07. Kesepian?

5K 357 27
                                    

Asha mengambil tas slingbagnya yang tergantung di belakang pintu kamarnya, menyampirkan slingbagnya itu di bahunya. Sebelum keluar dari kamarnya, Asha melihat penampilannya di depan cermin terlebih dahulu. Setelah puas dengan penampilannya, barulah Asha keluar dari kamarnya.

Asha melangkahkan kakinya menuruni anak tangga, menghampiri Bibi Ratna yang sedang membereskan area dapur.

"Bi, saya mau keluar dulu ya. Kalau Kak Bian tanya saya pergi kemana, bilang aja saya keluar sebentar," ucap Asha.

"Baik, Non. Non hati - hati ya," ucap Bibi Ratna.

Senyuman terukir di bibir Asha. "Iya, Bi." "Kalau nanti sampai jam delapan kak Bian belum bangun, ketuk aja pintu kamarnya, soalnya dia harus sarapan," ucap Asha.

"Siap, Non," ucap Bibi Ratna.

"Yaudah, saya jalan sekarang ya, Bi. Ojek online saya sudah menunggu diluar. Assalamualaikum," ucap Asha.

"Waalaikumsalam," ucap Bibi Ratna.

Asha melangkahkan kakinya keluar dari rumah, menghampiri ojek online yang berhenti di depan rumahnya. Asha memakai helm yang diberikan oleh pengemudi motor itu, setelah itu barulah Asha naik ke atas motor itu.

Motor itu melaju meninggalkan pekarangan rumah Bian, menuju tempat tujuan yang Asha pesan. Rumah orangtua Asha. Yap. Pagi ini Asha ingin main kerumah orangtuanya, melepas rindunya pada ayah dan bundanya.

Mengapa Asha tidak mengajak Bian? Karena Asha ingin menenangkan dirinya sendiri, tanpa diganggu oleh lelaki itu. Jika Asha mengajak lelaki itu, belum tentu lelaki itu mau, kan? Jadi lebih baik Asha pergi kerumah orangtuanya seorang diri.

"Maaf, kak. Maaf aku harus pergi tanpa izin sama kakak." batin Bian.

"Sudah, sampai, kak,"

Asha turun dari motor, melepaskan helm yang dikenakan. Asha memberikan selembar uang lima puluh ribu kepada pengemudi motor itu, setelah itu barulah Asha melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah orangtuanya.

Tok. Tok. Tok.

"Assalamualaikum," ucap Asha dari luar pintu.

"Waalaikumsalam,"

Ceklek.

Senyuman terukir di bibir Asha ketika melihat Hendra keluar dari rumah. Sesuai hadapannya, pintunya dibuka oleh ayahnya itu.

"Asha?"

Asha memeluk tubuh Hendra erat, menyalurkan semua rasa rindunya pada ayahnya itu.

"Aku kangen banget sama ayah," ucap Asha lirih.

"Ayah juga kangen sekali sama anak perempuan ayah ini," ucap Hendra sambil mengelus punggung Asha.

Asha memejamkan matanya, bersamaan dengan itu air mata turun membasahi pipinya. Asha ingin sekali bicara pada ayahnya, tentang bagaimana Bian memperlakukan dirinya. Tapi Asha tak bisa melakukan itu. Asha tak ingin ayahnya memikirkan keadaan rumah tangganya dengan Bian. Asha tak mau menambah beban ayahnya.

Hendra melepaskan pelukan Asha, menangkup wajah anak perempuannya itu dengan dua tangannya.

"Kenapa menangis?" tanya Hendra.

"Gapapa. Aku cuman lagi kangen aja sama ayah, makanya aku cengeng," ucap Asha.

Hendra menatap ke arah kanan dan kiri, mencari keberadaan menantunya. Namun nihil. Hendra sama sekali tidak menemukan keberadaan Bian.

"Kamu datang kesini sendiri? Bian gak ikut?" tanya Hendra.

"Kak Bian lagi motoran sama teman - temannya, yah. Tapi tadi aku udah bilang kok sama Kak Bian kalau aku mau main kesini," ucap Asha. "Tadi yang antar aku kesini juga Kak Bian, tapi gak sempat mampir karena buru - buru," ucap Asha berbohong.

Antara Cinta dan Benci Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang