10

2.4K 185 27
                                    

serius? cerita ini masih ada yg baca gak sih???

LILY BAHKAN UDH LUPA SAMA NAMA KARAKTER DI CERITA INIII༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ

kalian apa kabar?

***

"Zeon, Papa tidak suka kau melakukan hal seperti tadi pagi. Lihat, tanganmu harus mendapat 10 jahitan. Bagaimana kau akan beraktivitas setelah ini?"

Sagara terus saja mengomel membuat Zeon jengah. Kini di ruangan hanya ada Papa, Archer dan dirinya. Ketiga Abang yang lain sedang pergi ke markas karena ada sesuatu yang mendesak—itu yang Zeon dengar beberapa menit sebelum mereka pergi.

Sejak ia tersadar dari tidurnya, keluarganya tidak membahas apapun mengenai kejadian pagi tadi. Sebenarnya itu bagus, tapi tetap saja hal itu semakin membuat Zeon ketakutan. Bagaimana jika ini adalah taktik mereka dalam membunuhnya? Berpura-pura baik lalu setelahnya ia akan di bom diatas tiang.

Gue masih punya kesempatan buat kabur, kan?

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Archer mengusak rambut lebat Zeon.

Zeon menggeleng pelan. Ia ingin bertanya, tapi takut. Melihat Zeon yang seperti segan membuat Sagara menghela nafasnya. Dirinya tau jika beradaptasi dengan lingkungan baru akan terasa sulit. Begitupun dengan Zeon yang sekarang bukan hanya tinggal di tempat yang asing, namun juga ia harus beradaptasi tinggal bersama keluarganya yang belum pernah dia temui sebelumnya.

"Kau lapar?" Tanya Sagara lembut. Ia akan berusaha menekan egonya untuk membuat Zeon bergantung padanya.

Zeon mengangguk, ia tadi melewatkan makan siangnya karena baru siuman ketika hari sudah sore. Dan saat ini matahari bahkan sudah tenggelam sejak setengah jam yang lalu.

Sagara menghubungi perawat untuk membawakan makanan untuk Zeon. Setelah beberapa menit menunggu, para perawat datang bersama pesanan Sagara.

Archer membantunya untuk duduk. Anak itu bahkan tidak protes saat Archer mencuri satu kecupan di pipinya. Ketika Sagara membawa sesuap bubur didepan mulutnya, anak itu hanya terdiam. Sudah Zeon katakan sebelumnya, ia tidak menyukai makanan lembek itu.

"Buka mulutmu, Zeon," ucap Sagara namun Zeon hanya bergeming sambil menatap sendok itu.

Sagara kembali menghela nafas, "kau ingin mengganti menunya?"

Sebelumnya Zeon menatap Papa-nya itu, ia tidak menemukan raut marah pada wajah Sagara oleh karena itu ia mengangguk ragu, "boleh?"

Sagara tersenyum lalu membuang mangkuk berisi bubur itu ke dalam tempat sampah. Ia lalu kembali menghubungi perawat untuk membawakan menu lain.

"Emm, Papa marah?"

Sagara menatap Zeon, "tidak," katanya sambil mengusap kepala Zeon. Tak lama kemudian perawat datang kembali dengan membawa nampan berisi makanan.

Sagara dengan sabar menyuapi Zeon. Anak itu tidak memprotes apapun sebab nyalinya sudah menciut. Sampai pada makanan itu habis, Sagara menyodorkan minum pada Zeon.

"Papa," panggil Zeon.

Bukan hanya Sagara saja yang menoleh, Archer juga ikut menghampiri dirinya yang sedari tadi hanya sibuk dengan ponselnya di sofa. Kedua orang itu menatap penasaran Zeon.

"Kau ingin mengatakan sesuatu?" Tanya Sagara lembut.

Masih dengan keraguan yang besar, Zeon menoleh pada Sagara yang duduk disampingnya, "Zeon masih anak Papa, kan?"

"Hei, apa yang kau bicarakan itu? Tentu saja kau anak Papa, putra bungsu kesayangan Papa. Mengapa masih bertanya?" Kata Sagara dengan lembut sembari tangannya mengelus kepala anak itu.

ZEON ALTAIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang