Sejak pertengkaran mereka pagi itu, hubungan keduanya semakin renggang. Erlang memutuskan tidur di ruang kerja, sedangkan Bella juga mendiami suaminya.Permasalah mereka semakin berlarut karena keduanya tidak ada yang mau mengalah. Menurut Erlang, Bella saja yang terlalu lebay karena selalu membesar- besarkan sesuatu.
Sedangkan dari sudut pandang Bella, suaminyalah yang salah karena tega membentaknya. Bella tidak ingin merendahkan harga dirinya lagi dengan meminta maaf lebih dulu pada Erlang.
Saat makan malam, atau sarapan, keduanya saling diam dan tidak ada interaksi antara keduanya. Bahkan Dira yang kepekaan nya sangat minim, dapat dengan jelas merasakan aura permusuhan diantara keduanya.
Hari ini adalah hari pertama dia masuk universitas. Dengan semangat gadis itu sudah duduk di ruang makan, menunggu Kakak dan Kakak iparnya turun.
Beberapa hari ini juga Bella tidak memasak, dan membiarkan pembantu yang melakukannya.
Meskipun dia tau Kakak dan suaminya sedang berkonflik, Dira hanya diam dan tidak mau ikut campur.
"Kak Bella sama Kak Erlang kemana sih?" Gumam Dira sambil menghela nafas pelan. Dia sudah 1 jam menunggu keduanya. Hatinya mulai gelisah. Belum lagi ospek akan di mulai 30 menit lagi.
Dira menggeram kesal.
Beranjak dari duduknya, gadis itu dengan cepat berjalan ke arah kamar Kakaknya. Berniat memanggilnya untuk turun.
Dira takut, kakaknya itu ketiduran.
"Kak! Kakak! Ini Dira." Dira mengetok kamar Bella, tapi tidak ada sautan di dalam sana.
"Kak Bella! Buka pintunya kak! Ayo sarapan!!" teriaknya tapi tetap tidak ada respon dari dalam.
Kening Dira mengerut. Ini tidak seperti biasanya. Bella jarang bangun siang, dan tipe orang yang mudah dibangunkan. Perasaan khawatir mulai hinggap dan Dira kembali menggedor pintu sambil terus berteriak memanggil sang Kakak.
Tapi tetap, tidak ada tanggapan.
Tidak hilang akal, Bella berteriak memanggil pelayan, takut hal buruk terjadi pada kakaknya.
"Nona, pagi- pagi sekali tuan sudah berangkat kerja" ujar pelayan yang melihat Erlang keluar pagi- pagi sekali.
"Apa?! Kenapa Bibi baru bilang?!!" Sentak Dira marah. Gadis itu langsung meminta pengawal Erlang membuka paksa pintu kamar Kakaknya.
Betapa terkejut dan paniknya Dira saat melihat Kakaknya tergelatak pingsan di dalam kamar mandi. Keadaannya yang pucat, membuat Dira khawatir. Mengabaikan hari pertama kuliah, Dira berlari mengikuti pengawal yang membawa Bella.
Sesampainya di rumah sakit, dokter langsung menangani. Dira sudah mondar- mandir karena cemas. Pikiran buruk seakan menguasai otaknya, dan membuat dia semakin ketakutan.
Saat dokter keluar, Dira langsung bergerak mendekat. "Gimana keadaan Kakak saya dok? Kakak saya nggak kenapa- Napa Kan?" Cemasnya. Dira sungguh panik, dan rasanya ingin menangis.
Dokter itu mengangguk. "Kakak kamu cuma butuh istirahat yang cukup, jangan terlalu stress dan jaga pola makannya" ujarnya yang membuat Dira menghela nafas sedikit lega.
"Apa Kakak saya perlu dirawat dok?"
"Tidak perlu, tapi jangan pulang sebelum infusnya habis"
Dira mengangguk faham. Setelah dokter pergi, Dira langsung memasuki ruang rawat Bella. Disana Bella masih memejamkan mata, dengan wajah serta bibirnya yang pucat.
Melihat Kakaknya yang tidak berdaya begini, Dira tidak tega. Dira sudah berapa kali berusaha menghubungi suami Kakaknya, tapi sebanyak apapun dia melakukan, pria itu tetap tidak merespon pesan ataupun panggilannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semu Atau Jemu?
Teen FictionApa yang kamu lihat, rasakan, tidak lain hanya sebuah kata semu yang menjelma seolah² itu nyata. Tapi nyatanya, hanya rasa sakit, kecewa, patah hati yang pada akhirnya kamu rasakan. "Mau sampai Kapan Kakak bertindak seenaknya begini? Aku capek kal...