33. Berusaha Mandiri.

3.8K 413 51
                                    

Suasana meja makan di rumah orangtua Bian pagi ini, tidak sehangat pagi biasanya. Sedaritadi hanya ada keheningan di meja makan itu, hanya terdengar dentingan sendok dan piring yang saling beradu satu dengan lainnya.

"Mulai hari ini kamu gak usah ke kantor. Papa gak izinkan kamu bekerja di kantor lagi." ucap Reno dengan nada bicaranya yang dingin.

"Pa, gak bisa gitu dong, Pa." ucap Bian.

"Kenapa? Kamu gak terima? Belakangan ini kan kamu sering bohong sama Asha, bilangnya lembur di kantor papa, taunya kamu lagi pergi sama Nayra. Sekarang sekalian saja papa keluarkan kamu dari kantor, biar kamu gak bisa bohong lagi sama isteri kamu," ucap Reno.

"Sudah punya isteri bukannya di jaga, malah di bohongi terus. Sekarang giliran Asha pergi, kamu sendiri kan yang bingung, gimana caranya bawa dia pulang. Coba bayangkan, gimana kalau sampai keluarganya Asha tau kelakuan kamu seperti ini. Bukan cuman kamu yang malu, kamu juga mempermalukan papa dan mama di depan orangtua Asha." ucap Reno menceramahi Bian.

Kirana meletakkan sendok yang ada di tangannya ke meja, menyudahi sarapan paginya. Tanpa sepatah kata pun, Kirana beranjak dari tempat duduknya, melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar.

"Bukan hanya mama yang kecewa sama kamu, tapi papa juga kecewa sama kamu. Papa dan mama merasa gagal mendidik kamu, Bian! Papa dan mama gak pernah mengajarkan kamu menjadi laki - laki bajingan!" ucap Reno memaki Bian.

Bian menundukkan kepalanya, tak berani menatap sorot mata tajam ayahnya itu.

"Ayah gak akan terima kamu kerja di kantor, sebelum kamu bisa bertanggung jawab atas apa yang sudah kamu perbuat. Kalau memang kamu mau melepas Asha, pulangkan dia ke orangtuanya secara baik - baik." ucap Reno.

"Aku gak mau melepaskan Asha." ucap Bian.

"Benar - benar bajingan. Kamu mau menyakiti hati isteri kamu lebih dalam lagi, Bi? Laki - laki bajingan seperti kamu, gak pantas untuk Asha. Menyesal ayah menjodohkan kamu dengan Asha kalau ayah tau kelakukan kamu seperti ini!" maki Reno.

"Maaf.."

"Kamu cuman bisa minta maaf, setelah kamu melakukan kesalahan yang cukup fatal? Papa tanya sama kamu, sudah kamu minta maaf sama Asha? Permintaan maaf itu gampang untuk diucapan, Bi. Tapi apa kamu sudah menyadari apa kesalahan kamu? Apa kamu sudah bisa belajar dari kesalahan yang sudah kamu perbuat?" ucap Reno.

"Jangan pernah minta maaf kalau kamu belum bisa belajar dari kesalahan yang kamu perbuat." ucap Reno lagi.

Reno meletakkan sendok yang ada di tangannya ke piring,  lalu beranjak dari tempat duduknya. Reno melangkahkan kakinya keluar dari rumah, masuk ke dalam mobilnya, bergegas berangkat ke kantor.

Neora beranjak dari tempat duduknya, melangkahkan kakinya menghampiri Bian.

"Om Bian jangan sedih, ya. Nanti kita cari bunda sama - sama," ucap Neora.

Bian mendudukkan Neora di pangkuannya, memeluk tubuh keponakannya itu erat.

"Makasih ya, Neora," ucap Bian pelan, namun masih mampu Neora dengar.

***

"Hoam.."

Asha menutup mulutnya ketika dirinya tiba - tiba menguap. Mata perempuan itu memerah, karena sedaritadi menahan kantuknya. Kepalanya kini sedang dibuat pusing oleh dosen yang mengajar di depan kelasnya. Berbagai macam rumus tertulis di papan tulis, membuat Asha bosan melihatnya. Untungnya saat ini dirinya duduk di bagian depan, sehingga dosen itu tak terlalu memperhatikan dirinya.

Asha menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul duan siang, dan sebentar lagi bel yang sedaritadi Asha tunggu - tunggu akan berbunyi. Yap. Sekitar 10 menit lagi, kelasnya akan berakhir dan dia bisa secepatnya beranjak meninggalkan kelasnya ini.

Antara Cinta dan Benci Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang