31. Finding Diana

60 7 2
                                    

Dulwich, salah satu desa terindah yang lokasinya berada di London Selatan. Kawasan konservasi ini hanya berjarak dua puluh menit naik kereta dari London Bridge. Selain itu, Dulwich dikenal sebagai kawasan ekslusif dan kelas atas, tidak heran jika desa ini dianggap sebagai magnet bagi keluarga berpenghasilan tinggi.

Rhea membuka kaca jendelanya ketika mobil mereka melaju di jalanan Dulwich. Perempuan itu tidak berhenti tersenyum ketika disuguhkan dengan beragam properti besar bergaya Victoria, Edwardian, dan Georgia. "Indah sekali!"

Ed yang melirik perempuan itu tersenyum. Berdasarkan alamat yang mereka dapatkan dari Cassandra, mereka memutuskan untuk mencari Diana di Dulwich secepat mungkin. Info terakhir yang Cassandra dapatkan, Diana sengaja pindah ke Dulwich untuk menenangkan pikiran. Namun, setelahnya, Cassandra tidak pernah mendapatkan kabar dari sahabatnya lagi.

Mereka tiba di sebuah rumah dengan nuansa vintage, berpagar putih dengan pintu berwarna hijau. Rumah itu tampak tidak terawat, seperti sudah ditinggalkan selama berbulan-bulan. "Kau yakin ini tempatnya?" tanya Rhea setelah keluar dari mobil. Memandangi rumah di depannya membuat perempuan itu merasa tidak yakin kalau Diana masih tinggal di sana.

Ed memastikan kembali alamat yang diberikan Cassandra dengan rumah kuno di depan mereka. Tidak ada kekeliruan, nomor rumah dan nama jalannya sama. Meski ragu, mereka berdua memutuskan tetap memasuki halaman rumah itu.

'KNOCK KNOCK'

Rhea mengintip dari jendela, tapi dia tidak menemukan seorang pun di dalam sana. Yang dia temukan hanya perabot-perabot terbengkalai yang penuh debu dan sarang laba-laba. Ed mencoba mencari tahu dari halaman belakang. Sayangnya, pintu belakang rumah itu terkunci.

"Permisi, apa kau tahu di mana pemilik rumah ini berada?" tanya Ed pada seorang pria paruh baya yang berjalan melewati depan rumah itu.

"Rumah itu sudah lama ditinggalkan. Ketika dihuni pun, si pemilik juga jarang keluar rumah." Pria paruh baya itu meninggalkan Ed dengan ekspresi tanpa harapan.

Mereka tidak memiliki petunjuk lain mengenai keberadaan Diana. Menunggu pun percuma, mereka memutuskan untuk kembali ke London. Sebelum masuk ke mobil, tatapan Rhea bertemu dengan tatapan seorang bocah kecil yang memantaunya dari kafe seberang. Rhea menatap ke sekitar, tidak ada siapa pun di sekelilingnya.

Memiliki perasaan tidak enak, Rhea buru-buru masuk ke mobil dan menganggap dia tidak pernah bertatapan dengan bocah kecil itu. Untuk seukuran bocah kecil, tatapannya sangat menakutkan. Tidak ada tatapan polos yang merajuk karena permen, hanya ada tatapan kosong seakan dunianya sudah hancur.

-ooo-

Tidak memiliki petunjuk lain bukan berarti Rhea menyerah untuk mencari Diana. Di hari liburnya, dia nekat pergi ke Dulwich seorang diri menggunakan kereta. Sejak tiba di London, itu kali pertama Rhea bepergian ke luar kota seorang diri.

Musim dingin di London membuat Rhea kewalahan, tubuhnya sedang mencoba beradaptasi, tapi suhu dinginnya cukup menusuk tulang. Berjalan melewati deretan rumah-rumah vintage, Rhea meniup tangan dan merapatkan mantelnya. Sama seperti beberapa waktu lalu saat dia datang bersama Ed, rumah itu tidak sedikit pun memperlihatkan perubahan.

Tidak, perempuan itu tidak akan pergi begitu saja. Dia melangkahkan kaki menuju Romeo Jones, kafe yang letaknya tepat di seberang rumah Diana. Aroma pastri yang baru selesai dipanggang memenuhi rongga hidung Rhea ketika perempuan itu membuka pintu kafe. Dirinya memesan pain au chocolat dan orange juice untuk teman menunggunya.

Di meja luar ruangan, Rhea mengerjakan pekerjaannya sambil sesekali melihat rumah Diana. Siapa tahu ada seseorang yang keluar dari rumah itu? Namun, sayangnya, ekspektasi Rhea terlalu tinggi. Hingga pesanannya habis, tidak ada tanda-tanda kehidupan di rumah itu.

"Kau sedang mencari seseorang?" tanya seorang bocah kecil ketika Rhea bersiap untuk kembali ke London.

Rhea tersentak, bocah kecil pemilik tatapan kosong itu kini berbicara padanya. Dibalas dengan senyuman, Rhea buru-buru mengemasi barangnya dan bergegas. Entah mengapa rasanya tidak nyaman berada di dekat bocah itu.

"Kau sedang mencari Diana Chandler? Aku tahu di mana dia berada."

Langkah Rhea terhenti. Bagaimana bocah kecil itu bisa tahu kalau dirinya sedang mencari Diana Chandler? Karena perkataan bocah itulah, Rhea kembali memesan orange juice untuk mendengar penjelasan bocah itu.

Namanya Ted, bocah kecil dengan tatapan kosong itu bernama Ted. Ya Tuhan! Dan fakta mengejutkan lainnya adalah Ted anak kandung Diana! Semua fakta yang datang secara tiba-tiba itu membuat Rhea menggaruk kepalanya. Sebenarnya ada apa? Apa yang terjadi?

Tidak hanya diterpa isu plagiarisme yang kebenarannya menyatakan bahwa Diana tidak bersalah, terdapat rumor yang kebenarannya masih diragukan mengekori perempuan itu. Tujuh tahun lalu, Diana dirumorkan melahirkan seorang anak dari pria tidak dikenal tanpa ada pernikahan mengikat mereka. Dan anak itu adalah Ted, bocah kecil di depannya yang dengan lahap menyantap roti isi yang Rhea belikan.

Rhea menyodorkan orange juice ke arah bocah itu, memberinya sinyal untuk makan secara perlahan. Entah sesulit apa kehidupan yang dimiliki Diana sampai-sampai dia harus meninggalkan putra kandungnya seorang diri. Ted tinggal di sebuah rumah kecil dekat kantor pos, rumah kecil itu milik saudara Diana yang sudah lama ditinggalkan. Sampai sekarang, tidak ada yang tahu kalau Ted adalah anak Diana.

"Apa kau pernah bertemu dengan ibumu?" tanya Rhea hati-hati.

Ted menggeleng. Tidak ada sedikit pun rasa sakit hati di wajahnya ketika Rhea menanyakan hal itu. "Meski begitu, ibu sering mengirim surat padaku. Kau mau melihatnya?" Dengan mantap Rhea mengangguk.

Setelah makanannya habis, Ted mengajak Rhea berkunjung ke rumah mungilnya. Rhea tidak tahu bagaimana cara Ted bertahan hidup, tapi Rhea bersyukur bahwa bocah itu memiliki tempat tinggal yang lumayan hangat dan nyaman, serta kebutuhannya yang selalu tercukupi. Berbekal dengan uang yang selalu dikirimkan Diana setiap bulan, Ted tetap bisa bersekolah layaknya bocah lain.

Ted mengambil kursi dan mengambil sebuah kotak yang berada di atas lemari. Setiap surat yang dia dapatkan dari Diana selalu dia simpan di kotak itu. Ada banyak surat di sana, tulisan tangan Diana yang terlihat begitu hangat. Dari tulisannya saja, Rhea bisa merasakan kalau Ted tidak sendirian.

"Hm?"

Rhea mengambil surat yang masih berada di dalam amplop. Tatapannya tertuju pada alamat dan nama pengirim. Alih-alih menggunakan nama Diana, perempuan itu justru menggunakan nama samaran Ahn Yeon Woo. "Ibumu ada di Korea?"

"Ya. Dia bilang orang-orang tidak mengenalinya di sana. Jadi, dia bisa bekerja dengan nyaman."

"Boleh aku memotret alamat ini?"

"Tentu saja." Rhea mengeluarkan ponselnya dan memotret bagian belakang amplop itu. Setelah menemukan apa yang dia cari, Rhea mengucapkan terima kasih dan pamit.

Langkahnya terhenti ketika Ted menarik mantelnya. "Aku tahu kalau ibuku seorang penulis. Aku akan berterima kasih kalau ibuku bisa kembali menjadi penulis seperti sebelumnya." Rhea merendahkan tubuhnya dan memeluk bocah itu. Ada banyak orang yang peduli pada Diana dan menginginkan dia kembali menulis sebuah karya.

Ketika kembali bekerja, Rhea buru-buru masuk ke ruangan Ed untuk memberitahunya apa yang dia temukan. "Ed!"

Pria itu menoleh, menemukan Rhea yang berlari ke arahnya dan langsung memeluk pria itu tanpa permisi. "Aku menemukannya, Ed! Aku menemukan Diana!"

Tidak tahukah dampak apa yang diberikannya ketika memeluk pria itu? Mengetahui Rhea sudah memiliki kekasih saja membuat Ed menghentikan langkah untuk memiliki perempuan itu. Sekarang perempuan itu memeluk dirinya. Tangan yang sedari tadi mengambang di udara karena reaksi spontan akibat pelukan tiba-tiba itu, kini melingkar erat di pinggang perempuan itu. Maaf,Rhea. Kau sudah memberiku jalan untuk mendapatkanmu....

The Lucky Fans (FF LEE JUN HO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang