40. Kejahatan Yang Terbongkar.

3.5K 428 29
                                    

Kring..

Bian terbangun dari tidur pulasnya ketika mendengar alarm berbunyi. Ia mfm gggng itu dari tidur pulasnya.

Bukannya membuka matanya, Asha semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Bian, membuat senyum di bibir Bian semakin lebar.

"Asha, ayo bangun dulu, sholat subuh. Nanti habis sholat baru tidur lagi," ucap Bian terus berusaha membangunkan Asha.

Merasa tidurnya di ganggu, Asha mengulat, lalu mengerjapkan matanya beberapa kali, menetralkan matanya dari cahaya lampu yang masuk ke dalam retinanya.

Tatapan Asha seketika berubah kala menyadari jaraknya dengan Bian yang kini sangatlah dekat. Ia menggeser tubuhnya, berjaga jarak dengan suaminya itu.

"Aku ke kamar mandi duluan ya, Sha," ucap Bian.

Bian menyibak selimut yang di kenalan, lalu bernajak dari tempat tidurnya. Ia melangkah kakinya masuk ke dalam kamar mandi, mencuci mukanya dan tak lupa mengambil air wudhu untuk sholat subuh.

"Bodoh banget sih, Sha. Bisa - bisanya kamu gak sadar kalau kamu tidur sambil peluk kak Bian," batin Asha memaki dirinya.

"Hey, kenapa ngelamun? Ayo ke kamar mandi, cuci muka terus ambil air wudhu," ucap Bian menyadarkan Asha dari lamunannya.

Asha menyibak selimut yang di kenakan, lalu beranjak dari tempat tidurnya, melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci muka dan mengambil air wudhu.

Keluar dari kamar mandi, hati Asha dibuat tersentuh melihat Bian yang sudah menyiapkan mukenah untuknya dan menggelar dua sajadah untuk mereka sholat.

Asha memakai mukenah yang Bian sudah siapkan, lalu berdiri di sajadah yang sudah Bian siapkan, tepat di belakang suaminya itu.

Mereka menunaikan sholat subuh berjamaah dengan tenang dan khusyuk. Seperti biasa, lagi - lagi Asha dibuat nyaman dan tenang ketika mendengar lantunan ayat suci alquran yang dibacaka oleh Bian.

Selesai sholat, Bian mengalihkan pandangannya ke arah Asha yang masih ada di belakangnya. Ia mengulurkan tangan kanannya di depan Asha, membuat Asha langsung mencium punggung tangannya itu.

"Mau tidur lagi?" tanya Bian.

"Enggak. Aku mau bantuin bunda buat sarapan di bawah." ucap Asha.

Asha beranjak berdiri, melepas mukenah yang dikenakan, lalu melipatnya dengan rapih. Setelah selesai melipat mukenah dan sajadah yang di kenakan, ia beranjak keluar dari kamarnya.

Karena di tinggal seorang diri, Bian kembali merebahkan tubuhnya di tempat tidur, menatap langit- langit kamar isterinya itu dengan tatapan kosongnya.

"Aku gak peduli dengan sikap dingin dan keras yang sekarang kamu tunjukkan ke aku, Sha. Selama kamu masih menjadi isteri aku, aku akan berjuang terus untuk bisa meluluhkan hati kamu. Aku gak akan menyerah hanya karena sikap yang kamu tunjukkan ke aku, karena aku yakin, dalam hati kecil kamu, aku masih menjadi bagian terpenting. Aku hanya harus berusaha ekstra untuk bisa mengembalikan kepercayaan yang dulu pernah kamu kasih ke aku dan buat kamu kembali nyaman sama aku," batin Bian.

Ting.

Ponsel Asha yang tergeletak di nakas berbunyi, pertanda pesan masuk ke dalam ponsel itu. Ponsel itu menyala, menampilkan notifikasi chat yang baru saja masuk, membuat Bian mengalihkan pandangannya ke arah ponsel Asha.

08978225xxx
Gue mau ketemu sama lo di cafe hipster jam delapan pagi. Kalau lo bukan pengecut, lo harus datang sendiri.

Bian mengerutkan keningnya ketika membaca chat yang masuk ke dalam ponsel Asha. Walaupun nomor telepon itu tidak di simpan oleh Asha, Bian tau siapa pemilik nomor telepon tersebut. Nayra. Iya. Itu adalah nomor telepon Nayra. Untuk apa Nayra ingin mengajak Asha bertemu? Dari mana perempuan itu tau nomor telepon Asha?

Antara Cinta dan Benci Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang