira nggak mau ikut ibu lagi."
Ayah terkekeh. "Itu kenapa Ayah nggak pernah mau ikut Ibu belanja. Ayah salut sama Bella yang sering ikut ibu"
"Ibu sama Kakak itu sama Yah. Hobinya belanja. Nggak mungkin ngerasa capek"
"Iya juga" Dira mengangguk sambil meringis sakit. Ayah dengan pelan memijit kaki Dira.
"Kakak nggak pulang?"
"Nggak. Kakakmu bilang mau pulang besok sekalian pas Bella dan suaminya datang"
Dira mengangguk dan tidak bertanya lagi.
*****
Terimakasih sudah membaca🥳
KAMU SEDANG MEMBACA
Semu Atau Jemu?
JugendliteraturApa yang kamu lihat, rasakan, tidak lain hanya sebuah kata semu yang menjelma seolah² itu nyata. Tapi nyatanya, hanya rasa sakit, kecewa, patah hati yang pada akhirnya kamu rasakan. "Mau sampai Kapan Kakak bertindak seenaknya begini? Aku capek kal...