Happy Reading...
.
.
.
"Dunk, kau dipanggil oleh Presdir." Setelah kata-kata itu terucap, beberapa orang mulai mengalihkan pandangannya pada Dunk.
"Kau tak salah berbicarakan Phi Karan?" Tanya salah seorang karyawan senior memastikan. Sebuah anggukan memperjelas keterkejutan mereka, atas perkataan Managers divisi pemasaran itu.
"Apa Dunk melakukan kesalahan? " Tanya Joss, membuat semua perhatian mengarah padanya. Termasuk Dunk yang kini terdiam, akan perilaku Presdir mereka yang memanggilnya tanpa alasan yang pasti.
"Hentikan semua pertanyaan kalian, aku juga tak tau kenapa sekertaris Presdir memanggil Dunk keruangan Presdir." Pusing Karan.
"Lebih baik kau cepat menemuinya, dia tak suka kesalahan sekecil apapun." Nasihat Karan, lalu mengantar Dunk hingga keluar dari ruangan divisinya.
Tanpa mempedulikan tatapan beberapa karyawan senior, Dunk berjalan diiringi oleh sang Manager divisinya.
"Ingat Dunk, kalau Presdir marah kau hanya perlu meminta maaf dan berjanji akan melakukan yang lebih baik lagi. Jangan menyangkal atau memberi penjelasan. Karena, pada prinsipnya kita salah dan dia selalu benar. Ok.. Dunk semangat." Ucap Karan lalu, mendorong Dunk pelan untuk keluar dari ruangan divisinya.
Dunk hanya menatap manager tempat ia bekerja magang dengan tatapan datar.
Apa mereka berpikir kalau Dunk melakukan sebuah kesalahan fatal? Ayolah, ini hanya akal-akalan Joong agar ia tak menolak menemuinya. Bagaimanapun dia hanya pegawai magang, tak ada sangkut pautnya akan kenaikan maupun penurunan saham perusahaan. Apa lagi dia baru disini, apa mereka sangat bodoh karena ke khawatiran, hingga mengesampingkan hal yang sudah jelas seperti ini.
Istilah kasarnya adalah ia hanya bagian transparan, yang tak akan mempengaruhi pekerjaan apapun. Selain menjadi babu divisi pemasaran. Tapi, demi nilai mata kuliah yang sempurna dia rela magang diperusahaan besar ini dan menjadi pesuruh.
"Hah.." Dunk menghelan napas, hingga pada saat lift terbuka. Ia seperti menarik napasnya kembali dan menahannya didada.
Dunk menatap sosok Manis yang berada didepannya dengan datar.
Apakah ini Hari sialnya? Kenapa harus bertemu sekarang. Rasanya Dunk ingin sekali mencakar wajah teratai putih didepannya.
"Oh.. Dunk, kau bekerja disini?" Tanya Nine, dengan senyuman yang menurut Dunk itu seperti ejekan.
"Tidak, Aku hanya magang disini." Jawab Dunk datar.
"Ah.. Aku pikir, kau sengaja bekerja disini untuk menggoda Joong kembali." Ucap Nine dengan agak keras, membuat beberapa karyawan mengalihkan pandangan padanya. Dunk menatap datar pada sosok Manis dihadapannya, bukankah dia terlihat seperti pencuri yg berteriak mencuri. Dia ingin memberitahu semua karyawan bahwa dia adalah seorang penggoda.
"Kau tenang saja, Aku tak sepertimu yg suka menggoda kekasih orang lain dan seharusnya kau cukup tau bahwa, Aku dan Joong tak pernah mengucapkan kata putus diantara Kami." Bohong Dunk, tak kalah keras.
'Rasakan itu.' - pikir Dunk.
Membuat senyuman yg terukir dari bibir Nine, menjadi terditorsi.
Tak mau berurusan dengan orang tak relevant, Dunk melangkahkan kakinya memasuki lift Dan menekan tombol menuju lantai ke 10. Tempat dimana ruangan Joong berada.
Nine yg melihat kemana tujuan Dunk pun mengepalkan tangannya lebih erat.
"Aku tak akan membiarkan usahaku selama ini sia-sia, kau lihat saja Dunk Natachai. Joong Archen, hanya Akan menjadi milikku." Gumam Nine, lalu melangkah pergi meninggalkan Perusahaan Joong begitu saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
CRIMINAL
FanfictionKalau cara lembut aku tak bisa memilikimu, maka aku akan menjadi seorang CRIMINAL untuk mendapatkan mu - Joong and Pond. Boy Love Joylada PodPhuwin JoongDunk