2

4.3K 290 3
                                    

"Papa kamu itu mafia. Satu kerjaan aja bisa selesai sampai berhari-hari atau berminggu-minggu. Dan pekerjaan Papa kamu itu berbahaya, juga karena kamu masih kecil, Papa kamu nitipin kamu ke Bibi karena gak mau sesuatu yang buruk terjadi. Suatu saat, jika semua sudah aman dan baik-baik saja, Zeon pasti dijemput sama Papa."

Sudah 30 menit sejak Zeon siuman. Namun mata itu sengaja tidak ingin ia buka karena malas melihat wajah-wajah menyebalkan yang ingin sekali ia tendang. Meski tidak terdengar suara apapun, Zeon masih bisa merasakan aura pekat yang begitu meresahkan.

Teringat sepenggal kalimat yang pernah Bibi Tisa katakan ketika ia bertanya perihal keluarganya. Dan jawaban itu sudah Zeon dapatkan sekarang. Tapi, benarkah jika keluarganya ini adalah seorang mafia? Maksudnya, betul-betul mafia yang di film-film?

"Mau sampai kapan berpura-pura tidur?"

Deg! Mereka tau jika Zeon sudah siuman? Lantas, mengapa sedari tadi hanya diam saja? Ah, keluarga baru yang aneh.

"Gue gak pura-pura, emang masih ngantuk aja," sahut Zeon serak. Ia benaran masih ngantuk tau. Biasanya ia tidak akan bangun jika belum diteriaki oleh Bibi Tisa.

Prangg!

Zeon terlonjak sampai ia terpaksa melebarkan matanya ketika suara pecahan kaca yang dilempar begitu memekakkan telinga. Ia menoleh pada seluruh ruangan dan mendapati tatapan dingin nan tajam dari keluarga barunya.

Anjir, berasa lagi main film horor. Serem banget itu natap.

"Sepertinya kita benar-benar terlalu lama membiarkanmu diluar, ya. Apa aku masih perlu mengajarimu cara berbicara dengan bahasa yang baik, hm?"

Seseorang menghela nafas berat, lalu menghampiri Zeon dan mengusap rambut anak itu pelan.

"Bungsu Papa ini sudah besar rupanya," katanya dengan lembut.

Zeon mendongak, melihat pria didepannya tersenyum tipis membuat perasaannya menjadi sedikit lebih tenang.

"Papa?" Panggil Zeon mamastikan.

Pria itu mengangguk, "Ya? Bagus, tetap panggil aku seperti itu. Aku adalah Papa-mu," ucapnya merasa senang. Dia adalah Sagara Virendra.

"Kau perhatikan baik-baik, Papa akan memperkenalkan Abang-abang mu. Lihat, yang sedang duduk di sofa itu adalah Zenith Aakash Virendra, dia adalah Abang pertama mu," tunjuknya pada pria yang belum pernah Zeon dengar suaranya sejak kemarin. Menurut Zeon, pemuda itulah yang memiliki aura menakutkan yang kuat.

"Disebelah Zenith, adalah Aelius Javas Virendra. Dia Abang kedua mu," katanya sambil mengarahkan tangannya pada pemuda yang tadi melempar gelas kaca. Matanya masih menatap tajam Zeon, dan Zeon tidak bisa berlama-lama melihat Aelius.

Lalu Sagara kembali menggerakkan tangannya, menunjuk pemuda yang tengah bersandar pada tembok sambil bersedakap dada, "dia Elio Kaivan Virendra, Abang ketiga mu."

"Dan yang terakhir, yang sedang berdiri disebelah mu adalah Archer Natta Virendra, Abang keempat mu," Zeon terkejut mendapati pria yang menyeretnya kemarin ada disebelahnya. Sejak kapan?

"Halo Adik manis, aku Archer. Jadilah adik yang baik dan penurut," sapanya sambil menjabat paksa lengan Zeon yang terbebas dari infus.

"A-ah, y-ya, gue— shhh," ringis Zeon karena tangannya diremas kuat oleh Archer.

"Gunakan bahasa yang sopan," tajam Archer membuat Zeon ciut.

"M-maksudnya, h-hai, ak- aku Zeon, hehe. Salam kenal."

Lalu remasan itu berubah menjadi usapan lembut. Archer tersenyum tipis, menahan gemas pada Adiknya itu karena ekspresi wajahnya terlihat lucu. Lalu, tanpa basa-basi, ia mencium pipi Zeon membuat anak itu kembali membulatkan matanya terkejut.

ZEON ALTAIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang